Share

Bab 150

Penulis: BOSSSESamaaaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-16 23:17:42

Kabut perang belum sepenuhnya sirna ketika kesadaran Zhao Tian mulai kabur. Tubuhnya tergeletak di tanah yang lembab oleh darah, dadanya terasa berat seolah ditindih gunung. Pandangannya kabur — samar-samar ia masih bisa melihat langit biru di atas sana, langit yang dulu ia impikan untuk dikuasai.

Apakah… ini akhirnya?

Inikah akhir dari Raja Seribu Ombak?

Keinginan untuk menguasai daratan dan lautan timur... berakhir di sini?!

Tidak! Ia tidak bisa menerima itu. Tidak setelah sejauh ini. Tidak setelah semua yang ia korbankan.

Zhao Tian menatap ke langit dengan mata yang bergetar, darah menetes dari bibirnya. Dalam pikirannya, kenangan mulai berputar — dari awal ia hanyalah anak nelayan di pantai timur, yang menatap cakrawala dan bersumpah: “Aku akan menguasai lautan ini.”

Dan ia melakukannya. Dengan perang, dengan tipu daya, dengan pengkhianatan, dan akhirnya dengan darah.

Ia menghabisi para musuhnya satu per satu, mengukir jalannya dengan kejam. Hingga akhirnya ia berdiri di puncak, m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
rayhan
update y g jelas nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 163

    Keempat bandit itu bahkan belum sempat bangkit dari tanah ketika tubuh mereka runtuh, satu demi satu. Tidak ada teriakan, tidak ada perlawanan — hanya kematian yang begitu cepat hingga kesadaran mereka tak sempat menyusul tubuh mereka.Kael tidak memandang mereka lagi. Ia melompat ke punggung Tu Feng, lalu menepuk ringan bulunya.“Ke arah barat,” ujarnya pelan. “Asal darah mereka datang dari sana.”Tu Feng mengepakkan sayapnya. Dalam sekejap, keduanya kembali terbang menembus langit.---Tak butuh waktu lama sebelum Kael melihatnya. Di kejauhan, desa yang telah hancur total.Atap-atap rumah rata dengan tanah, beberapa di antaranya masih menyisakan arang hitam bekas dibakar. Jalan desa penuh bercak darah yang sudah mengering separuh. Mayat-mayat tergeletak tak beraturan: pria dewasa, tua renta yang bahkan tidak punya kekuatan untuk berlutut, hingga anak-anak kecil yang tubuhnya masih memeluk boneka lusuh.Kael mengepalkan tangannya perlahan. Jemari yang semula tenang kini menegang.“Ji

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 162

    Keempat bandit itu mundur setengah langkah tanpa sadar. Tubuh mereka gemetar, mata melebar, napas seakan tertahan di tenggorokan.Itu… bukan kekuatan kultivator biasa. Itu adalah kekuatan dari seseorang yang bahkan tidak perlu berusaha untuk membunuh mereka.“Dia… Ranah Jiwa…? Tapi tingkatnya— melebihiku… jauh sekali!” kata Zhang Kui di dalam benaknya.Seketika, dia merasakan tenggorokannya mengering. Seluruh keberanian yang tadi mendidih di kepalanya, kini terasa seperti pasir yang runtuh dari genggaman.Siapa pemuda ini sebenarnya? Bagaimana mungkin seseorang dari wilayah timur yang terbelakang memiliki tekanan aura setinggi ini? Wilayah itu dikenal lemah, banyak desa miskin, tak punya sekte besar—lalu kenapa……kenapa seseorang seperti ini muncul dari sana?!Bajingan! Lupakan tentang itu sekarang! Yang paling penting sekarang adalah melarikan diri dari dia sejauh mungkin. Menghadapinya sama saja dengan bunuh diri.“Maafkan aku,” kata Zhang Kui, mencoba menyelamatkan nyawanya. “Aku m

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 161

    Di ketinggian langit, Kael membuka matanya perlahan.Aliran angin berubah. Tidak kasar, tidak besar — namun mengalir dengan niat… buruk.Ia tidak menengok ke belakang, namun segala yang bergerak di bawah sana langsung tergambar jelas di benaknya seperti bayangan air.Enam titik aura. Kasar, liar, dan yang paling kentara, penuh darah.Kael mengembuskan napas pelan, “Mereka bahkan tidak repot menutupi niat membunuh mereka.”Ia menurunkan pandangannya. Di jalur berbatu di bawah awan kabut tipis, enam bandit berderap kencang dengan kuda-kuda spiritual bertubuh api. Beberapa bercak darah masih menempel di pakaian dan leher mereka — merahnya belum sepenuhnya mengering.Mereka baru saja membantai banyak orang. Mungkin satu desa.Alis Kael sedikit terangkat.“Apa mereka mencoba merampokku? Berpikir bahwa aku adalah buruan, sama seperti orang-orang yang telah mereka bunuh?” gumamnya datar.Tu Feng melengos sedikit, seakan menunggu perintah.Kael mengusap lehernya pelan.“Kita tidak akan membia

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 160

    Langit masih pucat keperakan ketika Tu Feng melesat menembus lapisan awan tinggi. Dalam dua menit saja, bahkan tanpa mengerahkan kecepatan penuhnya, mereka menempuh jarak lebih dari sepuluh mil—sekadar pemanasan sebelum benar-benar memasuki wilayah luas benua tengah.Lima jam kemudian, garis perbatasan wilayah timur akhirnya hilang dari pandangan. Pegunungan zamrud yang selama ini menjadi benteng alami wilayah Raja Tianlong berubah menjadi hamparan tanah asing yang membentang tanpa ujung. Di hadapan mereka, cahaya dunia terasa berbeda—lebih liar, kurang teratur, dan terisi berbagai kemungkinan yang belum bernama.Kael membuka gulungan peta yang diberikan Yue Lian beberapa bulan lalu. Kertasnya lembut, namun garis-garisnya tajam, seperti dibuat oleh tangan seorang ahli.Jarak dari titik ini menuju Sekte Naga Keadilan… tidak kecil."Lima ratus ribu hingga tujuh ratus ribu mil," gumam Kael rendah setelah menghitung ulang jalur yang harus mereka tempuh—memperhitungkan rute aman, jalur ang

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 159

    Keesokan paginya, paviliun Hutan Obat telah dipenuhi orang luar, dan mereka adalah orang-orang yang menyandang kuasa tertinggi di Kerajaan Langit Timur. Halaman depan paviliun penuh oleh simbol-simbol kehormatan: jubah kebesaran, lambang kerajaan, dan wajah-wajah penting.Raja Tianlong sendiri berdiri paling depan. Di sampingnya berdiri Yue Lian dan Yue Ling, lalu para petinggi istana, termasuk panglima perang terbaik; Wu Zhen.Keberadaan mereka hanya untuk satu hal, melihat keberangkatan Kael; Pahlawan Langit Timur, menuju Sekte Naga Keadilan.Kael melangkah keluar dari pintu paviliun dengan jubah putihnya yang sederhana. Lengan bajunya bergetar pelan tertiup angin pagi. Tidak ada kemegahan dalam busananya — hanya ketenangan. Tapi justru karena ketenangannya itulah semua orang merasa… ada sesuatu yang besar yang berjalan bersamanya.Yang pertama maju adalah Raja Tianlong.Suara sang raja tenang, namun mengandung kewaspadaan yang tak dapat disembunyikan. “Berhati-hatilah di perjalanan

  • Ngakunya Pengangguran, Ternyata Penguasa Dunia    Bab 158

    Sejak Tu Feng menerobos ke Ranah Jiwa, ritme harian Kael sepenuhnya berubah.Ia tidak lagi mengurung diri dalam meditasi sepanjang hari. Pada beberapa pagi, sebelum matahari terbit, Kael akan berdiri di punggung Tu Feng, dan keduanya terbang melintasi barisan gunung, memecah kabut dini hari dengan kehadiran mereka. Angin dingin menerpa wajah Kael, membuat napasnya terasa lebih hidup dibanding ratusan jam meditasi sunyi.Yang awalnya hanya sekadar penerbangan pendek untuk membiasakan ritme tubuh, lama-kelamaan menjadi kebiasaan. Tu Feng akan mendarat di puncak yang tinggi, lalu membentangkan sayapnya seolah mempersilakan Kael turun—dan di tempat-tempat sunyi yang hanya dihuni awan, Kael akan melanjutkan kultivasinya.Tidak lagi di paviliun, tidak lagi di tanah, melainkan di langit.Energi di puncak gunung jauh lebih murni, dan perpaduan dua energi di dalam tubuhnya bekerja lebih stabil saat berkultivasi di tempat yang disentuh langsung oleh aliran langit.Maka, menjelang akhir bulan ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status