Waktu menunjukkan pukul 1 malam, hiruk pikuk dunia malam membuat Jakarta tidak pernah senyam-sunyi. Salah satu club malam menjadi tempat pilihan Raka, Mike, Doni, dan Erga, menghabiskan waktu. Mereka menyukai club ini karena difasilitasi meja bilyard di lantai teratas. Kaca dinding di depan meja bilyard bisa melihat pemandangan ke bawah tempat orang yang berjoget ditemani DJ.
Doni yang bersiap melakukan push out dalam bola bilyard mulai risih dengan gerak-gerik Raka. Cowok itu membalik-balikan ponsel di tangannya. Wajahnya tampak berfikir.
"Banting aja banting! Atau kasih gue hape lo. Amal, dari pada lo puter-puter terus kan kasian hape-nya pusing," ujar Doni memutar bola mata pada Raka.
"Bacot! Sodok aja bola lo. Kebanyakan strategi! Setahun baru nyodok bolanya," cibir Raka. Matanya menunjuk bola yang digantung Doni seperti hubungan.
"Sabar dong, gue kan pen
Semenjak kejadian Raka menghadang truk untuk Nayla. Semua mata mulai memperhatikan cewek itu. Ada yang menatapnya sinis, terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan mereka. Tapi ada juga yang mulai menyapa Nayla dengan ramah. Nama Nayla si anak baru tiba-tiba boom disetiap kalangan. Terutama di ekskul PA."Tumben alumni kita pada dateng. Biasanya kalo ada hal penting aja mereka dateng." Ujar Beca di sebelah Nayla. Menunjuk ke arah Raka, Doni, Erga, dan Mike sedang mengobrol dengan Kang Deny di bawah pohon."Emang gitu?" tanya Nayla mengikuti pandangan Beca. Temannya itu mengangguk.Walaupun tidak ada kegiatan anak PA wajib berkumpul setiap hari Jumat dan Sabtu. Sekedar berkumpul dan bersih-bersih basecamp mereka. Di ekskul ini banyak kegiatan yang positif yang mereka lakukan bersa
"Ada yang liat Reno? Gue keliling nyariin dia nggak ada," teriak Tina di ambang pintu basecamp PA."Barusan pergi," jawab Rangga santai melihat Tina."Pergi kemana? Padahal mau mulangin tenda." Tina mengeluh sambil menggaruk kepalanya. "Nayla nggak absen hari ini." Tina mencari sosok kawannya."Dateng kok dia. Tadi kita rame-rame beberes di sini," jawab Beca seraya menyapu."Si Reno ngajakin Nayla keluar, alesannya balikkin tenda. Modus banget kan? Udah tau kerjaan di sini belum selesai." Rangga bicara dengan nada kesal."Lo pada ngapa gak bilang dari tadi sih!"Rangga dan Tina saling pandang. Satu ruangan itu tersentak tiba-tiba, Tina mengeluarkan nada kesal dengan suara tinggi. Gadis itu pergi begitu saja. &nbs
Nayla melangkah dengan semangat keluar dari pintu rumahnya. Tadi malam dia tidur nyenyak hingga bisa bangun cepat. Rambutnya dibiarkan tergerai. Nayla menekan kedua sisi tali tasnya, langkahnya terhenti melihat motor sport yang terlalu mencolok matanya berada di depan gerbang."Lama banget sih keluarnya." Raka bersuara saat Nayla sedang menutup gerbang. Nayla menautkan kedua alisnya. Menurut Nayla, ini adalah waktu tercepatnya bangun pagi. Bisa-bisanya dia bilang lama. Eh, tunggu! Ngapain dia ke sini?"Lo ngapain pagi-pagi di depan rumah orang?" tanya Nayla terheran-heran."Rumah orang? Ini kan rumah lo, ya gue nyari lo-lah. Mau nganterin ke sekolah." Raka masih bersender di badan motornya."Eh, nggak usah. Gue biasa naik angkot." Nayla berjalan m
Pulang sekolah Nayla berjalan dengan penuh waspada. Ini semua karena Raka, entah apa yang dipikirkan cowok itu hingga ingin menjemputnya pulang sekolah. Ucapan Raka tadi pagi bisa dianggap serius, karena Raka termasuk nekad.Semoga dia nggak dateng.Semoga semogaLangkah Nayla terhenti. Melihat para siswi SMA Budi Mulia sedang tebar pesona melewati cowok berbaju hoodie itu. Cowok itu melipat tangannya di depan dada, menatap sekeliling dengan wajah datar."Rakaaaa... Mati gue." Nayla hampir melompat karena takut. Ia langsung bersembunyi di balik pohon dengan mata menatap Raka."Serius gue di jemput mantan Bapa Presiden PA. Terharu gue." Nayla berdecak dengan wajah ingin menangis. "Ngapa sih lo ganggu hidup gue yan
"Lo punya gue," ulang Raka. Gadis itu mengedipkan mata tidak percaya yang dia dengar. Demi apa gitu?"Jadi lo nggak bisa nolak buat gue anter." Raka menarik tangan Nayla ke depan motornya."Tunggu sebentar. Jadi maksud lo, setelah lo ngomong gitu ke gue. Terus lo bisa seenaknya bawa-bawa gue." Nayla melepaskan tangannya. "Jangan macem-macem.Gue bilangin bapa gue lo ya!""Nggak ada yang nggak bisa gue dapetin. Lo mau gue minta izin Bapa lo?" Raka menantang, gadis itu menggeleng jengkel. "Dengan senang hati.""Tapi gue bukan boneka lo," ucap Nayla melepaskan helmnya lalu meninggalkan Raka yang tetep saja mengikuti Nayla."La." Raka mengejar Nayla. Cowok itu menarik tangan Nayla. Membuat mereka saling berhadapan. Perasaan Nayla bercampur aduk. "Kasih gue waktu sebulan buat dekat sama lo. Kalau sebulan, hati lo nggak luluh. Gue lepasin lo.""Kalau gue nggak mau," jawab N
"Gue abis akal,La. Udah seminggu kita cobain segala cara buat bikin Raka illfeel ama lo. Tapi, tetap aja gak ada reaksinya," ucap Rangga, menyenderkan tubuhnya kebelakang bangku. Putus asa. "Gue juga bingung." Beca menggaruk kepalanya yang gatal. Dua hari belum keramas. Nayla menjatuhkan kepalanya di meja, bingung juga. "Kalian pada ngomongin apaan sih kok gue nggak ngerti." Tina melihat bergantian kepada ketiga kawannya. "Oia, Kita lupa cerita sama lo tentang Nayla sama Raka," kata Beca. Nayla menunggu reaksi Tina, hubungan mereka sedikit berjarak. Entahlah kenapa. Nayla pun heran dengan perubahan sikap Tina. "Ada cerita yang nggak gue tahu?" tanya Tina pada mereka. "Si Raka blak-blakan ngejar Nayla. Tuh cowok maksa banget pengen jadi cowok Nayla. Kaget nggak lo
Eits! Jangan salah bukan hanya memamerkan seragam sekolah, tapi juga dandanan Nayla agak sedikit ektrim. Rambut diikat ke atas kuncir kuda. Anting berbulu dan juga lengan bajunya dilipat ke atas. Wajahnya dipoles makeup. Kira-kira terlihat seperti apa dia dilingkungan anak kuliahan. "Hai! Hallow gue Nayla, pacar Raka Nicholas Ciputra. Ada yang tau nggakRaka dimana?" tanya Nayla pada mahasiswa yang melewatinya. "Lagi stand-up comedy, ya?" "Belajar dulu yang bener, jangan kegatelan di kampus orang." "Eh, Raka nggak akan mau sama lo. Kampus ini nggak kekurangan siswi cakep." "Apa sepopuler itu Raka di kampusnya? Pada sewot semua kayanya," gumam Nayla. Dari sekian orang yang disapa Nayla belum ada satupun yang ter
Nayla yang sudah berkeliling bak artis itu nggakk tahan lagi ingin ke kamar mandi. Cewek itu masuk ke toilet kampus. Saat Nayla mencuci tangan di wastafel. Ternyata sudah ada yang berdiri di belakangnya. Nayla menghitung dari cermin kira-kira empat wanita dengan wajah mengesalkan mengelilinginya. "Lo Nayla? Cewek Raka," ucap gadis yang berambut panjang dengan wajah mengesalkan. "Iya. Kenapa?" bukan Nayla kalau nggak bisa mengimbangi suara datar mereka. "Pacar Raka?" Ke-empat gadis itu menyeringai. "Pe De banget lo! Cewek putih abu-abu ngaku pacar Raka. Dandanan lo kaya topeng monyet gini berani keliaran di kampus kita. Urat malu lo putus?" ucap wanita yang berambut pe