Share

Bab 9-Sejarah

Penulis: seni_okt
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-16 00:54:25

"Selamat siang anak-anak," sapa Bu Mita, guru Seni Budaya.

"Siang, Bu," jawab mereka serempak.

"Baik, materi kali ini tentang seni peran. Hari ini Ibu akan membagi kelompok, satu kelompok terdiri dari dua sampai tiga orang--"

"Kelompoknya bebas atau ditentukan sama Ibu?" potong salah satu siswa di kelas XI IPA 1.

Bu Mita mendengkus seraya menatap siswa yang memotong ucapannya itu, kesal karena sudah memotong perkataannya saat beliau masih menjelaskan.

"Makanya jika Ibu sedang bicara jangan dulu disela. Untuk anggotanya Ibu yang akan menentukan. Di kotak ini sudah ada nomor kelompok, silakan kalian pilih dan bagi siapapun yang nomornya di panggil harap ke depan," jelas Bu Mita kembali serius.

"Semoga aku bisa satu kelompok dengan Bintang," harap beberapa siswa di sana.

Sementara para siswinya berharap bisa satu kelompok dengan Samudra, siswa yang dijuluki sebagai most wanted sekolah.

"Semoga sama bebeb Sam." Harap siswi-siswi itu disertai dengan gerakan-gerakan centilnya

"Huh!" Mereka disoraki oleh semua siswa yang ada di kelas itu.

"Sudah! Sudah! Mari kita mulai," lerai Bu Mita, setelah itu murid-muridnya mulai maju ke depan untuk mengambil nomor undian.

"Tiga," panggil Bu Mita secara acak.

Sudah banyak yang maju, mereka yang belum terpanggil merasa senang sekaligus deg-degan. Bukan karena apa, tetapi karena dua orang yang mereka harapkan belum juga terpanggil.

"Delapan," panggil Bu Mita lagi.

Bintang berdiri kemudian maju untuk menunjukan nomor yang ia pegang. Namun, tidak ada yang menyusul, semuanya terheran-heran.

"Kok sendirian?" heran mereka semua karena tidak ada lagi yang maju selain pemuda terpintar di kelas mereka itu.

"Nomor delapan," panggil Bu Mita untuk kedua kalinya.

Mereka tersentak ketika melihat siapa yang berdiri dari kursinya. Mereka semua mulai bertanya-tanya siapakah orang beruntung yang akan masuk ke kelompok dua pemuda terkenal itu.

Sudah tampan-tampan otaknya juga cerdas. Itulah isi kepala para siswa-siswi di sana terhadap Bintang dan juga Samudra.

Bu Mita kembali memanggil nomor selanjutnya sampai semuanya kebagian kelompok.

"Bu, mereka kok cuma berdua?" protes salah satu siswi.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Bu Mita dengan tatapan tajamnya.

"Ya tidak sih Bu, tapi--"

"Baiklah, jika tidak ada yang mau ditanyakan lagi pembelajaran kali ini Ibu cukupkan, terima--"

"Iya, kenapa Bintang?" tanya Bu Mita ketika melihat salah satu siswanya mengacungkan tangan.

"Saya mau bertukar kelompok Bu," tutur Bintang tanpa menoleh kiri-kanan.

"Loh kenapa? bukankah kalian berteman baik? Jadi tidak akan menjadi sebuah masalah bukan?" tanya Bu Mita merasa sedikit aneh.

Pemuda itu terdiam, bingung harus memberi alibi apa. Sementara teman-temannya mulai berbisik-bisik tentang hubungan dua siswa tampan itu.

Ya, sudah pasti mereka sedang ada masalah sehingga tidak ingin satu kelompok.

"Sudah, pokoknya kelompok tadi tidak dapat diubah lagi. Ibu tidak peduli kalian sedang ada masalah apa, yang jelas jangan membawa masalah pribadi kalian ke sekolah," ingat Bu Mita kepada Bintang dan Samudra.

***

Selama perjalanan ke perpustakaan, baik Sarah maupun Angkasa tidak berbicara sepatah katapun. Mereka seperti orang asing yang hanya melaksanakan perintah dari guru untuk membawa buku paket.

"Semuanya tiga puluh buku, ya," ujar penjaga perpustakaan.

"Silakan tanda tangan dulu." Lanjutnya menyodorkan sebuah buku besar yang di dalamnya terdapat banyak tanda tangan dari siswa-siswi maupun guru yang meminjam buku.

Angkasa yang menandatanganinya kemudian mengambil setengah dari buku paket yang mereka pinjam.

Sedari tadi, Sarah masih sibuk menata buku yang akan ia bawa. Maklum, untuk seorang perempuan membawa buku sebanyak itu cukup merepotkan dan membutuhkan tenaga.

Angkasa kembali dan tanpa basa basi dia membawa kembali lima buku paket bagian Sarah lalu segera pergi dari sana meninggalkan gadis itu yang masih terkejut dengan sikap manisnya.

Senyum gadis itu merekah. "Dia lucu jika sedang marah seperti ini."

Mereka berjalan beriringan, Angkasa yang berada di depan membawa dua puluh paket buku dan sisanya dibawa oleh Sarah.

***

"Terima kasih Angka, Sarah," kata Bu Rere, guru Sejarah.

"Oh iya, Angka, Ibu dengar Babas masuk rumah sakit. Apa itu benar?" tanyanya. Angkasa hanya menganggukan kepalanya membenarkan.

"Dia sakit apa?" tanya Bu Rere lagi.

"Hanya sakit biasa saja, Bu," jawab Angkasa dengan sopan.

"Ya sudah, kalian silakan kembali ke tempat duduk masing-masing." Perintah Bu Rere lalu mulai mengabsen para siswa-siswinya.

"Baik, sekarang Ibu akan menjelaskan materi tentang berdirinya bangsa Indonesia," tuturnya.

“Negara Nusantara kita ini merupakan sebuah negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam yang luar biasa banyaknya. Indonesia terletak di antara tanah besar Asia Tenggara dan Australia dan diantara Samudera Hindia dan Samudra Pasifik. Ada beberapa era sebelum Indonesia merdeka seperti sekarang, yang pertama adalah era pra kolonial atau biasa disebut sebagai era sebelum penjajah datang. Pada era ini banyak sekali kerajaan. Sebut saja kerajaan Hindu Budha, kerajaan Islam dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kedua adalah era penjajahan kolonial. Karena Indonesia telah dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah yang bermula dari Malaka, bangsa Eropa mulai berbondong-bondong datang ke Indonesia yang saat itu masih bernama Nusantara untuk mengambil rempah-rempahnya. Sebut saja negara Portugis, Belanda, dan Jepang yang merupakan negara Asia ….”

Bu Rere mulai menjelaskan awal mula berdirinya Bangsa Indonesia. Mulai dari jaman kerajaan, lalu dijajah oleh Belanda dan Jepang, berdirinya VOC, sampai Indonesia bisa merdeka.

“PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia melantik Soekarno sebagai presiden pada tanggal 18 Agustus 1945 dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dengan menggunakan konstitusi yang telah dirancang. Kemudian tata letak dibentuk berupa KNIP atau Komite Nasional Indonesia Pusat hingga pemilu dapat dilaksanakan. Pada tanggal 31 Agustus, pemerintahan baru dideklarasikan dan menghendaki Republik Indonesia terdiri dari 8 provinsi yaitu, Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Sejak saat itu Indonesia telah merdeka dan terus berkembang negaranya hingga sekarang menjadi tanah air bangsa dan negara.” pungkas Bu Rere menjelaskan materinya yang telah ia baca dari buku juga internet. 

"Jadi itulah Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia. Sejak saat itu, Indonesia telah merdeka serta terus berkembang negaranya hingga sekarang menjadi tanah air bangsa dan negara," pungkasnya.

Mereka sudah mendengar ini beratus-ratus kali. Materi ini selalu dijelaskan saat mereka duduk dibangku sekolah dasar. Nmaun, anehnya mereka tidak pernah hafal.

"Ada yang ingin ditanyakan?" tanya Bu Rere setelah berbicara panjang lebar.

Angkasa mengacungkan tangan. "Bu, kenapa kita harus mengetahui sejarah? Menurut saya itu hanya akan mengingat masa-masa penderitaan pada jaman itu."

Bu Rere mengangguk-anggukkan kepalanya mendengarkan pertanyaan dari salah satu siswanya yang cukup menarik untuk dibahas.

"Baik, sebelum Ibu yang menjawab barangkali ada yang mau memberikan tanggapannya?" tanya Bu Rere lagi.

Kini giliran Sarah yang mengacungkan tangan. "Izin memberi pendapat, menurut saya karena sejarah itu sangatlah penting. Kita tidak akan bisa berdiri di titik ini tanpa adanya sejarah. Mungkin yang dikatakan Angka memang benar, bahwa dengan mempelajari sejarah kita akan selalu diingatkan pada cerita kelam bangsa ini yang menyakitkan hati siapaupn yang mendengarnya. Namun, dengan tahu sejarah, kita akan lebih mencintai, menjaga dan membela negeri ini, bukan? Karena para pahlawan berjuang mati-matiin hanya untuk memerdekakan negeri tercinta ini. Maka dari itu kenapa pentingnya kita sebagai generasi muda mengetahui akan sejarah. Jika bukan kita lantas siapa yang akan menjagi negeri ini sedangkan para pahlawan telah lama gugur?"

Bu Rere tersenyum bangga akan tanggapan siswinya itu. Dia memang tidak salah mengikut sertakan gadis itu untuk pertukaran pelajaran tahun lalu.

"Ya, benar kata Sarah, kalian sebagai generasi muda harus dapat mencintai, menjaga dan melindungi negeri tercinta ini. Karena jika penerus bangsanya saja tidak tahu akan sejarah negeri sendiri bagaimana mereka akan mencintai negerinya? Terima kasih Sarah atas tanggapannya."

"Baik, jika tidak ada yang mau ditanyakan lagi pelajaran hari ini Ibu cukupkan," ucap Bu Rere mengakhiri pembelajaran.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nature Squad   Bab 56-Aku Jatuh Cinta

    Setelah pulang dari sekolah, Samudra kembali mengantar gadis itu ke rumah sakit tempat gadis itu dirawat. Lelaki itu mencium tangan ibunya Viola ketika berpapasan di depan ruangan yang gadis itu tempati. Samudra meminta maaf karena mengajak Viola pergi sampai senja seperti ini. Namun, bukannya memarahinya, wanita paruh baya itu jusrtu mengucapkan terima kasih padanya karena telah membuat senyum putrinya kembali. Setelah itu Samudra pamit pulang. Lagi pula gadis itu sebentar lagi harus meminum obatnya dan beristirahat. Saat dilorong rumah sakit tiba-tiba ia menyandarkan tubuhnya ke dinding saat dadanya terasa sakit, napasnya sesak dan pandangannya tampak kabur. Samudra tidak dapat menyangkal bahwa tubuhnya kelelahan, bahkan lelaki itu lagi-lagi melupakan obat yang harus dikonsumsinya. Ia berjalan dengan langkah terseok-seok sembari sebelah tangannya digunakan untuk berpegangan pada apapun yang bisa menahan beban tubuhnya. Namun, semakin lama Samudra me

  • Nature Squad   Bab 55-Menciptakan Memori (bagian 2)

    Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit akhirnya mereka telah sampai ke sebuah bangunan yang tidak asing bagi Samudra, tetapi asing untuk gadis itu. Ya, mereka berdua kini sedang berada di sekolah lelaki itu sekarang. Viola menatap bangunan megah itu dengan mata yang berbinar. Senyuman indah itu tidak pernah luntur dari wajah pucatnya. “Ayo masuk!” Ajak Samudra seraya menggandeng tangannya. Viola menarik tangannya membuat lelaki itu mengerutkan keningnya. Bingung melihat wajah Viola yang terlihat cemas. “Apa mereka tidak akan mengusirku? Aku bukan siswi di sini,” ucap gadis itu menundukkan kepalanya. “Ya ampun aku pikir kenapa,” saut Samudra, “tenang saja ada puluhan siswi yang bersekolah di sini. Mereka tidak mungkin sadar kalau kamu bukan salah satu siswi di sini.” “Kamu yakin?” tanya gadis itu masih cemas akan ketahuan. “Ya,” jawab Samudra seyakin mungkin, “ayo akan aku buktikan.” Lanjutnya kembali menggenggam tan

  • Nature Squad   Bab 54-Menciptakan Memori (bagian 1)

    Setelah pulang sekolah Samudra tidak langsung pulang ke rumahnya ataupun pergi bersama anak-anak Nature Squad seperti yang selalu mereka lakukan. Lelaki itu pergi untuk menemui teman barunya, Viola, gadis yang sempat ia pikir sebagai laki-laki botak yang hendak bunuh diri. Tok tok tok! “Masuk,” ucap seorang wanita paruh baya dari dalam. Samudra menyembulkan kepalanya seperti seorang anak kecil yang sedang bermain petak umpet. Baik wanita paruh bay aitu ataupun gadis cantik yang sedang duduk di kursi roda sama-sama tidak bisa menyembunyikan tawanya melihat kelakuannya yang menggemaskan. “Ayo masuk, Nak Sam,” ujar wanita paruh baya itu lagi yang tidak lain adalah ibu dari Viola. Ia sudah cukup tahu siapa lelaki yang mengaku sebagai teman putrinya itu dan ia juga senang karena kehadiran Samudra, putrinya terlihat lebih ceria dan banyak tersenyum. Lelaki itu langsung masuk dan tidak lupa untuk menutup pintunya kembali. Kemudian ia

  • Nature Squad   Bab 53 |Restu

    Sam dan Viola sama-sama menatap ke depan, melihat orang-orang yang berjalan ke sana ke mari. "Kamu serius mau menjadi bapak peri untukku?" tanya gadis itu membuat kening pemuda itu berkerut. “Bapak peri?” tanya Samudra tidak mengerti. “Bukankah kamu tadi mengatakan akan menciptakan memori indah untukku? Kupikir kamu seperti ibu peri dalam cerita dongeng, tapi berhubung kau seorang laki-laki jadi kau bapak, bukan ibu,” jawab gadis itu membuat Samudra membuka mulutnya tidak percaya bisa bertemu dengan gadis sepolos dirinya. “Iya.” Jawab pemuda itu seraya menganggukan kepalanya ke atas dan ke bawah. "Caranya?" tanya Viola lagi. Pemuda itu kembali melangkahkan kakinya seraya mendorong kursi roda Viola, lalu dia duduk di salah satu kursi panjang dan menatap mata gadis itu dengan serius. "Mimpimu apa?" tanyanya. "Hah!" Viola mengerjap beberapa kali ketika mata mereka beradu. Dia merasa sangat gugup di tatap seperti itu.

  • Nature Squad   Bab 52-Bapak Peri

    Hari ini Baskara sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit begitu pun dengan Bianca. Nugroho dengan cekatan menjadi ayah sekaligus ibu yang baik untuk kedua anaknya. Bianca yang melihat perubahan dari ayahnya itu merasa sangat bahagia sampai menitihkan air mata karena terharu, sementara Brisia tidak tau entah ke mana. Wanita itu tidak ikut menjemput kedua saudaranya."Kak Brisia mana Yah?" tanya Bianca."Entahlah. Mungkin Kakakmu sedang sibuk dengan urusannya," jawab pria dewasa itu seraya fokus menyetir.Baskara menatap kakaknya dengan tatapan penuh kasih sayang, sedari tadi dia terus menggenggam tangan Bianca tanpa mau melepaskannya."Kak, kepalanya masih sakit?" tanya pemuda itu khawatir."Sedikit," jawab Bianca sembari memegang perban yang terlilit di kepalanya."Jangan cemas! Kakak tidak apa-apa," lanjutnya tidak ingin membuat sang adik cemas.Nugroho yang sedang fokus menyetir, mengintip ke harmonisan kakak beradik itu lewat k

  • Nature Squad   Bab 51-Botol Harapan

    Uhuk! Uhuk!Sedari tadi Rita terus batuk-batuk, dia merasakan seluruh badannya tidak enak dan suhu tubuhnya sedikit hangat, sepertinya wanita itu terserang demam.Bintang yang menyadarinya langsung pergi ke dapur untuk membuatkan sup jagung kesukaan ibunya. Namun, setelah masakannya jadi dan siap untuk di antarkan dia baru menyadari bahwa ibunya tidak mungkin memakannya jika Bintang yang memberikannya.Lantas pemuda itu kembali ke atas untuk meminta bantuan Bima untuk mengantarkannya dan meminta merahasiakan bahwa sup ini Bintang yang membuatnya.Awalnya Bima tidak setuju, tetapi setelah dia melihat sorot mata adiknya, dia pun luluh.Tok tok tok!Bimamengetuk pintu kamar ibunya dengan membawa semangkuk sup jagung yang dibuatkan Bintang. Wanita itu tersenyum ketika melihat putra kebanggaannya datang."Makan dulu, Ma," ucap pemuda itu sembari duduk di pinggir tempat tidur siap menyuapi sang ibu.Wanita itu

  • Nature Squad   Bab 50-Seorang Teman

    "Argh!Apa yang baru saja aku lakukan?" Netranya menerawang jauh ke laut lepas yang membentang kebiruan, membiarkan ombak menyapu kakinya. Pemuda itu masih tidak percaya dengan apa yang diakukannya, membongkar begitu saja rahasia yang selama ini dia simpan rapat-rapat.Saat sedang melampiaskan kekesalannya tiba-tiba Samudra melihat seorang pemuda berkepala plontos berjalan ke tengah laut."Woy!!" Cegah Samudra langsung menarik tangannya dan betapa terkejutnya ketika mendengar suara pemuda itu yang terdengar seperti suara perempuan."Lepaskan aku!" bentaknya."Kamu perem--"Gadis berkepala plontos itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca lalu menghempas tangan Samudra dan langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.Dengan masih keterkejutannya Samudra kembali mengejar gadis itu untuk meminta maaf karena telah menganggapnya seorang laki-laki, Samudra yakin ucapannya itu sudah membuat gadis itu tersinggung.

  • Nature Squad   Bab 49-Topeng

    Maya melihat putra sulungnya sedang membereskan pakaian dan beberapa perlengkapan yang akan pemuda itu bawa."Aa, yakin mau berangkat besok? Bukankah Aa bilang berangkat setelah kelulusan?" tanyanya. Pemuda itu hanya mengangguk dengan lemah."Kenapa terburu-buru sekali?” tanyanya lagi. Wanita paruh bay aitu masih merasa aneh dengan keberangkatan putranya yang tiba-tiba.“Mungkin hanya dengan cara ini aku bisa lupain dia, Bu,” jawab Angkasa dalam batinnya.Tok! Tok! Tok!"Siapa yang bertamu, ya?" pikir Maya. Dia pun pergi dari kamar putranya untuk membukakan pintu."Assalamu'alaikum," ucap seseorang di luar rumah memberi salam."Wa'alaikumusalam," jawab wanita itu, "eh, Nak Sam, silakan masuk.""Angka nya ada Tante?" tanya Samudra dengan ramah.Wanita itu tersenyum memperlihatkan sifat keibuannya. "Sebentar, Tante panggilkan. Silakan duduk, Nak."Maya kembali masuk untuk memanggi

  • Nature Squad   Bab 48-Pamit

    "Sarah, sebenarnya Sam itu siapa kamu?" tanya Angkasa membuat Sarah menaikkan sebelah alisnya, bingung akan pertanyaan pemuda itu. "Lho, kamu juga tau kan dia sepupu aku," jawabnya. "Sepupu ya?" Pemuda itu tersenyum miring, "bohong!" "Bohong? Apa maksudnya Bohong? Kenapa kamu malah nuduh aku bohong? Kamu kenapa sih? Kalau memang tidak mau berteman denganku lagi ya sudah, tapi bukan begini caranya," gadis itu menjadi kesal karena telah dianggap berbohong. "Aku cemburu!" aku Angkasa sudah tidak bisa membohongi perasaannya lagi. Setelah mengatakan itu Angkasa menarik napas Panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku cemburu melihatmu pelukan dengannya. Gak ada sepupu yang memberikan perhatian lebih sampai meluk-meluk gitu. Perhatian kamu tuh seperti seorang wanita kepada lelakinya,bulshitkalau kalian tidak ada hubungan apa-apa," lanjutnya membuat Sarah mengerjapkan matanya beberapa kali. Gadis itu masih terkejut

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status