Share

Chapter 9

Martin sudah melupakan uang miliknya yang hilang, toh dia sudah tahu siapa pencurinya. Anaknya sendiri, Nadira. Kini dia hanya ingin fokus pada Raisi dan juga Andira, kalau-kalau mereka saling menyukai kemudian saling mencintai itu akan menjadi masalah bagi Martin dan juga anak dan pembantu mudanya.

Rasa ingin dekat dengan Andira semakin memuncak, apalagi dia dengan bebasnya menyentuh dagu, pipi, hingga leher Andira. Pria setengah baya itu tak kunjung menghilangkan imajinasi gelapnya terhadap Andira.

Dia berada di dalam kamarnya, menunggu waktu membuatnya tertidur, namun tak kunjung karena kepalanya hanya ada Andira di dalamnya. Mata jernih milik Andira yang sangat disukai Martin untuk dipandangnya, kulit putih halus yang sangat ingin disentuh olehnya, hingga bibir merah yang ingin sekali dilumat oleh bibir milik Martin.

Dia merenung. 

Imajinasi kotor Martin terhadap Andira semakin bermain dalam kepalanya. Dalam benaknya dia memikirkan bagaimana caranya agar dapat betul-betul bisa memiliki putri surgawi seperti Andira. Bagaimana dia dengan puas dapat menyentuh gadis seperti Andira.

Pikirannya terus saja mengarah pada gadis muda itu, sampai dia menyadari bahwa sang istri masih belum pulang dari pestanya. Martin memandangi tempat Sarah yang biasa ditiduri oleh istrinya masih kosong dan Martin sama sekali tidak peduli dengan hal itu.

Tiba-tiba saja Martin merasakan tenggorokannya kering dan membutuhkan segelas air untuk tenggorokannya.

Dia yakin bahwa semua orang sudah tertidur, Andira dan juga anak-anaknya pasti sudah tertidur. Martin melepas selimutnya dan berdiri, dia berjalan keluar dari kamarnya, melangkah turun dari tangga yang terdapat di rumah mewahnya.

Dia berjalan menuju dapur, kakinya melangkah pelan, matanya sudah agak ngantuk, dan sesampai di dapur, matanya yang saat itu sedang tidak memakai kacamata, masih saja melihat sesosok gadis yang bercahaya, yang saat tadi bermain di kepalanya.

Martin menelan ludah melihat Andira sedang sibuk membersihkan piring yang sudah bertumpuk, namun Andira baru bisa membersihkannya karena tadi dia harus menemani Martin menggeledah kamarnya.

Tanpa disadari oleh Andira, Martin sudah sangat menikmati pemandangan dirinya. Dengan rambut yang diikat oleh penjepit rambut, yang memperlihatkan leher putih miliknya membuat Martin kehilangan rasa haus terhadap air, digantikan dengan rasa haus terhadap sentuhan oleh Andira.

Tidak lama setelah Andira menyelesaikan

pekerjaannya, dia berbalik dan betapa terkejutnya dia saat melihat Martin sudah berdiri tepat di bingkai pintu, dengan gaya yang melipat kedua tangannya, memandang Andira dengan tatapan datar, yang sekali lagi membuat Andira menelan ludahnya beberapa kali saat melihat pria dingin itu muncul di hadapannya.

"Tuan..., apa yang Tuan lakukan di sini?" tanya Andira saat menyadari keberadaan Martin di hadapannya.

Martin tidak menjawab, malahan dia melangkahkan kakinya, memajukan tubuhnya hingga membuat Andira memundurkan badannya. Kini di belakang Andira terdapat meja dapur, sehingga membuat Andira berhenti memundurkan tubuhnya, saat itu pula Martin menghentikan langkahnya.

Martin menatap Andira sedangkan Andira hanya menunduk dengan rasa takut dan gugupnya, nafasnya pun tak teratur. Andira takut Martin akan melakukan sesuatu hal padanya.

Saat tubuh Martin dan Andira sudah berjarak sangat dekat, tiba-tiba tangan Martin bergerak, dan mengambil air yang terdapat di meja dapur, lalu meminumnya. Itu membuat Andira sedikit lega. Namun setelah meminum airnya, Martin masih berada di depan Andira.

Martin menatap Andira, jari telunjuknya kemudian mengangkat dagu milik gadis yang sangat diinginkan oleh Martin.

Wajah Andira kini menatap mata Martin yang siap untuk menempelkan bibirnya di bibir milik Andira. Namun tidak, Martin malah membisikkan sesuatu di telinga Andira, begini bisiknya, "Kalau kau membutuhkan sesuatu, uang, harta, barang mewah, tidak perlu mencurinya, cukup katakan padaku, dan aku siap mencuri kamu ke atas ranjang ku," bisik Martin.

Bisikan itu membuat Andira membulatkan matanya, lalu kemudian mendorong Martin dengan sangat keras, matanya terlihat membara menatap Martin yang juga terkejut melihat aksi kasar Andira.

Plak!!!

Tamparan keras mendarat di pipi kiri Martin, pipi yang berkulit eksotis itu berubah agak merah, dan membuat Martin membulatkan matanya, pipi kirinya terlihat sangat marah atas aksi Andira padanya. Tangan kanannya menyentuh halus pipi kirinya. Dia betul-betul terkejut, gadis selembut Andira memiliki tangan yang cukup kuat untuk menghempas wajahnya.

Mata milik Andira dan Martin saling bertatap tajam dengan membawa kemarahan milik masing-masing. Rasa takut yang tadinya membalut tubuh Andira kini menjadi rasa jijik pada Martin Dailuna yang baru saja melecehkan dirinya.

Dia sudah tidak peduli jikalau nanti Martin memecat dirinya dan juga akan memecat ibunya nanti, yang dia inginkan saat ini adalah berada jauh dengan pria yang menjijikkan seperti Martin Dailuna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status