共有

Bab 006

last update 最終更新日: 2025-09-01 16:02:22

Restoran Belvédère, salah satu restoran paling bergengsi di Kota Elmridge, siang itu telah disulap menjadi ruang makan pribadi yang elegan. Dinding-dinding marmer putih berkilau, dan cahaya gantung kristal menari di atas kepala para tamu terhormat.

Di tengah ruangan, Damian berdiri bak tuan rumah sejati.

Dengan jas abu-abu halus dan dasi biru tua, ia menyambut para investor dan pengusaha dari Wilayah Timur, memperkenalkan mereka satu per satu kepada anggota keluarga Laurent dengan kefasihan dan percaya diri.

"Ini adalah Paman Hector, yang akan mengawasi sektor produksi. Dan ini Nyonya Agatha, pilar keluarga Laurent. Kami sangat menantikan kolaborasi besar ini," katanya dengan anggun.

Agatha dan Hector hanya tersenyum sopan, membiarkan Damian mengambil alih panggung.

Damian lalu menggeser tubuhnya sedikit ke samping, memberi jalan pada seorang wanita anggun yang berdiri tepat di sampingnya.

"Dan tentu saja, ini Evelyne—cucu kesayangan Tuan Laurent, dan juga pewaris masa depan bisnis keluarga."

Para investor tersenyum sambil menjabat tangan mereka satu per satu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan Kael melangkah masuk.

Dia mengenakan kemeja putih bersih dan celana panjang hitam sederhana. Tidak ada dasi. Tidak ada kilau jam tangan mewah. Wajahnya datar, tapi langkahnya tenang.

Seketika, keempat investor saling melirik.

Damian mengangkat bahu dengan senyum tipis.

"Oh, dia hanya suami Evelyne. Jangan khawatir, dia tidak akan mengganggu diskusi.”

Kael tidak bicara. Ia hanya menarik kursi kosong di sisi paling ujung, jauh dari pusat percakapan, dan duduk dengan tenang.

"Aku pikir dia tidak akan datang," bisik sepupu Evelyne pelan sambil tertawa kecil.

"Yah, mungkin dia penasaran seperti apa rasanya makan di tempat elit," balas yang lain.

Kael tetap diam. Tidak tersenyum. Tidak juga menunjukkan ekspresi sakit hati.

Evelyne, yang duduk di samping Damian, tampak gelisah. Matanya sesekali melirik ke arah Kael, seolah ingin berkata sesuatu, tapi tak tahu harus mulai dari mana.

Sejujurnya, kata pertama yang ingin dia sampaikan adalah, alasan dia duduk di sebelah Damian adalah karena perintah nenek, bukan keinginannya.

Namun, dia tidak bisa menyampaikannya sekarang.

Sementara itu, pembahasan tentang proyek energi bersih di Wilayah Timur berlangsung intens. Damian memaparkan proposal kerjasama, data statistik, dan koneksi politik yang dimiliki keluarganya.

“Jika berjalan lancar,” kata Damian, “proyek ini akan menghasilkan miliaran dolar dalam jangka panjang. Dan tentu saja, keluarga Laurent akan menjadi salah satu pemegang saham utamanya.”

Para investor mengangguk penuh minat. Semua mata tertuju pada Damian.

Kael? Ia hanya menuangkan air putih ke gelasnya, menyesapnya perlahan, sembari menatap jendela kaca di sisi ruangan yang memperlihatkan pemandangan kota.

Ia seperti tak benar-benar ada di ruangan itu.

Kemudian, hinaan halus meluncur.

“Jadi Kael,” tanya salah satu investor sambil menoleh. “Kau bekerja di bidang apa?”

Beberapa orang tertawa kecil, pura-pura menutupi mulut.

Kael menoleh perlahan. “Aku... pengangguran,” jawabnya jujur, dengan senyum ringan namun tidak konyol.

Damian menyela cepat, “Jangan salah. Kael itu... spesialis laundry rumah tangga. Bisa dibilang, dia menjaga kebersihan rumah, dalam artian yang paling literal.”

Tawa pecah di sekitar meja. Bahkan beberapa pelayan sulit menahan senyum.

Kael tak membalas. Ia hanya menunduk sedikit, mengangkat gelasnya lagi, dan meneguknya perlahan.

Sikapnya begitu tenang, seolah semua hinaan itu hanyalah angin sepoi di tengah padang kosong.

Tapi justru karena sikap diamnya itulah, Evelyne menggertakkan giginya.

Ia merasa bersalah. Ia tahu bahwa ini akan terjadi, tapi Kael tetap saja datang.

Diam, duduk, dan... menerima semuanya tanpa keluhan.

Seharusnya dia tidak memberitahu Kael sejak awal.

---

Suasana makan siang berlangsung lancar. Gelas-gelas anggur bergemerincing pelan saat para investor mencicipi hidangan mewah yang tersaji.

Para anggota keluarga Laurent yang hadir mencoba menarik perhatian para investor dengan memuji mereka. Entah itu karena pakaian atau jam tangan mahal yang mereka kenakan, atau cara mereka dalam mengelola bisnis.

Semuanya tampak baik-baik saja.

Namun tiba-tiba—

"Kuhuk… huk—!"

Seorang pria tua dengan jas abu-abu berkilau—Gerard Whitmore, investor senior dari perusahaan energi internasional—tiba-tiba menggigil, tubuhnya kejang. Sendoknya jatuh berdering, tangannya mencengkram leher seperti sedang dicekik dari dalam.

"Pak Gerard?!" Damian sontak berdiri, wajahnya pucat.

Gerard berusia 80-an. Dia tampak sangat tua, seolah bisa mati kapan saja.

Tentu saja, kepanikan Damian berasal dari apabila Gerard mati di sini, ini akan merusak jalannya kerjasama bisnis ini.

Ini juga akan merusak seluruh rencananya membawa Evelyne ke sisinya!

Karenanya, Damian langsung berteriak, "Evelyne! Panggil ambulans sekarang!"

Evelyne memberikan anggukan setuju, buru-buru merogoh tasnya dengan tangan gemetar.

Namun sebelum dia sempat menekan tombol apapun di ponselnya—

Suara Kael tiba-tiba terdengar, "Akan terlambat kalau menunggu ambulans tiba."

Semua kepala menoleh.

Tentu saja, Nyonya Agatha adalah yang pertama menjawab, "Apakah ini adalah saat yang tepat untuk bercanda, Kael?! Pak Gerard sedang dalam kondisi kritis, dan kau mengambil kesempatan ini untuk melontarkan omong kosong?! Apa otakmu sudah rusak?!"

Yang lainnya memberikan anggukan setuju, bertanya-tanya tentang isi kepala Kael.

Apakah dia idiot? Dia tidak bisa membaca situasi?

Namun, Kael mengabaikan mereka sepenuhnya. Ia berdiri perlahan dari kursinya, lalu mengambil langkah ringan menuju tubuh Gerard yang kejang di lantai.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" seru Mariana, tapi tak dihiraukan.

Kael berlutut di sebelah Gerard. Jarinya menyentuh nadi leher, kemudian dadanya. Ia menekan titik di bawah telinga Gerard, lalu melirik singkat ke arah orang-orang yang panik seperti sekumpulan tikus yang terjebak di kandang kucing.

"Jantungnya tidak dalam kondisi serangan mendadak. Tapi aliran darah ke otaknya terhambat. Arteri karotisnya menyempit. Ini bisa membunuhnya dalam dua menit."

Sejujurnya, Kael tidak ingin menolong si tua bangka ini. Saat Damian menghinanya, bajingan ini adalah yang tertawa paling keras.

Namun, saat dia melihat jalannya diskusi, Evelyne terlihat begitu berharap pada kerjasama bisnis ini.

Di mata Evelyne, ini mungkin adalah kesempatan bagi Keluarga Laurent untuk naik tingkat.

Karenanya, demi Evelyne, dia mau tidak mau menyelamatkan bajingan tua ini.

Pada titik ini, tangan Kael bergerak cepat, menekan beberapa titik di dada dan lengan, lalu satu sentuhan terakhir di antara alis Gerard—cepat dan presisi, seperti seorang ahli medis tingkat tinggi... atau sesuatu yang lebih dari itu.

Dalam waktu kurang dari dua puluh detik, tubuh Gerard mulai mereda. Kejangnya berhenti. Napasnya kembali tertata. Matanya perlahan membuka—meski masih lemah.

Damian menatap tak percaya.

Evelyne membeku dengan ponsel masih di tangannya.

Para investor, keluarga Laurent, dan semua orang di ruangan itu hanya bisa memandangi Kael dengan tatapan campur aduk—antara terkejut, tidak percaya, dan bingung.

Kael berdiri kembali, menepuk kemejanya dengan tenang, lalu menoleh pada Evelyne.

"Tetap panggil ambulans, Evelyne. Ini untuk memastikan dia masih bisa makan dessert sore ini."

Lalu ia kembali ke kursinya—tanpa menambahkan satu kata pun.

Hening. Hening yang panjang.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 265

    Setelah selesai sarapan, Kael membawa Lily kembali ke Maple Inn."Lily, kau mandi dulu. Setelahnya kita akan pergi membeli pakaian."Mata Lily langsung berbinar. "Pakaian baru?! Benarkah, Paman?!"Kael tersenyum. "Tentu saja. Kau akan mulai sekolah, tidak mungkin masih pakai pakaian yang kotor, robek, dan kebesaran seperti ini, bukan?"Lily mengangguk dengan semangat, lalu berlari masuk ke kamar mandi dengan penuh antusias.Tak lama kemudian, mereka sudah berada di jalan menuju mall terdekat.Lily berjalan di samping Kael dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Membeli pakaian baru? Dia belum pernah melakukan ini sebelumnya!---Mall itu ramai. Orang-orang berlalu-lalang dengan tas belanjaan di tangan, suara musik latar mengalun lembut, dan aroma parfum bercampur dengan kopi dari kafe-kafe kecil.Kael membawa Lily ke toko pakaian anak-anak yang terlihat rapi dan nyaman."Lily, pilih pakaian yang kau suka. Ambil lima, minimal," kata Kael dengan nada lembut.Lily men

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 264

    KANTOR POLISI KOTA SILVERTON - PAGI HARI.Ruangan Kepala Kepolisian.Seorang pria bertubuh besar dengan rambut hitam pendek yang mulai beruban di pelipis, duduk di belakang meja kerjanya—Inspektur Richard Donovan, Kepala Kepolisian Kota Silverton. Usianya sekitar pertengahan lima puluhan, dengan tatapan tajam dan dagu yang tegas.Ia sedang membaca laporan rutin pagi itu ketika pintu ruangannya diketuk dengan keras.TOK! TOK! TOK!"Masuk," katanya tanpa mengangkat kepala.Pintu terbuka. Seorang detektif muda dengan wajah pucat masuk dengan tergesa-gesa—napasnya terengah-engah, tangannya memegang setumpuk dokumen dengan erat."Pak! Ada berita penting!"Richard mengangkat kepalanya dengan alis terangkat. Jarang sekali bawahannya terlihat sepanik ini."Apa?"Detektif itu menelan ludah, lalu berkata dengan suara yang sedikit bergetar."Marcus 'The Reaper' Volkov... dia mati, Pak. Di markasnya. Tadi malam."Richard membeku.Keheningan singkat.Lalu—BRAK!!!Ia bangkit dari kursinya dengan c

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 263

    Pria pekerja bertubuh sedang dengan wajah tegas itu berjalan mendekati Kael. Langkahnya gemetar, tapi ia memaksakan diri untuk tetap terlihat sopan.“Ta-tuan… dia sudah mati,” ucapnya pelan.Kael menoleh sekilas ke arah tubuh Diana—kepalanya hancur, darah berceceran di tanah, tubuhnya tidak lagi bernyawa. Kael mengamati sebentar, lalu mengangguk pendek.“Bagus,” katanya tenang. “Sekarang kau boleh pergi.”Wajah pria itu langsung berubah lega. “Te-terima kasih! Terima kasih banyak!”Ia hampir berlari ketika pergi, seolah takut Kael akan berubah pikiran jika ia menunda sedetik pun.Para pekerja lain memandanginya dengan iri—sangat iri.“Andaikan aku yang mengambil tugas itu,” gumam salah satu dengan nada menyesal.“Dia benar-benar pergi… kita masih di sini,” ujar pekerja lainnya lirih, penuh kecemasan.Kael menatap mereka satu per satu, lalu berbicara dengan nada datar namun tegas.“Turunkan kontainernya. Sekarang.”Para pekerja itu langsung mengangguk cepat—tak satu pun berani membanta

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 262

    Kael berdiri dengan tenang di tengah dermaga, menatap keempat kultivator yang masih membeku dengan ketakutan, lalu menatap Diana dan para pekerja yang juga gemetar.Lalu ia bertanya dengan nada dingin."Siapa pemimpinnya?"Hening.Tidak ada yang menjawab.Semua orang diam, walaupun beberapa di antara mereka, terutama para pekerja, memandang Diana sebagai jawaban.Diana di sisi lain, juga diam—tidak mengatakan apa pun.Ia tidak perlu pintar untuk tahu bahwa dia akan bernasib buruk jika mengaku.Karenanya, ia menatap dingin para anggotanya—tatapan yang penuh dengan ancaman, yang memerintahkan mereka untuk menutup mulut!Kael menunggu beberapa detik.Namun tidak ada jawaban.Lalu ia berkata dengan nada tenang, namun di balik ketenangan itu, ada ancaman yang sangat mengerikan."Jika tidak ada yang mengaku, aku akan menganggap kalian semua sebagai pemimpinnya, dan tidak ada satu pun yang selamat!"Lalu—WUUUUUUMMMMM!!!Kael mengeluarkan sedikit energinya—sangat sedikit, hanya sebagian keci

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 261

    PELABUHAN TUA - PUKUL 00:20 DINI HARI.Di sebuah pelabuhan tua yang gelap dan sepi, dengan dermaga kayu yang sudah lapuk dan lampu-lampu redup yang hampir mati, sebuah kapal kargo besar sedang bersandar di tepi dermaga.Para pekerja dengan wajah keras dan tatapan dingin sedang sibuk mengangkat dua kontainer besar dengan derek—kontainer besi yang berbobot lebih dari satu ton, dengan pintu yang tertutup rapat dan dikunci dengan gembok tebal.BANG! BANG! BANG!"TOLONG! KELUARKAN KAMI!""KUMOHON! SELAMATKAN KAMI!""TOLONG! SIAPAPUN?!"Teriakan minta tolong terdengar dari dalam kontainer—teriakan yang penuh dengan kepanikan, dengan ketakutan, dengan keputusasaan.Itu membuat seorang wanita yang berdiri di dekat kontainer—wanita bertubuh kekar seperti binaragawan, dengan otot-otot yang menonjol di lengan dan kakinya, berusia sekitar akhir 30-an—menatap kontainer dengan tatapan kesal.Namanya Diana "The Iron Lady" Cross.Ia adalah bos dari sebuah sindikat perdagangan manusia, sindikat yang s

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 260

    Kael berdiri di tengah ruangan dengan tenang, menatap dua puluh preman yang berlari ke arahnya dengan senjata tajam dan beberapa senjata api.Lalu—Kael mengeluarkan sedikit auranya.WUUUUUUMMMMM!!!Aura perak yang sangat kuat meledak dari tubuhnya—aura yang menciptakan tekanan yang luar biasa besar, yang membuat seluruh gudang bergetar hebat.WHOOOOOOSSSSHHHHH!!!Sebagian besar preman langsung terlempar mundur dengan keras—tubuh mereka melayang di udara seperti daun yang tertiup angin badai.BANG! BANG! BANG! BANG!Beberapa dari mereka menabrak dinding dengan keras, tulang mereka retak, tubuh mereka jatuh dengan lemas.Beberapa menabrak tumpukan besi, kepala mereka berdarah, disertai pusing hebat.Bahkan beberapa menabrak rekan mereka yang lain, menciptakan tumpukan tubuh yang saling bertabrakan.Hanya dalam sekejap—Enam belas preman sudah tergeletak di tanah dengan luka-luka parah.Namun ada sekitar empat orang yang masih berdiri—empat preman dengan senjata api di tangan mereka.Me

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status