Share

Ungkapan Kemarahan Arumi

Saat jarak dengan lelaki itu hanya bersisa tiga langkah lagi saja, aku kembali berhenti. Kaku, wajah itu ... ah, rasanya ada kristal yang hendak menyeruak dari netra. Ingin memanggilnya 'Ayah' tetapi suaraku tak kuasa bergema.

Tanpa menyangka, justru beliau yang mendekat. Kurasakan kaki dan tanganku mendingin. Saat sedekat ini, aku harus apa?

"Arumi ...!" Suara lelaki yang harusnya kusebut Ayah itu memanggil namaku dengan serak.

Jika aku tidak salah mendengar, beliau pun sepertinya menyimpan sesak yang luar biasa.

"Maafkan Ayah, Maafkan ...!" ucapnya sembari merangkul tubuhku dan membawa ke pelukannya.

Air mata yang sedari tadi aku tahan tumpah juga akhirnya. Bingung dan tergugu, bahkan aku tak ingat untuk membalas pelukan ini. Aku hanya mematung dalam dekapannya.

"A-a-ayah ..."

Akhirnya, setelah dua puluh enam tahun, panggilan itu menemukan muaranya. Pernah memang aku menghayalkan pertemuan ini. Namun, entah mengapa saat menjadi kenyataan rasanya aneh dan asing.

"Ini rumahmu, Nak," u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status