LOGINKael menatap sang nenek dengan tenang, lalu berkata, "Bukan, Nek. Itu bukan mainan... itu adalah Lonceng Jiwa. Dulu digunakan oleh para biarawan di era transenden untuk menenangkan batin, menyucikan ruangan, dan memperdalam meditasi."
Beberapa orang langsung berhenti tertawa. Kael melanjutkan dengan nada ringan, namun terselip ketajaman, "Saya lihat nenek sering meditasi dan ikut kelas yoga. Saya pikir, kalau semua orang memberi perhiasan dan barang pameran, itu terlalu biasa. Saya ingin memberi sesuatu yang benar-benar bisa membuat jiwa tenang." "Tapi kalau nenek lebih suka menyebutnya mainan... ya, mungkin itu karena nenek tidak bisa memahami nilai kedamaian." Mendengar itu, wajah Agatha memerah karena marah. Beraninya bajingan ini menghinanya sambil berbohong?! Apa menurutnya dia akan percaya itu benar-benar Lonceng Jiwa?! Itu pasti sampah yang dia temukan di toko barang bekas! Agatha bahkan ragu harganya mencapai seratus dolar. Karenanya, Agatha mengambil lonceng itu, mengangkatnya ke udara, berencana membantingnya ke lantai dengan keras. Ini tidak lebih dari sampah! Namun, sebelum Agatha melakukannya, dari kerumunan, seorang pria setengah baya dengan dasi kupu-kupu dan kaca mata bundar melangkah maju. Jasnya abu-abu tua, dan di dadanya tergantung pin kecil berbentuk phénix—simbol asosiasi kolektor antik nasional. Dia adalah Jason Mrazy, salah satu petinggi di asosiasi kolektor antik nasional. "Mohon maaf, Nyonya Agatha, boleh saya... memeriksa benda itu sebentar?" Semua orang menoleh. Agatha mengerutkan kening, bertanya dengan penasaran, "Mengapa Anda tertarik dengan sampah ini, Tuan Mrazy?" Jason menjawab, "Sebagai seseorang yang bekerja di industri barang antik, saya telah melihat ratusan barang antik dalam hidup saya, dan bisa memastikan apakah suatu barang itu asli atau palsu. Dan ketika saya melihat lonceng itu, saya merasa itu asli. Karenanya, saya ingin memastikan apakah itu benar atau tidak dengan melihatnya lebih dekat." Agatha mengangguk mengerti, lalu memberikan lonceng itu kepada Jason. Jason adalah salah satu tamu penting mereka, jadi dia tidak ingin mengecewakannya dengan menolak. Tentu saja, Agatha yakin Jason hanya salah lihat, dan lonceng itu tidak lebih dari sampah. Namun, setelah beberapa saat Jason memperhatikan lonceng itu dengan mata tajam, dia tiba-tiba berkata dengan ekspresi tidak percaya. "T-Tidak mungkin..." gumamnya. "Ini benar-benar Lonceng Jiwa dari era transenden. Campuran logam suci, hanya dibuat oleh biarawan spiritual kelas tertinggi. Tidak lebih dari empat yang diketahui masih ada di dunia..." Ruangan mendadak hening. Jason melanjutkan dengan suara serius, "Nilai pasarnya bisa melampaui... tujuh ratus ribu dolar. Bahkan jika dibawa ke rumah lelang, nilainya bisa mencapai satu setengah juta. Tapi nilai historis dan spiritualnya jauh lebih dari itu. Ini bukan hadiah biasa. Ini... artefak." Wajah-wajah membeku. Seperti disambar petir, seluruh aula terdiam. Sepupu Evelyne yang tadi menertawakan Kael kini menunduk dalam-dalam, pipinya memerah seperti kepiting rebus. Salah satu tamu wanita menjatuhkan gelas sampanye dari tangannya tanpa sadar. Grace terlihat seperti kehilangan kemampuan bicara. Evelyne sendiri terdiam—matanya terpaku pada benda mungil itu, lalu berpindah ke wajah Kael, yang masih berdiri santai dengan satu tangan di saku. “K-Kael…” bisiknya tanpa sadar. “Dari mana kamu dapat benda seperti itu?” Kael hanya mengangkat bahu ringan. "Katanya tadi itu lonceng sapi... ternyata lonceng sapi yang setara dengan villa." Sementara itu, Agatha yang masih menunjukkan ekspresi tidak percaya, kembali bertanya, "Apakah Anda benar-benar yakin itu Lonceng Jiwa, Tuan Mrazy?" Jason menjawab tanpa ragu, "Saya yakin, Nyonya Agatha. Bentuknya utuh, ukiran spiritualnya masih tajam. Dan lihat ini—ukiran mantra Sanskerta di bagian dalam. Ini jelas bukan replika. Ini 100% asli!" Dia kemungkinan menyerahkannya kembali kepada Agatha, melanjutkan, "Hadiah seperti ini bukan sekadar benda... ini adalah sejarah, spiritualitas, dan niat mulia. Hanya orang yang benar-benar mengerti makna kedamaian yang akan memberikannya." Pada titik ini, Agatha menunjukkan ekspresi rumit. Bagaimana mungkin bajingan tidak berguna ini mendapatkan benda sebagus ini? Apakah dia mencurinya? Atau dia menipu seorang penjual barang antik? Ya, itu pasti! Dengan nada tajam dan sorot mata yang menyipit, ia mendongak menatap Kael. "Jadi kau ingin kami percaya... bahwa kau, yang tak bekerja, tak punya bisnis, tak punya nama… bisa begitu saja membeli benda senilai satu setengah juta dolar?" "Jangan main-main denganku," lanjut Agatha dengan suara lebih keras, "Apa kau... mencurinya?" Semua kepala segera memberikan anggukan setuju. Itu benar, Kael pasti mencurinya! Tidak mungkin dia mampu membeli hadiah sebagus dan semahal itu. Sudah pasti dia mencurinya atau menipu seorang penjual. Di sisi lain, Kael hanya tersenyum kecil. Bukan senyum sombong—melainkan senyum orang yang sudah terlalu sering dianggap rendah… dan terlalu sabar untuk tersulut. Ia menatap langsung ke mata Agatha, lalu berkata pelan namun jelas. "Tuduhan tanpa bukti adalah cara orang lemah untuk menenangkan hatinya yang tak bisa menerima kenyataan." Ia melangkah perlahan mendekat, lalu berdiri tepat di depan meja Agatha. "Saya tidak heran kalau nenek sulit percaya. Saya pun akan sulit percaya… jika orang yang selama ini saya rendahkan tiba-tiba menunjukkan bahwa penilaianku selama ini ternyata hanya cermin dari kesombongan sendiri." Agatha menggertakkan gigi, tapi tak menjawab. Kael melanjutkan, dengan suara yang tetap tenang, "Saya tidak mencuri benda ini, Nek. Saya juga tidak perlu mencurinya. Saya memberikannya… karena saya ingin. Karena saya menghormati nenek." Ia tersenyum, lalu menundukkan sedikit tubuhnya sopan. "Tapi jika penghormatan dianggap sebagai kebohongan hanya karena datang dari orang yang tak dianggap... mungkin yang perlu direnungkan bukan siapa saya, tapi siapa yang sedang menilai." Seketika, ruangan kembali hening. Beberapa tamu terdiam dengan ekspresi campur aduk. Beberapa tampak kagum, sebagian menunduk malu, dan sebagian lainnya hanya menatap Kael dengan rasa ingin tahu. Agatha terdiam membisu. Di wajahnya, untuk pertama kalinya malam itu, ada yang tak biasa: keraguan pada dirinya sendiri. Apakah dia telah salah menilai Kael?Langit masih pucat keperakan ketika Tu Feng melesat menembus lapisan awan tinggi. Dalam dua menit saja, bahkan tanpa mengerahkan kecepatan penuhnya, mereka menempuh jarak lebih dari sepuluh mil—sekadar pemanasan sebelum benar-benar memasuki wilayah luas benua tengah.Lima jam kemudian, garis perbatasan wilayah timur akhirnya hilang dari pandangan. Pegunungan zamrud yang selama ini menjadi benteng alami wilayah Raja Tianlong berubah menjadi hamparan tanah asing yang membentang tanpa ujung. Di hadapan mereka, cahaya dunia terasa berbeda—lebih liar, kurang teratur, dan terisi berbagai kemungkinan yang belum bernama.Kael membuka gulungan peta yang diberikan Yue Lian beberapa bulan lalu. Kertasnya lembut, namun garis-garisnya tajam, seperti dibuat oleh tangan seorang ahli.Jarak dari titik ini menuju Sekte Naga Keadilan… tidak kecil."Lima ratus ribu hingga tujuh ratus ribu mil," gumam Kael rendah setelah menghitung ulang jalur yang harus mereka tempuh—memperhitungkan rute aman, jalur ang
Keesokan paginya, paviliun Hutan Obat telah dipenuhi orang luar, dan mereka adalah orang-orang yang menyandang kuasa tertinggi di Kerajaan Langit Timur. Halaman depan paviliun penuh oleh simbol-simbol kehormatan: jubah kebesaran, lambang kerajaan, dan wajah-wajah penting.Raja Tianlong sendiri berdiri paling depan. Di sampingnya berdiri Yue Lian dan Yue Ling, lalu para petinggi istana, termasuk panglima perang terbaik; Wu Zhen.Keberadaan mereka hanya untuk satu hal, melihat keberangkatan Kael; Pahlawan Langit Timur, menuju Sekte Naga Keadilan.Kael melangkah keluar dari pintu paviliun dengan jubah putihnya yang sederhana. Lengan bajunya bergetar pelan tertiup angin pagi. Tidak ada kemegahan dalam busananya — hanya ketenangan. Tapi justru karena ketenangannya itulah semua orang merasa… ada sesuatu yang besar yang berjalan bersamanya.Yang pertama maju adalah Raja Tianlong.Suara sang raja tenang, namun mengandung kewaspadaan yang tak dapat disembunyikan. “Berhati-hatilah di perjalanan
Sejak Tu Feng menerobos ke Ranah Jiwa, ritme harian Kael sepenuhnya berubah.Ia tidak lagi mengurung diri dalam meditasi sepanjang hari. Pada beberapa pagi, sebelum matahari terbit, Kael akan berdiri di punggung Tu Feng, dan keduanya terbang melintasi barisan gunung, memecah kabut dini hari dengan kehadiran mereka. Angin dingin menerpa wajah Kael, membuat napasnya terasa lebih hidup dibanding ratusan jam meditasi sunyi.Yang awalnya hanya sekadar penerbangan pendek untuk membiasakan ritme tubuh, lama-kelamaan menjadi kebiasaan. Tu Feng akan mendarat di puncak yang tinggi, lalu membentangkan sayapnya seolah mempersilakan Kael turun—dan di tempat-tempat sunyi yang hanya dihuni awan, Kael akan melanjutkan kultivasinya.Tidak lagi di paviliun, tidak lagi di tanah, melainkan di langit.Energi di puncak gunung jauh lebih murni, dan perpaduan dua energi di dalam tubuhnya bekerja lebih stabil saat berkultivasi di tempat yang disentuh langsung oleh aliran langit.Maka, menjelang akhir bulan ke
Sementara itu, kultivasi Kael secara tidak langsung mendorong kedua adik kecilnya ikut tumbuh.Li Wei menembus Ranah Dasar tingkat ketiga, dan itu adalah kemajuan besar untuk seorang anak seumurannya.Ia bahkan mulai menempa fisik di pagi hari sebelum matahari naik, menirukan disiplin yang ia lihat dari Kael.Mei Lin… mencoba ikut berlatih agar seperti kedua kakaknya, tapi masih belum berhasil.Tubuhnya menolak energi spiritual, seolah pintu kultivasinya tertutup sejak lahir. Di malam-malam tertentu, gadis kecil itu diam-diam menangis di sudut kamar, khawatir akan selamanya menjadi beban.Namun Li Wei akan selalu menemukan dirinya di sana. Mengusap kepalanya, menghibur, dan berjanji.“Tidak apa-apa kalau kau tidak bisa menjadi kultivator. Aku cukup untuk kita berdua. Aku yang akan melindungimu.”Itu membuat Mei Lin tersenyum lagi, walau dengan mata yang masih merah.---Di bulan kelima adalah saat pematangan, di mana penyatuan energi benar-benar mulai menghasilkan bentuk baru di dalam
Keesokan harinya, kabut spiritual tipis menyelimuti Paviliun Hutan Obat saat fajar menyentuh pucuk dedaunan. Embun masih bergantung di ujung-ujung rumput ketika Kael mulai memasuki hari pertamanya berkultivasi serius. Ia memilih area terbuka di halaman paviliun, tempat aliran energi bumi dan langit mengalir paling stabil.Duduk bersila, ia menarik napas panjang.Di dalam tubuhnya, dua kekuatan berbeda bersarang—energi spiritual murni… dan energi hitam yang liar dan tidak tunduk pada aturan mana pun. Dan energi hitam inilah yang menjadi sumber kecerdasan kultivasinya, menjadikannya sosok yang melampaui batas wajar seorang kultivator.Vale menyebutnya energi iblis, sementara Kakek Zion menyebutnya energi keberuntungan.Kael memilih sependapat dengan Kakek Zion—bukan karena ingin membela dirinya sendiri, melainkan karena ia memahami hakikat energi itu: bukan energi perusak, bukan pula kekuatan jahat… hanya kekuatan yang terlalu padat, terlalu purba, dan terlalu agung hingga apa pun yang
Keesokan harinya…Ketukan lembut terdengar dari luar pintu ruangan Tianlong.“Masuk,” suara Tianlong terdengar dari dalam.Pintu terbuka perlahan. Kael melangkah masuk dengan postur tenang dan penuh hormat, lalu membungkuk tipis.“Yang Mulia.”Tianlong mengangguk, lalu mengambil sebuah gulungan emas dari atas meja kayu naga hitam di sampingnya. Ia berdiri dan menyerahkannya langsung ke tangan Kael.“Inilah surat rekomendasinya,” ucapnya. “Turnamen itu hanya diadakan setiap sepuluh tahun sekali. Setiap wilayah hanya mendapatkan satu kesempatan — satu nama, satu perwakilan. Dan ini… adalah pertama kalinya wilayah timur mengirimkan seseorang.”Ia menatap Kael dengan serius.“Selama berabad-abad, tak pernah lahir bakat besar di wilayah timur. Surat rekomendasi ini selalu datang, namun selalu berakhir berdebu tanpa pernah dibawa ke medan turnamen. Dunia luar menganggap wilayah timur hanyalah pelosok… tempat yang tak melahirkan jenius.”Namun bibirnya perlahan membentuk senyum tipis. “Tapi







