Share

Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia
Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia
Author: BOSSSESamaaaaa

Bab 001

last update Last Updated: 2025-09-01 15:56:52

“Semua orang di sini lapar simbol status,” gumam Kael pelan sambil menyilangkan kaki. “Aku cuma butuh satu barang… sesuatu yang bisa membuat nenek tua keras kepala itu setidaknya berhenti meremehkanku.”

Hari ini adalah ulang tahun nenek mertuanya. Hadiah bukan sekadar hadiah, dia butuh sesuatu yang berbicara lebih keras daripada kata-kata.

Sejak hari pertama menginjakkan kaki di rumah keluarga Laurent, Kael tidak pernah benar-benar dianggap bagian dari mereka. Setiap langkahnya selalu diiringi cibiran. Mereka menganggapnya tak lebih dari beban, seseorang yang tak pantas duduk sejajar dengan mereka.

Kalau bukan karena wasiat kakeknya yang memintanya melindungi mereka dan tetap menyembunyikan jati dirinya, dia sudah pergi sejak lama.

“Barang berikutnya; nomor tiga belas. Lonceng Jiwa Seribu Tahun,” suara juru lelang menggema.

Sebuah kotak kaca diletakkan di atas meja. Di dalamnya, sebuah lonceng kecil berkilau redup. Permukaannya memantulkan cahaya seakan diselimuti kabut tipis.

“Benda ini diperkirakan berasal dari Era Transenden. Terbuat dari paduan logam langka, diyakini mampu memperpanjang umur dan menenangkan jiwa. Harga pembukaan: lima ratus ribu dolar.”

Kael sedikit menoleh. Ia menatap lonceng itu sejenak, lalu menyeringai tipis.

“Kecil, tapi auranya bersih. Cocok untuk nenek tua yang gemar meditasi sekaligus pamer spiritualitas.”

Lelang dimulai.

“Lima ratus lima puluh ribu!”

“Enam ratus ribu!”

“Tujuh ratus ribu!”

Suara-suara bersahutan, semakin panas. Seorang pria tua berbadan gemuk menawar sambil mengetuk-ngetukkan tongkat gadingnya. Tak jauh darinya, seorang wanita beranting berlian ikut memanas-manasi harga.

“Orang kaya ternyata bisa ribut gara-gara lonceng, ya,” bisik Kael, masih bersandar santai.

“Delapan ratus ribu!” seru si wanita.

“Satu juta!” sahut pria gemuk dengan suara berat.

Suasana makin riuh. Beberapa tamu berhenti meneguk sampanye, menoleh pada duel dua orang itu.

Lalu, di tengah hiruk-pikuk, suara tenang terdengar, dari Kael. “Tiga juta.”

Ruangan sontak membeku. Semua kepala menoleh.

Juru lelang terbelalak, sempat tercekat. “Tiga… tiga juta dolar, dari peserta nomor tujuh puluh tujuh?!”

Kael hanya mengangkat alis tipis. “Aku buru-buru. Bisa langsung diketok?” katanya ringan.

Hening. Tak ada yang berani melawan angka gila itu.

Akhirnya... Tok. Tok. Tok!

“Lonceng Jiwa Seribu Tahun terjual kepada peserta nomor 077.”

Bisik-bisik segera memenuhi ruangan. Nama-nama besar saling bertukar pandang, berusaha menebak siapa pria asing itu.

Tak dikenal, namun berani melempar tiga juta seolah membeli roti.

Kael berdiri, melangkah menuju meja pengambilan barang. Ia mengeluarkan kartu hitam eksklusifnya dengan gerakan tenang, seperti sudah terbiasa dengan transaksi semacam ini.

Di sana, sudah menunggu Paul William; penguasa dunia bawah Kota Elmridge. Dengan senyum hangat dan penuh hormat, Paul berkata, "Jika Anda menginginkan lonceng ini, Anda tidak perlu membayar, Yang Mulia. Sudah merupakan kehormatan bagi saya karena Anda mengunjungi tempat saya yang kecil ini."

Kael langsung membalas, "Tidak! Aku tidak ingin berhutang budi kepada siapa pun. Lagipula, tiga juta bukan nilai yang besar. Cepat selesaikan transaksinya karena aku sedang buru-buru."

Paul menyadari jika dia terus memaksa Kael untuk tidak perlu membayar, itu akan membuatnya kesal. Jadi dia mau tidak mau mengambil kartu hitam itu, menyelesaikan transaksi, lalu mengembalikannya kembali pada Kael.

"Transaksi selesai, Yang Mulia. Terima kasih karena telah memilih rumah lelang saya. Saya merasa sangat terhormat," kata Paul dengan nada hormat, tapi menyimpan kepahitan.

Ini adalah kesempatannya menjalin hubungan yang baik dengan Penguasa Sekte Naga Langit yang hebat dan berpengaruh, yang mana mampu mengguncang dunia hanya dengan mendengar namanya, tapi dia gagal.

Bagaimana mungkin dia tidak sedih tentang itu?

Setelahnya, Kael melangkah keluar dengan langkah tenang. Tapi identitasnya yang misterius mulai tersebar diam-diam di dalam ruangan.

“Siapa pria itu?”

“Dia bukan kolektor biasa...”

“Matanya… seperti pernah melihat kematian.”

Pada titik ini, si pria tua gemuk sebelumnya menghampiri Paul dan bertanya, "Siapa dia sebenarnya, Tuan William? Saya melihat Anda begitu menghormatinya dan berbicara sangat sopan padanya. Apa dia putra dari keluarga yang sangat rahasia dan berpengaruh?"

Paul tersenyum saat dia membalas, "Identitasnya lebih dari itu. Dia adalah seseorang yang mampu mengguncang dunia. Tidak, bahkan ketika dia mau, dia bisa menghancurkan dunia. Dia adalah seseorang yang berada di luar imajinasi kita!"

Jika bukan Paul yang menyampaikannya, dia pasti tidak akan percaya.

Paul kemudian menepuk-nepuk pundaknya, melanjutkan dengan ekspresi serius, "Richard, jika kau bertemu dengannya, lakukan segalanya untuk memuaskannya. Jika tidak bisa, setidaknya jangan singgung dia, atau kau akan hancur berkeping-keping, seperti cermin yang dihantam batu."

Richard langsung mengangguk mengerti. Wajah Kael sekarang tersimpan jelas di pikirannya.

---

Langit malam bergemerlap, tapi tak bisa menandingi cahaya dari chandelier kristal yang menggantung megah di langit-langit mansion keluarga Laurent. Malam itu, aula utama rumah warisan yang luas itu dipenuhi tamu berpakaian mahal dan mewah.

Pesta ulang tahun ke-75 Nyonya Agatha Laurent adalah acara keluarga besar dan relasi bisnis yang paling ditunggu-tunggu.

Para kolega, pejabat, dan kalangan sosialita kelas menengah berkumpul dalam tawa, anggur mahal, dan basa-basi.

Lalu pintu masuk terbuka. Kael datang.

Dia mengenakan pakaian sederhana—kemeja hitam tanpa merek terkenal, sepatu kulit biasa, dan celana panjang hitam polos. Di tangannya hanya satu kotak kaca kecil persegi, dibungkus kain merah.

Beberapa kepala menoleh. Bibir mereka mulai bergerak. Tertawa. Berbisik.

"Itu dia… menantu sampah keluarga Laurent."

"Katanya nganggur, kan? Sungguh pengangguran dengan nyali besar datang pakai wajah itu."

"Lihat bajunya… kasihan. Pasti bekas."

Salah satu sepupu Evelyne, gadis bermata sipit dengan rambut ikal pirang terang, berujar keras sambil tersenyum merendahkan, "Hei, Kael! Ini pesta, bukan wawancara jadi satpam mall!"

Tawa langsung pecah di sekitarnya.

Kael hanya melirik dan menjawab ringan,

"Oh, kupikir ini pesta cosplay. Jadi aku pilih karakter: 'Orang miskin yang bahagia'. Ternyata kebanyakan di sini pilih 'Orang kaya yang nyebelin' ya?"

Tawa di sekitar langsung terhenti, berubah menjadi ekspresi dingin. Seperti biasa, bajingan ini benar-benar tidak tahu malu.

Grace Laurent, ibu Evelyne, menyela dengan ekspresi penuh penghinaan di matanya.

"Kael... akhirnya datang juga. Kami semua sudah menunggu 'kejutanmu' malam ini. Atau... kehadiranmu itu adalah kejutan itu sendiri?"

Kael menjawab datar, "Apakah kau kecewa, Ibu, aku tidak datang telanjang? Padahal pasti lebih seru."

Grace mengabaikan balasan itu, matanya tertuju ke kotak kaca kecil di tangan Kael.

"Itu hadiahmu? Kami semua membawa hadiah bernilai ratusan ribu. Lalu, apa yang kau bawa itu?"

"Oh, ini sangat berharga," jawab Kael santai. "Dijaga di ruang tertutup. Banyak yang ingin memilikinya, tapi hanya aku yang mendapatkannya."

Grace tertawa. Dia sepenuhnya menganggap Kael melontarkan omong kosong. Baginya, setiap hal yang dilakukan Kael hanyalah lelucon!

Benar-benar aib bagi keluarga!

Ini membuatnya semakin bertanya-tanya, mengapa ayah mertuanya menikahkan Evelyne dengan sampah ini?

Sungguh, itu adalah keputusan terbodoh!

"Kalau begitu tunjukkan jika itu benar-benar hadiah yang hebat!" balas Grace dengan senyum merendahkan.

Kael kemudian melangkah ke tengah aula, mendekati kursi besar tempat Nyonya Agatha Laurent duduk seperti ratu di singgasananya. Di sekelilingnya ada lebih dari 20 kado, semua mewah; perhiasan, lukisan, parfum langka.

Kael membuka kotaknya dan mengeluarkan sebuah lonceng kecil berwarna perunggu, bersinar tenang di bawah lampu gantung.

Hening. Lalu... ledakan tawa.

"Astaga, itu... lonceng sapi?"

"Serius? Hadiah ulang tahun nenek ke-75 dari menantu adalah lonceng kumuh?"

"Mungkin dia pikir itu cocok untuk nenek: tinggal di rumah, pakai lonceng."

Agatha menatap benda itu dengan ekspresi dingin, sebelum akhirnya berkata, "Apa ini mainan anak-anak? Apakah pesta ini lelucon bagimu?! Aku belum pernah mendapatkan sesuatu sekosong ini sebelumnya!"

Tawa kecil pun kembali terdengar di sudut ruangan.

Bibi, paman, dan sepupu-sepupu Evelyne semua tampak senang bisa melihat Kael kembali mempermalukan dirinya sendiri.

Evelyne yang duduk tak jauh, menahan napas. Wajahnya sedikit pucat, bercampur kesal.

"Kael, aku tadi sudah mentransfer lima puluh ribu... tapi kenapa hanya lonceng? Aku menyesal telah memintamu membeli hadiah!" bisiknya, nyaris tak terdengar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 160

    Langit masih pucat keperakan ketika Tu Feng melesat menembus lapisan awan tinggi. Dalam dua menit saja, bahkan tanpa mengerahkan kecepatan penuhnya, mereka menempuh jarak lebih dari sepuluh mil—sekadar pemanasan sebelum benar-benar memasuki wilayah luas benua tengah.Lima jam kemudian, garis perbatasan wilayah timur akhirnya hilang dari pandangan. Pegunungan zamrud yang selama ini menjadi benteng alami wilayah Raja Tianlong berubah menjadi hamparan tanah asing yang membentang tanpa ujung. Di hadapan mereka, cahaya dunia terasa berbeda—lebih liar, kurang teratur, dan terisi berbagai kemungkinan yang belum bernama.Kael membuka gulungan peta yang diberikan Yue Lian beberapa bulan lalu. Kertasnya lembut, namun garis-garisnya tajam, seperti dibuat oleh tangan seorang ahli.Jarak dari titik ini menuju Sekte Naga Keadilan… tidak kecil."Lima ratus ribu hingga tujuh ratus ribu mil," gumam Kael rendah setelah menghitung ulang jalur yang harus mereka tempuh—memperhitungkan rute aman, jalur ang

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 159

    Keesokan paginya, paviliun Hutan Obat telah dipenuhi orang luar, dan mereka adalah orang-orang yang menyandang kuasa tertinggi di Kerajaan Langit Timur. Halaman depan paviliun penuh oleh simbol-simbol kehormatan: jubah kebesaran, lambang kerajaan, dan wajah-wajah penting.Raja Tianlong sendiri berdiri paling depan. Di sampingnya berdiri Yue Lian dan Yue Ling, lalu para petinggi istana, termasuk panglima perang terbaik; Wu Zhen.Keberadaan mereka hanya untuk satu hal, melihat keberangkatan Kael; Pahlawan Langit Timur, menuju Sekte Naga Keadilan.Kael melangkah keluar dari pintu paviliun dengan jubah putihnya yang sederhana. Lengan bajunya bergetar pelan tertiup angin pagi. Tidak ada kemegahan dalam busananya — hanya ketenangan. Tapi justru karena ketenangannya itulah semua orang merasa… ada sesuatu yang besar yang berjalan bersamanya.Yang pertama maju adalah Raja Tianlong.Suara sang raja tenang, namun mengandung kewaspadaan yang tak dapat disembunyikan. “Berhati-hatilah di perjalanan

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 158

    Sejak Tu Feng menerobos ke Ranah Jiwa, ritme harian Kael sepenuhnya berubah.Ia tidak lagi mengurung diri dalam meditasi sepanjang hari. Pada beberapa pagi, sebelum matahari terbit, Kael akan berdiri di punggung Tu Feng, dan keduanya terbang melintasi barisan gunung, memecah kabut dini hari dengan kehadiran mereka. Angin dingin menerpa wajah Kael, membuat napasnya terasa lebih hidup dibanding ratusan jam meditasi sunyi.Yang awalnya hanya sekadar penerbangan pendek untuk membiasakan ritme tubuh, lama-kelamaan menjadi kebiasaan. Tu Feng akan mendarat di puncak yang tinggi, lalu membentangkan sayapnya seolah mempersilakan Kael turun—dan di tempat-tempat sunyi yang hanya dihuni awan, Kael akan melanjutkan kultivasinya.Tidak lagi di paviliun, tidak lagi di tanah, melainkan di langit.Energi di puncak gunung jauh lebih murni, dan perpaduan dua energi di dalam tubuhnya bekerja lebih stabil saat berkultivasi di tempat yang disentuh langsung oleh aliran langit.Maka, menjelang akhir bulan ke

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 157

    Sementara itu, kultivasi Kael secara tidak langsung mendorong kedua adik kecilnya ikut tumbuh.Li Wei menembus Ranah Dasar tingkat ketiga, dan itu adalah kemajuan besar untuk seorang anak seumurannya.Ia bahkan mulai menempa fisik di pagi hari sebelum matahari naik, menirukan disiplin yang ia lihat dari Kael.Mei Lin… mencoba ikut berlatih agar seperti kedua kakaknya, tapi masih belum berhasil.Tubuhnya menolak energi spiritual, seolah pintu kultivasinya tertutup sejak lahir. Di malam-malam tertentu, gadis kecil itu diam-diam menangis di sudut kamar, khawatir akan selamanya menjadi beban.Namun Li Wei akan selalu menemukan dirinya di sana. Mengusap kepalanya, menghibur, dan berjanji.“Tidak apa-apa kalau kau tidak bisa menjadi kultivator. Aku cukup untuk kita berdua. Aku yang akan melindungimu.”Itu membuat Mei Lin tersenyum lagi, walau dengan mata yang masih merah.---Di bulan kelima adalah saat pematangan, di mana penyatuan energi benar-benar mulai menghasilkan bentuk baru di dalam

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 156

    Keesokan harinya, kabut spiritual tipis menyelimuti Paviliun Hutan Obat saat fajar menyentuh pucuk dedaunan. Embun masih bergantung di ujung-ujung rumput ketika Kael mulai memasuki hari pertamanya berkultivasi serius. Ia memilih area terbuka di halaman paviliun, tempat aliran energi bumi dan langit mengalir paling stabil.Duduk bersila, ia menarik napas panjang.Di dalam tubuhnya, dua kekuatan berbeda bersarang—energi spiritual murni… dan energi hitam yang liar dan tidak tunduk pada aturan mana pun. Dan energi hitam inilah yang menjadi sumber kecerdasan kultivasinya, menjadikannya sosok yang melampaui batas wajar seorang kultivator.Vale menyebutnya energi iblis, sementara Kakek Zion menyebutnya energi keberuntungan.Kael memilih sependapat dengan Kakek Zion—bukan karena ingin membela dirinya sendiri, melainkan karena ia memahami hakikat energi itu: bukan energi perusak, bukan pula kekuatan jahat… hanya kekuatan yang terlalu padat, terlalu purba, dan terlalu agung hingga apa pun yang

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 155

    Keesokan harinya…Ketukan lembut terdengar dari luar pintu ruangan Tianlong.“Masuk,” suara Tianlong terdengar dari dalam.Pintu terbuka perlahan. Kael melangkah masuk dengan postur tenang dan penuh hormat, lalu membungkuk tipis.“Yang Mulia.”Tianlong mengangguk, lalu mengambil sebuah gulungan emas dari atas meja kayu naga hitam di sampingnya. Ia berdiri dan menyerahkannya langsung ke tangan Kael.“Inilah surat rekomendasinya,” ucapnya. “Turnamen itu hanya diadakan setiap sepuluh tahun sekali. Setiap wilayah hanya mendapatkan satu kesempatan — satu nama, satu perwakilan. Dan ini… adalah pertama kalinya wilayah timur mengirimkan seseorang.”Ia menatap Kael dengan serius.“Selama berabad-abad, tak pernah lahir bakat besar di wilayah timur. Surat rekomendasi ini selalu datang, namun selalu berakhir berdebu tanpa pernah dibawa ke medan turnamen. Dunia luar menganggap wilayah timur hanyalah pelosok… tempat yang tak melahirkan jenius.”Namun bibirnya perlahan membentuk senyum tipis. “Tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status