Suara music dan lampu yang berkedip-kedip membuat club itu semakin gemerlap, salah satu yang mencerminkan dunia malam, hiruk-pikuk dunia malam semakin menjadi saat DJ dan alkohol sudah menyatu.
"La! Pokoknya lo jangan macem-macem di sini, soalnya gue yang disuruh tanggungjawab sama bonyok lo," ucap Rangga memperingati Nayla sambil masuk.
"Iya bawel!"
Mata Nayla membesar, kepala reflek mengikuti alunan music. Nayla dan Rangga masuk diantara kerumunan manusia yang lagi asyik bergoyang. Ini pertama kali Nayla melihat suasana seperti ini. Tiba-tiba matanya tertuju pada DJ cantik yang sedang bermain di atas panggung. Semakin dilihat semakin Nayla merasa mengenali wajah itu.
"LA! DJ-NYA TINA? ITU TINA KAN?" ujar Rangga yang duluan sadar kalau DJ itu Tina. Nayla tertegun, selama ini ternyata banyak yang tidak diketahui Nayla. Sebagai sahabat Tina. Sangat mengejutkan Tina benar-benar lincah. Nayla bangga punya tem
"Boleh kenalan nggak? Lo anak kuliah? Muka lo babyface banget kalau anak kuliah," ucap Barry, dari tadi ia tidak melepaskan pandangannya dari Nayla.Nayla tidak menjawab. Ia merasa risih dengan tatapan menyebalkan cowok di sebrangnya itu. Namun saat Nayla mengalihkan pandangannya, Raka sudah berjalan ke arahnya dengan pandangan tajam dan tidak suka. Membuat jantung Nayla tidak tenang."Biasa aja mata lo boy! Dia cewek gue," ucap Raka, kini ia sudah berdiri di depan mereka."Oh, sorry Rak. Gue nggak tau." Barry menelan ludah melihat tatapan tajam Raka. Lalu memegang lehernya. Ia berjalan meninggalkan mereka, karena sayang lehernya.Nayla memberanikan diri menatap Raka. Bibirnya keluh, tak berani berucap. Beginikah cara Doni memberikan surprise. Kenapa suasananya jadi horor."Siapa yang nyuruh kamu dateng?" tanya Raka dengan tidak suka
"Heh! Jangan kurang ajar ya!" teriak Ellena pada cowok yang menyentuh pinggangnya. Ellena berhenti menari menatap penuh kemarahan pada Roy yang mulai berlaku kurang ajar, mungkin Roy sudah terpengaruh dengan alkohol.Tak menghiraukan dengan teriakan Ellena, Roy kembali menyentuhnya dan memaksa untuk menari bersama. Ellena punya body yang sangat membuat Roy tidak tahan untuk mendekati. Bibir merah yang seperti di filter itu membuat Roy semakin bernafsu.Ellena sudah menjauh dari pandangan Roy. Tapi cowok itu tetap saja mengikuti.Roy semakin hilang sadar saat Ellena berdiri, lekukan tubuhnya mengikuti dress mini. Mata Roy liar memandangi setiap bagian tubuh Ellena yang membuatnya bergairah.Tangan kanannya bergerak begitu saja menyentuh bagian paha Ellena, bagian yang mulus dan putih itu seakan menyapa matanya yang genit."Anjing! Lo jangan kurang ajar Roy!"Jeritan Ellena
"Dasar brengsek!" hardiknya dengan wajah kesal. Nayla melangkah dengan cepat. Ia tidak perduli orang yang melewatinya menatapinya. Sepanjang perjalanan tak henti Nayla menggerutu, menahan air matanya untuk tidak jatuh. Sudah cukup, kesabarannya sudah habis. Seharusnya Nayla bersikap biasa saja, tapi sebagian dari dirinya tidak terima. Rasanya dadanya seperti ditusuk jarum, sakit dan perih.Dari belakang terdengar suara motor Raka. Nayla tidak perduli, dia tetap melangkah. Raka bernafas lega saat melihat Nayla. "Nayla dengerin aku dulu, "ucap Raka menggapai tangan Nayla, tapi dihempaskan Nayla."Dengerin aku dulu, La.""Apa? Nggak guna!" bentak Nayla marah. Menepis tangan Raka dan melangkah. Raka membiarkan motornya lalu mengikuti langkah Nayla. Nayla berdecak geram saat melihat Raka sudah
"Aku langsung pulang," ucap Raka saat sampai di gerbang rumah Nayla. Nayla tersenyum membalas tatapan dingin Raka. Sekarang entah siapa yang harusnya marah. Nayla menatap kepergian Raka."La, baru pulang?" tanya Ayu melihat Nayla masuk. Nayla tidak berkata apa-apa. Ia langsung memeluk Ayu dengan erat tersirat kesedihan diwajahnya. Ayu tidak mengurungkan niatnya untuk bertanya, ia tahu Nayla terlihat lelah dan seperti memendam sesuatu. Nayla merebahkan tubuhnya di atas kasur, bermalas-malasaan. Pagi ini terasa berbeda. Raka tidak menelpon, tidak ada pesan singkat cowok itu. Kalau sudah seperti ini ia merasa ada masalah. "Kata Tante, lo ngurung diri di kamar. Makanya gue samperin." Beca sudah ma
Raka berdiri di depan Nayla. Gadis itu mendongak melihat Raka dengan tatapan dingin. Lalu Raka berjongkok di depan Nayla. "Balapannya udah lama di rencanain, La. Jadi nggak bisa dicancel." Raka menatap bola mata bening itu. Gadis itu mengalihkan pandangannya dengan kesal. "Please, kali ini aja ngerti." "Hari ini kamu nggak ada kasih kabar ke aku. Taunya kamu mau balapan aja," ketus Nayla tidak mau melihat Raka. "Sayang, hari ini kita jangan berantem ya. Kamu mau aku nggak balapan? Semua lagi nungguin aku La, jangan larang aku ya." "Aku larang juga kamu pasti masih balapan kan?" ucap Nayla melihat wajah Raka yang serba salah. "Kamu maunya apa sih ke sini? Ngelarang aku, hm? Please dong La, jangan manja." Raka mena
Rumah Nayla begitu damai dipenuhi hiasan bunga-bunga di halaman rumahnya. Nayla berdiri ditepi jendela kamar melihat panorama keindahan taman halaman rumah. Sudah sebulan semenjak Nayla memutuskan Raka, seakan kejadian itu baru terjadi semalam. Masih terdengar suara Raka yang berteriak-teriak memanggil namanya saat dia meninggalkan Raka, wajah sayunya. Nayla menghela nafas pelan. Tubuh langsing Nayla masih berbalut dengan baju tidurnya, terasa dingin saat angin pagi menghembus tubuhnya dari jendela. Wajahnya masih murung dan tidak ceria. Nayla melangkah ke kasur. Dia duduk sambil memandang sekelilingnya, suasana seperti kapal pecah, plastik bekas cemilan tergeletak di lantai. Laptop terbiar di atas kasur, tadi malam dia begadang nonton film. Kebiasaan lamanya kambuh. Tidak ada lagi baju Raka yang biasa digantung di depan lemari.Dihempaskan tubuhnya ke dalam kasur menggeliat malas, hari ini libur memb
Rangga menyetir mobilnya dengan tenang menuju sekolah SMA Budi mulia. Pagi ini Rangga berbaik hati menjemput Nayla dan Beca. Mobilnya terus memasuki gerbang sekolah, ketika itu dia melihat Tina diantar oleh seorang laki-laki dengan motor yang sangat familiar. Rangga merasa seperti mengenal laki-laki itu. Lalu Rangga menatap gelisah pada Nayla yang duduk di sampingnya, kemudian menoleh ke belakang melihat Beca. Mereka saling menatap.Raka mengantar Tina ke sekolah dan Nayla melihatnya dengan sangat jelas.Nayla keluar dari mobil berjalan masuk bersama Beca. Raka melewati mereka begitu saja, seakan tidak pernah mengenal Nayla.Rasa sakit di hati Nayla dicoba disembunyikan dari kedua temannya dengan senyum tipis. Tina tidak peduli dengan situasi mereka. Dia dengan cuek berjalan begitu saja. &nb
Raka memilih untuk menonton film fash & furious 8, karena Raka lebih menyukai film action dibanding yang melow. Katrine hanya menghela nafas pendek saat tahu Raka sudah membeli tiket, padahal dia ingin menonton Aladin yang berbau romantis. Katrine mencoba menggerakkan tubuhnya selayaknya mereka sepasang kekasih, tapi Raka sama sekali tidak mengerti kode yang diberikan Katrine. Raka tetap asyik menonton, gadis itu menempelkan kepalanya di pundak Raka, tapi Raka hanya cuek tanpa ada belaian tangan di rambutnya. "Kiss me," bisik Katrine membuat Raka terkejut matanya membesar.Gila! Nih, cewek agresif banget! Raka men