LOGINSuara pecahan gucci itu terdengar sangat kuat. Carrista menangis sesenggukan. “Gucci ini, entah sudah berapa kali dia menyaksikan perzinahan kalian, tapi dia diam saja.”Prang!Sebuah lampu tidur pun juga dijatuhkan olehnya. “Lampu ini, entah sudah berapa kali jadi penerang perbuatan busuk kalian!”Bantal ia jatuhkan, seprai juga ia lepas dari kasur. “Kasur ini sudah beribu kali jadi sasaran dosa kalian!”Carrista berteriak histeris. Dia tak sanggup melihat seluruh isi ruangan tersebut. “Ini punyaku, tapi udah milik orang lain. Aku asing di sini, aku asing!” Pekik Carrista. “Sayang, udah cukup. Sayang jangan gini!” Reno terpukul mendengarnya. Seakan ada yang menusuk hatinya saat ini. Pria ini hendak mendekati Carrista, tetapi tertahan saat wanita itu memberikan isyarat dengan tangannya.“Berhenti di sana!” Ucap Carrista. Carrista berjalan ke luar, saat berpapasan dengan Reno, tangannya sempat dipegang oleh Reno. “Jangan sentuh aku!” Seru Carrista. “Carrista, mau ke mana?” Tanya
Satu persatu anak tangga ia turuni. Semakin lama semakin tampak ke bawah. Dia tersenyum lebar saat melihat punggung orang tersayang yang sedang berpelukan.“Kemana aja aku selama ini sampai menyia-nyiakan keluarga hangat ini?” Gumamnya menyesali semua yang telah terjadi. Jika saja waktu dapat berputar, mungkin semuanya takkan seperti ini. Mungkin akan ia perbaiki semuanya. Takkan ada pengkhianatan, takkan ada kebohongan dan hanya ada kehangatan dalam keluarga ini. Begitu sampai di depan mereka, Reno langsung mengatakan, “Tyara … Papa datang!” Namun, siapa sangka ia melihat pemandangan indah saat itu. “Pantas saja nggak ada suara, udah pada tidur ternyata,” gumamnya.Reno menggendong Tyara dengan sangat hati-hati. Ia ingin membawa Tyara ke kamar agar tidur dengan nyaman. Saking hati-hatinya, ia takut membuat keduanya terbangun. Namun, siapa sangka tangan Reno sedikit menyentuh Carrista membuat wanita itu menggeliatkan badan. Carrista sempat membuka mata, Reno langsung mengatakan,
Reno memeluk putrinya, “Papa janji, setelah kerjaan Papa selesai, Papa akan turun dan duduk di samping Tyara. Gimana?”“Janji?”“Hm, tentu saja.”Senyuman pun terlihat dari wajah Tyara. Hanya sebuah janji palsu saja sudah membuat bahagia anak yang tak bersalah itu. Begitu Reno pergi, Carrista mengajak Putrinya untuk duduk di sofa. Sebenarnya aroma Reno saat lewat di hadapannya tadi membuatnya ingin memeluk lelaki itu. Bicara rindu, rasanya besar kali. Jika saja rumah tangga tersebut tidak ada campuran pengkhianatan, mungkin situasinya tidak seperti ini. “Mama nangis?” Tanya Tyara. “Nggak, Sayang.”“Kenapa wajah Mama merah?”“I—itu … itu karena Mama rindu banget sama kamu. Pengen peluk gemes, cubit pipi gemes juga. Boleh?”“Boleh!” Keduanya tertawa sambil bercanda. Mereka juga bercerita tanpa kenal rasa lelah. Reno yang berada di dalam kamar mendengar itu semua merasa sedih. Di dalam benaknya, harusnya dia juga berada di sana bersama anak istri mencurahkan canda tawa bersama. Beba
Carrista tidak menoleh sama sekali. Ia abaikan panggilan dari suaminya tersebut. Namun, Reno mengejarnya dan langsung menarik tangan Carrista. “Sayang, bicara bentar. Please!”“Lepas!”“Sayang ….”“Jangan panggil sayang.”Reno menundukkan kepalanya. “Maaf.”“Lepas!” Carrista berusaha keras agar tangannya terlepas dari genggaman tersebut. Akhirnya Reno pun melepaskannya. Saat wanita ini ingin melangkah, Reno kembali bersuara. “Ayo kita pulang!”Carrista tak jadi berjalan. Rasanya, ucapan Reno tersebut membuatnya tergelitik. Wanita ini pun memaksakan diri untuk tertawa. “Kita? Pulang? Siapa kita itu, Mas? Pulang? Pulang ke mana? Rumah mana yang kamu maksud? Rumah siapa? Rumah yang kamu pakai untuk berzina? Rumah yang selalu kau jadikan tempat bertemu dengan selingkuhanmu? Cuih!”“Aku benar-benar khilaf, Sayang. Tolong kasih aku kesempatan satu kali saja. Aku akan perbaiki semuanya.”“Mas Reno … Mas Reno … harusnya kalau kisah kamu belum usai saat bertemu lagi dengan cinta lamamu, le
Awalnya Diva hanya menebak dengan asal-asalan. Namun, bisa dibayangkan betapa terkejutnya dia saat tebakan itu benar apalagi dengan sahabat Carrista sendiri. Carrista pun menceritakan semua yang ia ketahui sambil terisak dan berurai air mata. Hal itu membuat Diva semakin tak tega melihatnya. “Br3ngsek!” Ucap Diva sambil memukul meja dengan sedikit keras.“Aku kurang apa, Div? Aku salah apa selama ini? Yang aku nggak habis pikir, kenapa harus sahabat aku? Apa nggak ada wanita lain?”Tangisan Carrista pecah. Suaranya bergetar hebat. Tak terasa air matanya terus mengalir dengan keras.“Aku nggak bisa diam aja!” Seru Diva. Wanita jadi-jadian ini berdiri lalu pergi dari sana. Dia berjalan dengan cepat sambil mengepalkan tangan. Carrista tersentak, dia ingin menahan tetapi tak sempat lagi karena langkahnya kalah cepat dengan Diva. “Reno!” Teriak Diva dengan suara berat. Kali ini dia sudah seperti Deva, alias pria sungguhan. Baru saja Reno membalikkan badannya, sebuah serangan membuat
William menatapnya sambil tersenyum. "Sudah lama! Tapi kamu tenang aja, semua sudah berakhir. Hubungan mereka sudah sebatas atasan dan bawahan saja. Sekarang, keluarga kamu tolong dijaga baik-baik. Aku juga gitu, akan jaga Bella dengan baik."Percaya diri sekali William mengatakan itu padanya. Carrista malah menerangkan William dengan keras saat ini. "Kamu bodoh, William!"Pria itu langsung menatapnya. "Ada apa?""Kamu pikir hubungan mereka sudah berakhir? Kalau memang sudah berakhir, saat ini aku mungkin masih terjebak dalam kebohongan yang kalian bilang sudah usai itu. Tapi sayangnya, sampai detik ini pun hubungan mereka masih lanjut.""Kamu yakin?"Carrista tersenyum getir. Dia menceritakan bagaimana pertama kali ia mengetahui perselingkuhan antara suami dengan sahabatnya sendiri. Semua bermula saat sang suami pergi mengunjungi teman lamanya yang tak lain adalah Jack dan ternyata Carrista 'lah yang menjadi teman lama Jack. William menggelengkan kepala, bukan tak menyangka teta







