"Tapi..." Fiolina hendak menolak permintaan Ferdinan yang terasa begitu berat itu.
"Papa tahu kok," potong Ferdinan. "kamu mungkin khawatir. Tapi, Julio gak akan menyakiti kamu sebagaimana Oma, Rossi ataupun Rey, dia tidak jahat seperti mereka.""Julio itu hanya korban, dia kurang kasih sayang. Itulah mengapa dia dingin dan kaku. Dia gak pernah jatuh cinta ataupun berpacaran sebelumnya. Tapi tiba - tiba dia jatuh cinta sama kamu. Pasti gak mudah baginya menerima penolakan. Mungkin dalam hati kecilnya, dia merasa tidak layak dicintai siapapun, itulah mengapa dia menjadi sangat keras hati.""Kalau kamu bisa membuatnya merasa dicintai, papa yakin Julio bisa melunak. Apa kamu mau belajar mencintai Julio?"Fiolina tak bisa berkata - kata. Mendadak dia menjadi susah menelan makanan.Namun, jika benar Julio sampai menculik Rey karena marah akan perbuatan Rey yang mencoba melecehkannya, entah mengapa Fiolina merasa itu sangat manis."Kamu ngapain di sini?" Fiolina menatapnya dengan sebal. Hari ini dia ingin menghibur diri. Jadi, Javeline termasuk dalam daftar orang terakhir yang ingin dia temui. "Cafe ini milikku," jawab Javeline dengan bangga. "Oh, pantes pelayanannya super buruk," sela Sarah. "Kami cuma menjaga cafe kami dari kotoran. Aku gak mau para pelanggan risih karena ada artis prostitusi di sini."BUKK!! Sarah mendorong Javeline dengan keras. "Jangan sembarangan kalau ngomong ya." Fiolina yang sudah terbiasa dengan tingkah Javeline merasa malas untuk menanggapi. "Udahlah Sar, biarin aja. Ayo kita pergi," Fiolina menarik lengan Sarah untuk pergi. "Jadi istri dari salah satu keluarga Young kelihatannya gak cukup berdampak baik buat kamu," ujar Javeline tiba - tiba, membuat langkah Fiolina terhenti. "Kata siapa? Fiolina hidup mewah dan dicintai keluarga barunya. Dia dapat f
"Apa?" Julio seperti tidak percaya pada apa yang baru saja dia dengar. Mungkinkah...?"Mak... maksudku, itu sama aja menciderai statusku sebagai istrimu. Semua orang tahu kalau istrimu adalah aku. Kalau orang lihat kamu bersama perempuan lain saat menghadiri acara penting, mereka akan memandangmu sebagai pengkhianat sekaligus meremehkanku. Jadi.. aku cemburu karena dia seolah merebut tahtaku," Fiolina gelagapan saat menjelaskan. Julio mendengus. Hah! Dia sudah menduga. Bodohnya dia berpikir bahwa Fiolina mungkin telah jatuh cinta padanya."Menganggapku pengkhianat dan merendahkanmu? Mau tahu satu hal? Aku - gak - peduli," Julio menjawab dengan ketus. "Tapi aku sangat ingin ke pesta itu," rengek Fiolina. "Aku juga gak peduli." "Gimana kalau kita bikin kesepakatan?" "Kesepakatan apa lagi?" "Aku akan kembali ke kamu dan gak tinggal sama papa Ferdinan lagi. Sebagai gantinya, kamu harus mem
Billy Gunardi adalah tersangka utama pada salah satu kasus percobaan pembunuhan yang pernah Julio tangani. Saat itu, Fiolina pertama kali menghubungi Julio untuk menjadi saksi. Itulah awal pertemuan Julio dan Fiolina. Kesaksian dari Fiolina sangat memberatkan Billy. Sampai akhirnya, Billy divonis 20 tahun penjara. Namun, beberapa bulan yang lalu, Julio mendapat kabar bahwa Billy mati bunuh diri di Penjara. "Henry, apa ada kemungkinan bahwa kematian Billy adalah palsu?" "Itulah yang sedang orang kita selidiki Pak." Julio mengangguk setuju. "Jika benar kematiannya palsu dan dia masih hidup. Mungkin kecelakaan itu disengaja. Dia pasti ingin balas dendam kepada Fiolina yang telah bersaksi memberatkannya," pungkasnya. *****"Makasih ya suster," Fiolina baru saja kembali ke kamarnya setelah berkunjung ke kamar Sarah. Dia berterima kasih kepada perawat yang membantu mendorong kursi rodanya dan membaringkannya kembali ke tempat tidur. Ja
Api mulai menjalar ke seluruh ruangan. Beberapa barang rongsok yang terbuat dari plastik mulai mengeluarkan asap berbau menusuk saat terbakar. Fiolina mulai merasakan panas mengelilingnya. Beberapa kusen jendela dan pintu yang rapuh terjatuh ke lantai setelah terbakar sebagian. Fiolina masih tidak bisa bergerak. Air matanya mengalir semakin deras. Dia teringat Papanya, Mamanya, Adiknya, sahabatnya Sarah dan Rangga. Bahkan, dia teringat Julio dan Ferdinan. Saat Fiolina sudah pasrah menunggu api yang akan membakarnya sampai mati, tiba - tiba sekelompok pria mendobrak masuk.BRAKK!!! "Di sini! Nyonya Fiolina ada di sini Pak!" teriak salah satu dari mereka. Pertolongan datang? Fiolina nyaris tak percaya dengan keberuntungannya kali ini. Dia tidak membawa panic buttonnya, mungkinkah papa mertuanya bisa menemukannya di sini? Fiolina bisa melihat beberapa orang laki - laki membawa apar dan me
Julio bangun di pagi hari dengan aroma sedap makanan menguar memasuki kamarnya. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi tapi perutnya sudah keroncongan karena aroma masakan itu. Biasanya, Julio akan makan pukul 8. Tapi kali ini dia langsung menuju dapur untuk melihat makanan apa yang begitu menggugah seleranya. "Kamu masak itu semua?" Julio memandang sederet menu yang sudah terhidang di meja makan. "Eh, udah bangun? Iya ini aku masak semuanya," jawab Fiolina dengan riang. "Kamu bangun jam berapa?" "Jam 5." "Semua ini dimasak hanya dalam satu jam? Apa kamu lagi membual? Atau kamu sebenarnya beli ini di restoran tapi mengakuinya sebagai masakanmu sendiri." Julio tidak bisa disalahkan karena menuduh Fiolina. Kebanyakan gadis kaya yang dia kenal tidak bisa memasak. "Hahaha!" Fiolina tertawa. "Ini cuma sarapan sederhana. 1 jam udah cukup. Lihat! Ini cuma sosis bakar dan kentang goreng. Roti gandum isi
"SH*T!" umpat Julio. Dia membuka pintu mobilnya untuk mengejar badut itu, namun lampu sudah menjadi berwarna hijau dan dia tidak bisa terus berada di sana. Dengan terpaksa Julio menjalankan mobilnya. Saat dia menemukan tempat untuk menepi, dia sudah tidak bisa melihat keberadaan badut itu. "Sial! Ini pasti si Billy brengs*k itu!" Julio meraih ponsel dari dalam sakunya lalu menelepon seseorang. "Billy mengirim surat kaleng berisi ancaman. Lakukan tugas kalian dengan baik. Kali ini jangan sampai kecolongan. Awasi terus Fiolina," perintahnya kepada pimpinan bodyguard yang dia tugaskan untuk menjaga Fiolina. *****Siang harinya, Julio menemui Sharon dan Ardan di sebuah cafe. "Kamu yakin ini dikirim oleh papa? Maksudku, kamu selama ini kan berurusan dengan banyak penjahat," komentar Ardan kepada Julio saat Julio menyerahkan surat kaleng yang dia terima pada pagi harinya. "Iya kamu benar. Aku punya banyak musuh
"Fiolina! Buka pintunya! Aku mau ke toilet. Kamar kamu gak ada kamar mandinya." Javeline benar. Di apartemen ini hanya ada dua kamar mandi. Satu di kamar utama yaitu yang ditempati oleh Julio. Dan satu lagi di samping dapur. Kamar Fiolina tidak memiliki kamar mandi dalam. Dan sekarang Javeline sedang ingin buang air besar.Fiolina sebenarnya mendengar panggilan Javeline. Tapi dia pura - pura tidur. Dia menikmati hasil kerjanya mengerjai Javeline. "Sial*n kamu Fiolina!" Javeline merasa kesal karena sekarang perutnya sangat sakit tapi dia tidak bisa ke toilet. Javeline bersumpah akan membalas ulah Fiolina. Dia diam - diam telah menyusun rencana yang jauh lebih jahat. *****2 hari kemudian."Setrika ini!" Julio menyodorkan sebuah jas kepad Fiolina. "Kamu mau pakai ini buat ke pesta jaringan nanti malam?" "Iya. Javeline agak merajuk karena kejadian 2 hari yang lalu waktu kamu kunci dia di ka
Fiolina duduk di salah satu meja bundar. Tempatnya hanya selisih satu meja dari meja Julio. Fiolina mengawasi laki - laki itu. Sesekali merasa sebal saat dia terlihat begitu akrab dengan Javeline. "Hei, kamu kenapa? Gak enak badan? Kamu kelihatan tegang," sapa Kevin yang baru tiba dari toilet. "Eh, gak kok. Aku baik - baik aja." "Mau aku ambilin minuman dingin?" "Boleh." Kevin lalu mengambil minuman dingin untuk Fiolina. Sesuai rencana yang dia susun bersama Javeline, dia memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Fiolina. "Ini," Kevin menyerahkan minumannya. Ketika Fiolina menenggak minuman itu hingga setengah gelas, Kevin tersenyum puas. "Aku gak ngerti, kenapa Julio gak ajak kamu ke sini dan malah pergi sama perempuan lain," komentar Kevin ketika dia melihat ke mana arah tatapan Fiolina. "Oh. Pernikahanku dan Julio cuma pernikahan bisnis. Kami gak saling mencintai.""Hm... begitu