Share

Bab 007

last update Last Updated: 2025-09-01 16:03:07

Akhirnya, hening yang menggantung di udara pecah—bukan oleh siapa pun dari keluarga Laurent, bukan oleh Damian yang mulutnya masih terbuka setengah, melainkan oleh suara serak namun tegas dari Gerard yang baru saja diselamatkan dari ambang kematian.

"Aku... aku baik-baik saja. Tak perlu menelepon ambulans, Nona Evelyne."

Gerard Whitmore perlahan duduk tegak, suaranya masih berat tapi jelas. Tangannya mengangkat, memberi isyarat agar semua orang tenang. "Aku bisa bernapas. Jantungku kembali stabil. Ini... luar biasa."

Semua mata menoleh padanya, lalu secara refleks kembali kepada Kael—yang duduk dengan tenang di ujung meja, seperti tidak terjadi apa-apa.

Dengan napas yang mulai teratur, Gerard menolak bantuan yang ditawarkan Damian dan bangkit berdiri sendiri. Ia menepuk-nepuk jasnya, memastikan bahwa dirinya memang benar-benar kembali pulih, sebelum melangkah perlahan ke arah ujung meja, di mana Kael berada.

Saat tiba di hadapan Kael, pria tua itu menunjukkan ekspresi kagum sekaligus rasa bersalah.

Dia adalah yang tertawa paling keras saat Kael dihina, tapi yang terakhir justru yang menyelamatkan hidupnya.

Dia telah melakukan kesalahan yang fatal.

“Anak muda,” ucap Gerard, suaranya tegas, tapi penuh rasa hormat. “Aku menyesal karena telah menertawakanmu sebelumnya. Siapa sangka, pria yang aku tertawakan justru yang menarikku dari kematian.”

Kael hanya menatapnya dengan ekspresi acuh tak acuh.

Sejujurnya, dia ingin pria tua ini segera duduk ke tempatnya kembali dan lanjutkan diskusi bisnis mereka. Ucapan terima kasihnya sama sekali tidak dibutuhkan.

Namun, karena Evelyne menghormati pria tua ini, Kael mau tidak mau mendengarkan seluruh ocehannya.

“Dan itu bukan sekadar pertolongan biasa. Kau tahu betul apa yang kau lakukan. Cepat, tepat, bahkan lebih cekatan dari dokter mana pun yang pernah menangani aku.”

Gerard menghela napas, membungkuk hormat.

“Terima kasih, dari lubuk hati terdalamku. Kau telah memberiku beberapa tahun tambahan untuk hidup... dan itu tak ternilai harganya.”

Kael hanya membalas santai, "Tidak masalah."

Berpikir bahwa Kael masih marah mengingat sikapnya sebelumnya, Gerard memutuskan membersihkan namanya dengan kembali bersuara, kali ini lebih lantang, ingin semua orang di ruangan itu mendengar.

Dia tahu, Kael bukan pria biasa. Kael besar kemungkinan adalah seorang dokter ajaib yang menyamar.

Dengan bakat dan kemampuannya, dia jelas bisa membuat namanya terkenal, tapi memilih untuk menetap di sebuah keluarga kecil, sebagai menantu pengangguran yang terus dihina.

Apalagi jika bukan dia sedang menyamar untuk suatu hal?

Sehingga, Gerard ingin membawa Kael ke sisinya. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan ini.

“Jika ini adalah pria yang dianggap tak pantas, tidak berguna, menantu sampah... maka dunia ini benar-benar kehilangan cara menilai seseorang yang hebat!"

Investor lainnya tertunduk. Damian menunjukkan ekspresi pahit.

Sementara itu, Nyonya Agatha dan Mariana hanya duduk diam—untuk pertama kalinya, tak ada komentar sarkastik keluar dari mulut mereka.

Evelyne, masih menggenggam ponselnya yang kini terasa tak berguna, hanya menatap Kael dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan—campuran keterkejutan, kebingungan... dan mungkin, secuil kebanggaan.

Kael, yang tidak menyangka Gerard akan mulai menyanjungnya di hadapan semua orang, diam-diam tersenyum.

Ini tidak buruk.

Karena ini, dia membuat Damian dan semua anggota keluarga Laurent terdiam. Itu bahkan membuat Evelyne tersenyum kecil kepadanya. Senyum itu hangat, tulus, dan terasa sedikit jejak kebanggaan di dalamnya.

Ini adalah pertama kalinya Evelyne melontarkan senyum semacam itu kepadanya.

Di antara ribuan pujian yang pernah dia terima selama ini, mungkin yang satu ini yang benar-benar membuatnya senang.

Pada titik ini, Gerard menatap Kael dalam-dalam, lalu menghela napas panjang—seakan baru saja menyadari betapa rendahnya penilaiannya tadi.

Dia kemudian melanjutkan, "Anak muda… aku sudah menghabiskan hidupku duduk di meja-meja seperti ini, bertemu pria-pria muda dengan jas mahal, gelar tinggi, dan senyum penuh kepalsuan. Tapi tidak satupun dari mereka yang bisa melakukan hal yang kau lakukan hari ini—menyelamatkan nyawa, dengan kepala dingin dan tangan mantap, tanpa pamer, tanpa gembar-gembor.”

Gerard menoleh ke Damian sejenak, menunjukkan ekspresi kecewa, lalu kembali menatap Kael dengan tajam tapi penuh rasa kagum.

“Kau mungkin datang dengan pakaian sederhana, tanpa dasi atau jam tangan mewah... tapi hari ini, kaulah satu-satunya pria di ruangan ini yang membuatku merasa aman.”

“keberanianmu... kecerdasanmu... dan sikapmu yang tak bergeming meski dihina, adalah kualitas yang tak bisa dibeli dengan kekayaan.”

Beberapa orang mulai resah. Agatha melirik Damian yang semakin gelisah.

Lalu Gerard menyeringai kecil, menambahkan, "Sebenarnya... aku mulai berpikir, cucu-cucuku butuh pria seperti kau—"

Semua orang menegang. Damian mengangkat kepala dengan ekspresi terkejut.

Apakah mungkin...?

Dan sesuai dengan tebakan Damian, Gerard mengatakan, "Jika Anda tidak dihargai di sini, bagaimana jika Anda menikah dengan cucu perempuan saya yang sangat cantik? Dia akan jauh lebih menghargai Anda dibandingkan keluarga Laurent. Anda akan mendapatkan perlakuan istimewa, layaknya suami terhormat!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 265

    Setelah selesai sarapan, Kael membawa Lily kembali ke Maple Inn."Lily, kau mandi dulu. Setelahnya kita akan pergi membeli pakaian."Mata Lily langsung berbinar. "Pakaian baru?! Benarkah, Paman?!"Kael tersenyum. "Tentu saja. Kau akan mulai sekolah, tidak mungkin masih pakai pakaian yang kotor, robek, dan kebesaran seperti ini, bukan?"Lily mengangguk dengan semangat, lalu berlari masuk ke kamar mandi dengan penuh antusias.Tak lama kemudian, mereka sudah berada di jalan menuju mall terdekat.Lily berjalan di samping Kael dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Membeli pakaian baru? Dia belum pernah melakukan ini sebelumnya!---Mall itu ramai. Orang-orang berlalu-lalang dengan tas belanjaan di tangan, suara musik latar mengalun lembut, dan aroma parfum bercampur dengan kopi dari kafe-kafe kecil.Kael membawa Lily ke toko pakaian anak-anak yang terlihat rapi dan nyaman."Lily, pilih pakaian yang kau suka. Ambil lima, minimal," kata Kael dengan nada lembut.Lily men

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 264

    KANTOR POLISI KOTA SILVERTON - PAGI HARI.Ruangan Kepala Kepolisian.Seorang pria bertubuh besar dengan rambut hitam pendek yang mulai beruban di pelipis, duduk di belakang meja kerjanya—Inspektur Richard Donovan, Kepala Kepolisian Kota Silverton. Usianya sekitar pertengahan lima puluhan, dengan tatapan tajam dan dagu yang tegas.Ia sedang membaca laporan rutin pagi itu ketika pintu ruangannya diketuk dengan keras.TOK! TOK! TOK!"Masuk," katanya tanpa mengangkat kepala.Pintu terbuka. Seorang detektif muda dengan wajah pucat masuk dengan tergesa-gesa—napasnya terengah-engah, tangannya memegang setumpuk dokumen dengan erat."Pak! Ada berita penting!"Richard mengangkat kepalanya dengan alis terangkat. Jarang sekali bawahannya terlihat sepanik ini."Apa?"Detektif itu menelan ludah, lalu berkata dengan suara yang sedikit bergetar."Marcus 'The Reaper' Volkov... dia mati, Pak. Di markasnya. Tadi malam."Richard membeku.Keheningan singkat.Lalu—BRAK!!!Ia bangkit dari kursinya dengan c

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 263

    Pria pekerja bertubuh sedang dengan wajah tegas itu berjalan mendekati Kael. Langkahnya gemetar, tapi ia memaksakan diri untuk tetap terlihat sopan.“Ta-tuan… dia sudah mati,” ucapnya pelan.Kael menoleh sekilas ke arah tubuh Diana—kepalanya hancur, darah berceceran di tanah, tubuhnya tidak lagi bernyawa. Kael mengamati sebentar, lalu mengangguk pendek.“Bagus,” katanya tenang. “Sekarang kau boleh pergi.”Wajah pria itu langsung berubah lega. “Te-terima kasih! Terima kasih banyak!”Ia hampir berlari ketika pergi, seolah takut Kael akan berubah pikiran jika ia menunda sedetik pun.Para pekerja lain memandanginya dengan iri—sangat iri.“Andaikan aku yang mengambil tugas itu,” gumam salah satu dengan nada menyesal.“Dia benar-benar pergi… kita masih di sini,” ujar pekerja lainnya lirih, penuh kecemasan.Kael menatap mereka satu per satu, lalu berbicara dengan nada datar namun tegas.“Turunkan kontainernya. Sekarang.”Para pekerja itu langsung mengangguk cepat—tak satu pun berani membanta

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 262

    Kael berdiri dengan tenang di tengah dermaga, menatap keempat kultivator yang masih membeku dengan ketakutan, lalu menatap Diana dan para pekerja yang juga gemetar.Lalu ia bertanya dengan nada dingin."Siapa pemimpinnya?"Hening.Tidak ada yang menjawab.Semua orang diam, walaupun beberapa di antara mereka, terutama para pekerja, memandang Diana sebagai jawaban.Diana di sisi lain, juga diam—tidak mengatakan apa pun.Ia tidak perlu pintar untuk tahu bahwa dia akan bernasib buruk jika mengaku.Karenanya, ia menatap dingin para anggotanya—tatapan yang penuh dengan ancaman, yang memerintahkan mereka untuk menutup mulut!Kael menunggu beberapa detik.Namun tidak ada jawaban.Lalu ia berkata dengan nada tenang, namun di balik ketenangan itu, ada ancaman yang sangat mengerikan."Jika tidak ada yang mengaku, aku akan menganggap kalian semua sebagai pemimpinnya, dan tidak ada satu pun yang selamat!"Lalu—WUUUUUUMMMMM!!!Kael mengeluarkan sedikit energinya—sangat sedikit, hanya sebagian keci

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 261

    PELABUHAN TUA - PUKUL 00:20 DINI HARI.Di sebuah pelabuhan tua yang gelap dan sepi, dengan dermaga kayu yang sudah lapuk dan lampu-lampu redup yang hampir mati, sebuah kapal kargo besar sedang bersandar di tepi dermaga.Para pekerja dengan wajah keras dan tatapan dingin sedang sibuk mengangkat dua kontainer besar dengan derek—kontainer besi yang berbobot lebih dari satu ton, dengan pintu yang tertutup rapat dan dikunci dengan gembok tebal.BANG! BANG! BANG!"TOLONG! KELUARKAN KAMI!""KUMOHON! SELAMATKAN KAMI!""TOLONG! SIAPAPUN?!"Teriakan minta tolong terdengar dari dalam kontainer—teriakan yang penuh dengan kepanikan, dengan ketakutan, dengan keputusasaan.Itu membuat seorang wanita yang berdiri di dekat kontainer—wanita bertubuh kekar seperti binaragawan, dengan otot-otot yang menonjol di lengan dan kakinya, berusia sekitar akhir 30-an—menatap kontainer dengan tatapan kesal.Namanya Diana "The Iron Lady" Cross.Ia adalah bos dari sebuah sindikat perdagangan manusia, sindikat yang s

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 260

    Kael berdiri di tengah ruangan dengan tenang, menatap dua puluh preman yang berlari ke arahnya dengan senjata tajam dan beberapa senjata api.Lalu—Kael mengeluarkan sedikit auranya.WUUUUUUMMMMM!!!Aura perak yang sangat kuat meledak dari tubuhnya—aura yang menciptakan tekanan yang luar biasa besar, yang membuat seluruh gudang bergetar hebat.WHOOOOOOSSSSHHHHH!!!Sebagian besar preman langsung terlempar mundur dengan keras—tubuh mereka melayang di udara seperti daun yang tertiup angin badai.BANG! BANG! BANG! BANG!Beberapa dari mereka menabrak dinding dengan keras, tulang mereka retak, tubuh mereka jatuh dengan lemas.Beberapa menabrak tumpukan besi, kepala mereka berdarah, disertai pusing hebat.Bahkan beberapa menabrak rekan mereka yang lain, menciptakan tumpukan tubuh yang saling bertabrakan.Hanya dalam sekejap—Enam belas preman sudah tergeletak di tanah dengan luka-luka parah.Namun ada sekitar empat orang yang masih berdiri—empat preman dengan senjata api di tangan mereka.Me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status