Home / Rumah Tangga / Neraka Yang Kau Ciptakan / 5. Jadi kamu suaminya?

Share

5. Jadi kamu suaminya?

Author: Ai Bori
last update Huling Na-update: 2025-07-05 22:29:51

Butik dua lantai bernuansa gold adalah milik Carrista. Butik tersebut mencerminkan ciri khas kemewahan dan keanggunan setiap produknya. 

Carrista memiliki nuansa butik yang berbeda di setiap cabang. Semua tergantung minat yang disuka oleh konsumennya. 

Mobil sudah terparkir di depan. Mang Udin membukakan pintu mobilnya. Carrista pun keluar sambil mengatakan, “nggak perlu ditunggu, Mang! Nanti saya telepon kalau sudah selesai.”

“Baik, Bu.”

Mang Udin pun pergi dari butik tersebut. Carrista masuk ke dalam dan langsung disambut oleh seorang pria bernama Diva di siang hari sedangkan Deva merupakan namanya di malam hari. 

“Carrista, yuhuuu!” Diva yang merupakan asisten pribadi Carrista pun mendekatinya. 

“Dev, ya ampun. Kamu ngagetin aku aja!”

“Dev Dav Dev Dav Dev. You know sekarang jam berapa? Ini siang bolong, Shay. Call me—”

“Diva! Yes, i know. Padahal aku sengaja panggil Dev. Tuh, lihat! Pelanggan ada yang cantik, siapa tahu—”

“Siapa bilang aku suka wanita? Errgh!” Deva tampak kesal dengan Carrista. 

Hal itu membuat Carrista tertawa geli mendengarnya. Di sini ‘lah hatinya suka terhibur. 

“Cantik, jangan marah. Ayo kita ke ruangan saja.”

“Nah, gitu dong. Aku udah cantik ‘kan, Carrista? Soalnya, client kita ini pria tulen berbidang enam pax.”

“Astaga! Kamu mau godain dia? Awas kalau mempengaruhi kerja sama kita!”

“Tenang! Aku main cantik.”

Tak lama kemudian, client yang ditunggu pun datang. Benar kata Deva, pria itu tampak tampan dan rupawan. Hanya saja, itu tak ternilai di mata Carrista. 

Setelah selesai acara meeting bersama. Carrista izin untuk pergi terlebih dahulu. Dia buru-buru pergi karena tak sabar ingin bertemu anak dan suaminya.

Carrista menelpon mang Udin dan memberitahu bahwa dirinya menunggu sang supir di toko roti yang berada tak jauh dari butiknya. Carrista berencana untuk membelikan Tyara roti kesukaannya. 

Untuk menghindari rasa jenuhnya, Carrista memasang earphone di telinga dan langsung mencari lagu kesukaannya. 

Carrista terus berjalan tanpa memperdulikan keadaan. Tiba-tiba suara kericuhan terjadi, seorang pencuri menarik tasnya lalu berlari sekuat mungkin. Carrista yang terkejut, hanya bisa berlari mengejar sambil berteriak. 

Karena memakai sepatu dengan tapak yang cukup tinggi, Carrista pun tersandung dan tak sengaja menabrak pohon hingga kepalanya terbentur buah nangka yang tak sengaja jatuh. 

Carrista tidak tahu lagi apa yang terjadi. Pandangan menjadi gelap dan semakin lama ia menjadi tak sadarkan diri. 

*** 

“Tidaaaaaaak!”

Carrista berteriak di ruang asing. Dia baru saja membuka mata, tetapi, bukan kamarnya yang ia lihat. Bukan pula ruang kerjanya yang terlihat.

“Aku dimana? Aku dimana?”

Dia kembali berteriak. Namun, tak ada satu orang pun yang datang menghampirinya. Dilihatnya lagi ke sekeliling. Tiba-tiba dia berpikir hal buruk yang mungkin telah terjadi. Carrista menatap ke bawah yang tertutup oleh selimut.

Hatinya sedikit lega saat melihat pakaiannya masih terpasang dengan sempurna. Bertepatan dengan itu, seseorang membuka pintu kamar tersebut. Carrista langsung menutup badannya. 

“ Who are you?” teriak Carrista. Dia sengaja memakai bahasa asing karena melihat wajah pria itu seperti bukan wajah lokal. 

Pria tampan nan gagah masuk ke dalam kamar itu. Dia tak perduli dengan pertanyaan Carrista yang berada di hadapannya. 

“Hei!” teriak Carrista lagi. 

“Nggak perlu pakai bahasa asing. Ibuku dari indo, aku paham sedikit bahasa Indonesia.”

Carrista terdiam. Dia masih tidak percaya, karena wajah pria tersebut tampak seperti bule yang tidak paham betul tentang Indonesia.

“Namaku Bramasta. Apa aku harus kasih nama lengkapku?”

“Kenapa aku di sini? Kamu mau macam-macam, ya?”

Pria itu tergelak, “harusnya, kamu ucap terima kasih. Why? Cause, i help you!”

“What?”

“Makan ‘lah bubur ini dulu, sebelum dingin. Nasi yang sudah berubah menjadi bubur, itu biasa dan mudah dimakan. Tapi, kalau bubur udah berubah jadi air, harapan apalagi yang bisa kamu pikirkan? Makan saja bubur kuah!”

Carrista menjauhkan mangkuk yang telah diberikan padanya. “Aku nggak lapar. Tapi ngomong-ngomong, Malingnya—”

“Malingnya ketangkap. Tas kamu ada di meja.”

“Terima kasih.”

Carrista berusaha untuk duduk, tetapi tak mampu karena merasa kepalanya sangat sakit. 

“Padahal cuma ketimpa nangka, tapi kenapa sakit banget,” gumam Carrista. 

“Nangka yang jatuh bukan sembarang nangka. Ukurannya segini!” sambil menunjukkan perkiraan besar buah nangka yang jatuh tadi. Cukup besar, bahkan sangat besar. Pantas saja dapat membuat Carrista pingsan tadi. 

Carrista hendak bergerak, tetapi tertahan karena pria tadi menahannya. “Kenapa?”

“Aku mau ambil ponsel di tas, keluargaku pasti nungguin aku.”

“Keluarga? Kamu sudah berkeluarga?”

“Hm.”

“Biar aku bantu ambilkan!”

Pria itu mengambilkan tas Carrista, lalu ia berikan pada wanita itu. Setelah itu ia mengulurkan tangannya. 

“Kita kenalan sekali lagi. Aku Bram. Bramasta.”

“Carrista!” Sahut Carrista sambil membalas uluran tangan pria itu. 

Carrista membuka ponsel, betapa terkejutnya dia saat melihat mang Udin menelponnya berkali-kali. 

“Mau pulang? Biar aku antar!”

Carrista menggelengkan kepala. “Supir aku nanti jemput.”

Baru saja Carrista mengatakan itu, tiba-tiba mang Udin menelponnya dan mengatakan ia sedang mengantar Bella pulang. Cukup mengejutkan, karena saat ia balik ke rumah tadi sang suami mengatakan bahwa Bella sudah pulang dari tadi. Namun, apa yang sebenarnya terjadi?

Pintu diketuk dari luar. Bramasta mempersilakan masuk. Seorang pria memakai jas hitam mendekatinya. 

“Tuan, mobil su—”

“Paham. Keluarlah dulu!” Potong Bramasta. 

Pria itu pergi membuat Carrista sedikit bertanya dalam hatinya. Tuan? Siapa pria ini sebenarnya?

Carrista memang sedikit bingung. Karena jika dilihat dari penampilan, Bramasta tidak seperti seorang pejabat tinggi. Dia memakai kaos biasa, tak memiliki tanda apapun di dirinya. 

“Makanlah dulu, nanti aku antar.”

Carrista kekeuh untuk tidak memakannya. Semakin Carrista menolak, semakin Bramasta memaksa. Mau tak mau, dia pun memakannya. 

“Takkan ada racun di mangkuk kamu!” seru Bramasta. 

Setelah beberapa menit, Carrista digendong oleh Bramasta hingga sampai di dalam mobil. Carrista merasa tidak enak, dia sedikit risih dengan perhatian singkat oleh Bramasta. 

“Kenapa aku tidak di belakang saja?” tanya Carrista dengan polosnya. 

“Aku bukan supir kamu!”

Suasana kembali hening. Dia memikirkan suaminya yang mungkin akan marah jika melihat mereka bersama. Bramasta berdehem lalu menunjuk sebuah layar di mobilnya. “Tulis tujuan kamu di sini!”

Setelah beberapa menit, mereka telah sampai di kediaman Carrista. Begitu Carrista turun, ia di sambut dengan suaminya yang kebetulan sebelum sampai ke rumah sudah mendapatkan informasi dari Carrista bahwa wanita itu telah mengalami kecelakaan. 

“Sayang, kenapa bisa begini?” tanya Reno. 

Bramasta pun turun dari mobil, lalu menatap Reno dengan tajam. “Jadi kamu suaminya?”

Reno tercekat saat melihat pria itu. “K—kamu!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   6. Gelagat aneh Reno

    Keduanya bersitegang menggambarkan ada sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Beberapa saat kemudian, Reno mengalihkan pandangannya m wajahnya pucat, berkeringat dingin terlihat jelas. Carrista pun merasa bingung. Dia langsung menepuk tangannya satu kali sambil mengatakan, “udah pada kenal?”Reno membuka mulutnya. “U—” tetapi terhenti saat mendengar ucapan Bramasta. “Tidak. Tapi seperti tak asing, memang.”Carrista tersenyum. “Padahal wajahnya langka, kenapa bisa jadi pasaran?”Niatnya ingin memecahkan keheningan, Bramasta berdehem untuk berpamitan pulang. “Cepat sekali, apa nggak mau mampir dulu?” tanya Carrista. “Sepertinya suami kamu sibuk. Hm, maksudnya kamu perlu istirahat. Semoga lekas sembuh!” seru Bramasta. Lalu, dia melihat Reno. “Bisa pegang janji, ‘kan?”Reno mengangguk. Bramasta menatap Carrista. “Carrista, i wanna say, jangan percaya seratus persen dengan laki-laki. Sekalipun ia pasangan sendiri.”Setelah mengatakan itu, Bramasta pun masuk ke dalam mobil. Ia pergi

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   5. Jadi kamu suaminya?

    Butik dua lantai bernuansa gold adalah milik Carrista. Butik tersebut mencerminkan ciri khas kemewahan dan keanggunan setiap produknya. Carrista memiliki nuansa butik yang berbeda di setiap cabang. Semua tergantung minat yang disuka oleh konsumennya. Mobil sudah terparkir di depan. Mang Udin membukakan pintu mobilnya. Carrista pun keluar sambil mengatakan, “nggak perlu ditunggu, Mang! Nanti saya telepon kalau sudah selesai.”“Baik, Bu.”Mang Udin pun pergi dari butik tersebut. Carrista masuk ke dalam dan langsung disambut oleh seorang pria bernama Diva di siang hari sedangkan Deva merupakan namanya di malam hari. “Carrista, yuhuuu!” Diva yang merupakan asisten pribadi Carrista pun mendekatinya. “Dev, ya ampun. Kamu ngagetin aku aja!”“Dev Dav Dev Dav Dev. You know sekarang jam berapa? Ini siang bolong, Shay. Call me—”“Diva! Yes, i know. Padahal aku sengaja panggil Dev. Tuh, lihat! Pelanggan ada yang cantik, siapa tahu—”“Siapa bilang aku suka wanita? Errgh!” Deva tampak kesal den

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   4. Kamu bukan milikku.

    “Mas!”Suara ketukan pintu berbunyi. Terdengar suara manis dari istri tercinta di ambang pintu. Olahraga belum selesai dilakukan, keringat jagung pun masih keluar. Namun, kedua insan ini terpaksa harus menghentikan kegiatannya dengan terengah-engah. “Shit! Kenapa dia pulang?” gerutu Bella. “Lekas pakai pakaian kamu, sebelum ketahuan!” Reno mengecup kening Bella, “nanti kita sambung lagi, Sayang.”Bella pun menjadi luluh. Ia langsung memakai kembali pakaiannya. “Mas, sedang apa kamu?” teriak Carrista. “Aku ketiduran, Sayang. Sebentar aku bukain!” sahut Reno. Bella yang di sampingnya langsung berbisik, “terus aku harus ke mana?”Reno menjadi bingung. Dilihatnya pintu kamar mandi terbuka, “masuk ke kamar mandi aja!”Satu menit berlalu, Bella pun sudah masuk ke dalam toilet. Sudah merasa aman, Reno mengatur napas lalu perlahan ia buka kuncinya.“Sayang, kenapa cepat sekali pulangnya?”Carrista mengernyitkan alis. “Mas nggak suka aku pulang?”Reno mengecup bibirnya. “Biar nggak bawel!

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   3. Flashback

    Mobil sudah berangkat meninggalkan rumah. Tiba-tiba seseorang memeluk Reno dari belakang. “Aku yang kamu bohongi, kenapa dia yang kamu temani sampai pergi? Bahkan dia udah nggak kelihatan.”“B—bel, l—lepasin. Nanti ke—”“Ke apa? Ketahuan?”Bella melepaskan tangannya. Reno pun berbalik arah. Dilihatnya Bella yang sedang melipat tangan ke arahnya. “Sayang, hei … bukan gitu. Aku cuma khawatir aja kalau nanti—”“Khawatir? Baik … kamu khawatir dengan dia. Terus kamu nggak khawatir sama aku? Kamu nggak hargain aku, Mas?”“Bel! Astaga, ikut aku!”Reno menarik tangan Bella ke dalam. Meski para pelayan melihat, keduanya tidak perduli. Karena ternyata ini bukan merupakan kali pertama mereka menunjukkan bahwa keduanya benar-benar memiliki hubungan yang lain. Tak ada satupun pelayan yang berani mengatakan itu pada Carrista. Karena mereka sudah diancam oleh Reno. “Papa … Tante … Mau ke mana?”Keduanya berhenti saat mendengar suara Tyara di sana. Reno menoleh ke sumber suara. Terlihat sang buah

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   2. Kedatangan Bella

    Matahari telah terbit. Ternyata, hari sudah berlalu. Carrista membuka matanya saat ia merasa sang suami sudah tidak berada di sampingnya. “Ke mana Mas Reno?” gumamnya. Carrista menatap jam dinding, sudah memasuki pukul sembilan pagi. Pantas saja sang suami sudah tidak berada di dalam kamar, pikirnya. “Padahal, kami jarang lakukan itu. Tapi, kenapa cuma aku yang kelelahan? Kenapa sepertinya Mas Reno sudah biasa?”Pikiran buruk pun mulai merajalela. Dia menggelengkan kepala. Sesaat kemudian, Carrista memilih untuk membersihkan dirinya. Setengah jam berlalu, akhirnya wanita ini sudah selesai mandi dan berpakaian dengan rapi. Pagi ini, dia ingin segera ke butiknya untuk bertemu dengan klien. Semakin cepat dia pergi, semakin cepat pula selesainya nanti. Dan pada akhirnya dapat berkumpul lagi dengan keluarga. Carrista pun menuruni anak tangga dan pergi ke dapur. Begitu sampai di dapur, ia tercengang melihat pemandangan aneh di depan mata. “Bella!” seru Carrista dengan wajah tercengang

  • Neraka Yang Kau Ciptakan   1. Kok pulangnya dadakan?

    “Kota ini masih sama, tak ada yang berubah!”Wanita ini menatap di sekitar jalan yang ia kelilingi dengan mobilnya. Mang Udin — supir yang sedang menyetir pun menatap dari kaca. Ia merasa kasihan dengan majikannya tersebut. “Benar ‘kan, Mang? Bangunannya nggak ada yang berubah!” lanjutnya lagi. “Iya, Bu. Cuma keadaan yang berubah.”“Maksudnya?” Carrisa Dealova, namanya. Dia sedikit bingung dengan ucapan Mang Udin yang sedikit memberi tanda padanya. Sementara Mang Udin, dia terlihat gelisah saat ini. Ada kebenaran yang sedang ditutupi olehnya.“Mang Udin?” Carrista memanggilnya setelah beberapa detik tak ada sahutan dari supirnya. “I—iya, Bu?”“Mamang kenapa? Lagi ada problem?”“E—enggak, Bu. Anu, maksudnya tadi keadaannya itu kayak yang lalu-lalang yang beda. Karena ‘kan tiap detiknya pasti yang lewat beda-beda.”Entah apa yang dibicarakan Mang Udin saat ini. Dia memang menjawab tanpa berpikir terlebih dahulu. Membiarkan lisannya berbicara dengan kata-kata yang tidak begitu penti

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status