LOGINBesoknya, di pagi hari, sekitar pukul sepuluh, Kael baru saja selesai menjemur pakaian ketika Evelyne muncul dengan ekspresi tak biasa.
"Siang ini ada undangan makan dari Damian dan beberapa investor besar," ucapnya singkat. "Topiknya proyek energi bersih di wilayah timur. Proyek besar. Orang-orang penting akan datang." Kael mengangkat alis, menggulung lengan bajunya yang masih basah. "Lalu kenapa kau repot-repot memberitahuku?" Evelyne terlihat ragu. "Karena kau juga diundang… Tapi jujur saja, kehadiranmu tak benar-benar diperlukan. Sebaiknya, kau tetap di sini. Aku akan mengatakan bahwa kau sakit." Kael tersenyum, "Oh... manisnya. Apakah kau khawatir suamimu ini kembali dipermalukan? Aku tidak menyangka kau ternyata peduli padaku." "Jangan bercanda, Kael. Ini demi menjaga nama baik keluarga. Aku tidak ingin kehadiranmu merusak nama baik keluarga Laurent." Kael masih tersenyum. Dia tidak marah, tidak juga tersinggung—dia tahu bahwa Evelyne tidak ingin dia dipermalukan, hanya saja malu untuk mengakuinya. Namun, undangan ini adalah kesempatannya melihat sejauh mana Damian akan bergerak. Ingin mempermalukan dirinya di depan orang-orang penting, menunjukkan perbedaan level di antara mereka? Ingin merebut Evelyne dari dia, menunjukkan siapa yang pantas untuk Evelyne? Mari kita lihat apa yang bisa dia lakukan. Kael kemudian mengambil handuk, mengusap tangannya yang basah sembari membalas, "Karena aku sudah diundang, aku harus datang. Bagaimanapun, ini acara langka. Aku hampir tak pernah diajak ke acara makan siang semewah dan sepenting ini." "Kael! Aku sudah memperingatkanmu..." Sebelum Evelyne menyelesaikan kalimatnya, Kael langsung menyela dengan berkata, "Jangan khawatir, Yang Mulia. Aku tahu apa yang aku lakukan. Aku tidak akan mempermalukan keluarga Laurent. Percayalah padaku." Melihat Kael dipenuhi dengan kepercayaan diri, Evelyne hanya bisa menghela napas tanpa daya. Dia membalas, "Terserah padamu. Namun, jika kau mempermalukan keluarga Laurent, jangan salahkan aku jika membuatmu tidur di taman malam ini!" Kael tersenyum hangat saat dia membalas, "Cukup adil." --- Restoran Belvédère, salah satu restoran paling bergengsi di Kota Elmridge, siang itu telah disulap menjadi ruang makan pribadi yang elegan. Dinding-dinding marmer putih berkilau, dan cahaya gantung kristal menari di atas kepala para tamu terhormat. Di tengah ruangan, Damian berdiri bak tuan rumah sejati. Dengan jas abu-abu halus dan dasi biru tua, ia menyambut para investor dan pengusaha dari Wilayah Timur, memperkenalkan mereka satu per satu kepada anggota keluarga Laurent dengan kefasihan dan percaya diri. "Ini adalah Paman Hector, yang akan mengawasi sektor produksi. Dan ini Nyonya Agatha, pilar keluarga Laurent. Kami sangat menantikan kolaborasi besar ini," katanya dengan anggun. Agatha dan Hector hanya tersenyum sopan, membiarkan Damian mengambil alih panggung. Damian lalu menggeser tubuhnya sedikit ke samping, memberi jalan pada seorang wanita anggun yang berdiri tepat di sampingnya. "Dan tentu saja, ini Evelyne—cucu kesayangan Tuan Laurent, dan juga pewaris masa depan bisnis keluarga." Para investor tersenyum sambil menjabat tangan mereka satu per satu. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan Kael melangkah masuk. Dia mengenakan kemeja putih bersih dan celana panjang hitam sederhana. Tidak ada dasi. Tidak ada kilau jam tangan mewah. Wajahnya datar, tapi langkahnya tenang. Seketika, keempat investor saling melirik. Damian mengangkat bahu dengan senyum tipis. "Oh, dia hanya suami Evelyne. Jangan khawatir, dia tidak akan mengganggu diskusi.” Kael tidak bicara. Ia hanya menarik kursi kosong di sisi paling ujung, jauh dari pusat percakapan, dan duduk dengan tenang. "Aku pikir dia tidak akan datang," bisik sepupu Evelyne pelan sambil tertawa kecil. "Yah, mungkin dia penasaran seperti apa rasanya makan di tempat elit," balas yang lain. Kael tetap diam. Tidak tersenyum. Tidak juga menunjukkan ekspresi sakit hati. Evelyne, yang duduk di samping Damian, tampak gelisah. Matanya sesekali melirik ke arah Kael, seolah ingin berkata sesuatu, tapi tak tahu harus mulai dari mana. Sejujurnya, kata pertama yang ingin dia sampaikan adalah, alasan dia duduk di sebelah Damian adalah karena perintah nenek, bukan keinginannya. Namun, dia tidak bisa menyampaikannya sekarang. Sementara itu, pembahasan tentang proyek energi bersih di Wilayah Timur berlangsung intens. Damian memaparkan proposal kerjasama, data statistik, dan koneksi politik yang dimiliki keluarganya. “Jika berjalan lancar,” kata Damian, “proyek ini akan menghasilkan miliaran dolar dalam jangka panjang. Dan tentu saja, keluarga Laurent akan menjadi salah satu pemegang saham utamanya.” Para investor mengangguk penuh minat. Semua mata tertuju pada Damian. Kael? Ia hanya menuangkan air putih ke gelasnya, menyesapnya perlahan, sembari menatap jendela kaca di sisi ruangan yang memperlihatkan pemandangan kota. Ia seperti tak benar-benar ada di ruangan itu. Kemudian, hinaan halus meluncur. “Jadi Kael,” tanya salah satu investor sambil menoleh. “Kau bekerja di bidang apa?” Beberapa orang tertawa kecil, pura-pura menutupi mulut. Kael menoleh perlahan. “Aku... pengangguran,” jawabnya jujur, dengan senyum ringan namun tidak konyol. Damian menyela cepat, “Jangan salah. Kael itu... spesialis laundry rumah tangga. Bisa dibilang, dia menjaga kebersihan rumah, dalam artian yang paling literal.” Tawa pecah di sekitar meja. Bahkan beberapa pelayan sulit menahan senyum. Kael tak membalas. Ia hanya menunduk sedikit, mengangkat gelasnya lagi, dan meneguknya perlahan. Sikapnya begitu tenang, seolah semua hinaan itu hanyalah angin sepoi di tengah padang kosong. Tapi justru karena sikap diamnya itulah, Evelyne menggertakkan giginya. Ia merasa bersalah. Ia tahu bahwa ini akan terjadi, tapi Kael tetap saja datang. Diam, duduk, dan... menerima semuanya tanpa keluhan. Seharusnya dia tidak memberitahu Kael sejak awal. --- Suasana makan siang berlangsung lancar. Gelas-gelas anggur bergemerincing pelan saat para investor mencicipi hidangan mewah yang tersaji. Para anggota keluarga Laurent yang hadir mencoba menarik perhatian para investor dengan memuji mereka. Entah itu karena pakaian atau jam tangan mahal yang mereka kenakan, atau cara mereka dalam mengelola bisnis. Semuanya tampak baik-baik saja. Namun tiba-tiba— "Kuhuk… huk—!" Seorang pria tua dengan jas abu-abu berkilau—Gerard Whitmore, investor senior dari perusahaan energi internasional—tiba-tiba menggigil, tubuhnya kejang. Sendoknya jatuh berdering, tangannya mencengkram leher seperti sedang dicekik dari dalam. "Pak Gerard?!" Damian sontak berdiri, wajahnya pucat. Gerard berusia 80-an. Dia tampak sangat tua, seolah bisa mati kapan saja. Tentu saja, kepanikan Damian berasal dari apabila Gerard mati di sini, ini akan merusak jalannya kerjasama bisnis ini. Ini juga akan merusak seluruh rencananya membawa Evelyne ke sisinya! Karenanya, Damian langsung berteriak, "Evelyne! Panggil ambulans sekarang!" Evelyne memberikan anggukan setuju, buru-buru merogoh tasnya dengan tangan gemetar. Namun sebelum dia sempat menekan tombol apapun di ponselnya— Suara Kael tiba-tiba terdengar, "Akan terlambat kalau menunggu ambulans tiba." Semua kepala menoleh. Tentu saja, Nyonya Agatha adalah yang pertama menjawab, "Apakah ini adalah saat yang tepat untuk bercanda, Kael?! Pak Gerard sedang dalam kondisi kritis, dan kau mengambil kesempatan ini untuk melontarkan omong kosong?! Apa otakmu sudah rusak?!" Yang lainnya memberikan anggukan setuju, bertanya-tanya tentang isi kepala Kael. Apakah dia idiot? Dia tidak bisa membaca situasi? Namun, Kael mengabaikan mereka sepenuhnya. Ia berdiri perlahan dari kursinya, lalu mengambil langkah ringan menuju tubuh Gerard yang kejang di lantai. "Hei! Apa yang kau lakukan?!" seru Mariana, tapi tak dihiraukan. Kael berlutut di sebelah Gerard. Jarinya menyentuh nadi leher, kemudian dadanya. Ia menekan titik di bawah telinga Gerard, lalu melirik singkat ke arah orang-orang yang panik seperti sekumpulan tikus yang terjebak di kandang kucing. "Jantungnya tidak dalam kondisi serangan mendadak. Tapi aliran darah ke otaknya terhambat. Arteri karotisnya menyempit. Ini bisa membunuhnya dalam dua menit." Sejujurnya, Kael tidak ingin menolong si tua bangka ini. Saat Damian menghinanya, bajingan ini adalah yang tertawa paling keras. Namun, saat dia melihat jalannya diskusi, Evelyne terlihat begitu berharap pada kerjasama bisnis ini. Di mata Evelyne, ini mungkin adalah kesempatan bagi Keluarga Laurent untuk naik tingkat. Karenanya, demi Evelyne, dia mau tidak mau menyelamatkan bajingan tua ini. Pada titik ini, tangan Kael bergerak cepat, menekan beberapa titik di dada dan lengan, lalu satu sentuhan terakhir di antara alis Gerard—cepat dan presisi, seperti seorang ahli medis tingkat tinggi... atau sesuatu yang lebih dari itu. Dalam waktu kurang dari dua puluh detik, tubuh Gerard mulai mereda. Kejangnya berhenti. Napasnya kembali tertata. Matanya perlahan membuka—meski masih lemah. Damian menatap tak percaya. Evelyne membeku dengan ponsel masih di tangannya. Para investor, keluarga Laurent, dan semua orang di ruangan itu hanya bisa memandangi Kael dengan tatapan campur aduk—antara terkejut, tidak percaya, dan bingung. Kael berdiri kembali, menepuk kemejanya dengan tenang, lalu menoleh pada Evelyne. "Tetap panggil ambulans, Evelyne. Ini untuk memastikan dia masih bisa makan dessert sore ini." Lalu ia kembali ke kursinya—tanpa menambahkan satu kata pun. Hening. Hening yang panjang.Langit masih pucat keperakan ketika Tu Feng melesat menembus lapisan awan tinggi. Dalam dua menit saja, bahkan tanpa mengerahkan kecepatan penuhnya, mereka menempuh jarak lebih dari sepuluh mil—sekadar pemanasan sebelum benar-benar memasuki wilayah luas benua tengah.Lima jam kemudian, garis perbatasan wilayah timur akhirnya hilang dari pandangan. Pegunungan zamrud yang selama ini menjadi benteng alami wilayah Raja Tianlong berubah menjadi hamparan tanah asing yang membentang tanpa ujung. Di hadapan mereka, cahaya dunia terasa berbeda—lebih liar, kurang teratur, dan terisi berbagai kemungkinan yang belum bernama.Kael membuka gulungan peta yang diberikan Yue Lian beberapa bulan lalu. Kertasnya lembut, namun garis-garisnya tajam, seperti dibuat oleh tangan seorang ahli.Jarak dari titik ini menuju Sekte Naga Keadilan… tidak kecil."Lima ratus ribu hingga tujuh ratus ribu mil," gumam Kael rendah setelah menghitung ulang jalur yang harus mereka tempuh—memperhitungkan rute aman, jalur ang
Keesokan paginya, paviliun Hutan Obat telah dipenuhi orang luar, dan mereka adalah orang-orang yang menyandang kuasa tertinggi di Kerajaan Langit Timur. Halaman depan paviliun penuh oleh simbol-simbol kehormatan: jubah kebesaran, lambang kerajaan, dan wajah-wajah penting.Raja Tianlong sendiri berdiri paling depan. Di sampingnya berdiri Yue Lian dan Yue Ling, lalu para petinggi istana, termasuk panglima perang terbaik; Wu Zhen.Keberadaan mereka hanya untuk satu hal, melihat keberangkatan Kael; Pahlawan Langit Timur, menuju Sekte Naga Keadilan.Kael melangkah keluar dari pintu paviliun dengan jubah putihnya yang sederhana. Lengan bajunya bergetar pelan tertiup angin pagi. Tidak ada kemegahan dalam busananya — hanya ketenangan. Tapi justru karena ketenangannya itulah semua orang merasa… ada sesuatu yang besar yang berjalan bersamanya.Yang pertama maju adalah Raja Tianlong.Suara sang raja tenang, namun mengandung kewaspadaan yang tak dapat disembunyikan. “Berhati-hatilah di perjalanan
Sejak Tu Feng menerobos ke Ranah Jiwa, ritme harian Kael sepenuhnya berubah.Ia tidak lagi mengurung diri dalam meditasi sepanjang hari. Pada beberapa pagi, sebelum matahari terbit, Kael akan berdiri di punggung Tu Feng, dan keduanya terbang melintasi barisan gunung, memecah kabut dini hari dengan kehadiran mereka. Angin dingin menerpa wajah Kael, membuat napasnya terasa lebih hidup dibanding ratusan jam meditasi sunyi.Yang awalnya hanya sekadar penerbangan pendek untuk membiasakan ritme tubuh, lama-kelamaan menjadi kebiasaan. Tu Feng akan mendarat di puncak yang tinggi, lalu membentangkan sayapnya seolah mempersilakan Kael turun—dan di tempat-tempat sunyi yang hanya dihuni awan, Kael akan melanjutkan kultivasinya.Tidak lagi di paviliun, tidak lagi di tanah, melainkan di langit.Energi di puncak gunung jauh lebih murni, dan perpaduan dua energi di dalam tubuhnya bekerja lebih stabil saat berkultivasi di tempat yang disentuh langsung oleh aliran langit.Maka, menjelang akhir bulan ke
Sementara itu, kultivasi Kael secara tidak langsung mendorong kedua adik kecilnya ikut tumbuh.Li Wei menembus Ranah Dasar tingkat ketiga, dan itu adalah kemajuan besar untuk seorang anak seumurannya.Ia bahkan mulai menempa fisik di pagi hari sebelum matahari naik, menirukan disiplin yang ia lihat dari Kael.Mei Lin… mencoba ikut berlatih agar seperti kedua kakaknya, tapi masih belum berhasil.Tubuhnya menolak energi spiritual, seolah pintu kultivasinya tertutup sejak lahir. Di malam-malam tertentu, gadis kecil itu diam-diam menangis di sudut kamar, khawatir akan selamanya menjadi beban.Namun Li Wei akan selalu menemukan dirinya di sana. Mengusap kepalanya, menghibur, dan berjanji.“Tidak apa-apa kalau kau tidak bisa menjadi kultivator. Aku cukup untuk kita berdua. Aku yang akan melindungimu.”Itu membuat Mei Lin tersenyum lagi, walau dengan mata yang masih merah.---Di bulan kelima adalah saat pematangan, di mana penyatuan energi benar-benar mulai menghasilkan bentuk baru di dalam
Keesokan harinya, kabut spiritual tipis menyelimuti Paviliun Hutan Obat saat fajar menyentuh pucuk dedaunan. Embun masih bergantung di ujung-ujung rumput ketika Kael mulai memasuki hari pertamanya berkultivasi serius. Ia memilih area terbuka di halaman paviliun, tempat aliran energi bumi dan langit mengalir paling stabil.Duduk bersila, ia menarik napas panjang.Di dalam tubuhnya, dua kekuatan berbeda bersarang—energi spiritual murni… dan energi hitam yang liar dan tidak tunduk pada aturan mana pun. Dan energi hitam inilah yang menjadi sumber kecerdasan kultivasinya, menjadikannya sosok yang melampaui batas wajar seorang kultivator.Vale menyebutnya energi iblis, sementara Kakek Zion menyebutnya energi keberuntungan.Kael memilih sependapat dengan Kakek Zion—bukan karena ingin membela dirinya sendiri, melainkan karena ia memahami hakikat energi itu: bukan energi perusak, bukan pula kekuatan jahat… hanya kekuatan yang terlalu padat, terlalu purba, dan terlalu agung hingga apa pun yang
Keesokan harinya…Ketukan lembut terdengar dari luar pintu ruangan Tianlong.“Masuk,” suara Tianlong terdengar dari dalam.Pintu terbuka perlahan. Kael melangkah masuk dengan postur tenang dan penuh hormat, lalu membungkuk tipis.“Yang Mulia.”Tianlong mengangguk, lalu mengambil sebuah gulungan emas dari atas meja kayu naga hitam di sampingnya. Ia berdiri dan menyerahkannya langsung ke tangan Kael.“Inilah surat rekomendasinya,” ucapnya. “Turnamen itu hanya diadakan setiap sepuluh tahun sekali. Setiap wilayah hanya mendapatkan satu kesempatan — satu nama, satu perwakilan. Dan ini… adalah pertama kalinya wilayah timur mengirimkan seseorang.”Ia menatap Kael dengan serius.“Selama berabad-abad, tak pernah lahir bakat besar di wilayah timur. Surat rekomendasi ini selalu datang, namun selalu berakhir berdebu tanpa pernah dibawa ke medan turnamen. Dunia luar menganggap wilayah timur hanyalah pelosok… tempat yang tak melahirkan jenius.”Namun bibirnya perlahan membentuk senyum tipis. “Tapi







