Share

Enam

Danil dan Alex tiba di kampus, di mana Emili kuliah, Alex bertindak seperti Intel yang mengawasi setiap mahasiswa yang lalu-lalang dari kejauhan, tidak lama kemudian, ia akhirnya menemukan targetnya, setelah merasa yakin tidak salah orang, ia pun menghampiri targetnya tersebut.

"Nona Emili...!" Seru Alex membuat Emili kaget.

"Alex..?" Emili lupa sopan santunnya sakin kagetnya karena tiba-tiba ada Alex.

"Maaf, maksud Saya, Pak Alex. Ko bisa ada di sini?" Kata Emili sambil celingak celinguk mengawasi sekitar, berharap tidak ada teman dekat yang melihatnya.

"Ikut saya, bukannya Nona Emili mau bertemu dengan Saya?" Ucap Alex sedikit menekan.

"Iya tapi kan, setidaknya balas pesan saya dulu, kemudian buat janji untuk bertemu, jangan seperti ini..." Emili mengomel.

"Anda pikir anda ini siapa? bisakah anda ikut saya saja Nona?" Potong Alex dengan nada penuh tekanan dan menggertak. Mau tidak mau Emili pun mengekor di belakangnya.

Emili jadi gelisah karena ternyata Alex tidak sendirian, selain Alex, sudah ada Danil juga yang sedang menunggunya di mobil, bahkan sudah mengawasinya sejak tadi.

"Mohon maaf Pak Alex, saya kan hanya ingin bertemu dengan Anda." Lirih Emili sebelum masuk ke dalam mobil.

"Tolong menurut saja, Saya juga hanya melaksanakan perintah" Ucap Alex mulai tidak sabar, ia mempersilahkan calon Nyonya-nya masuk ke dalam mobil, mau tidak mau Emili dengan sangat terpaksa masuk ke dalam mobil, dengan jantung berdegup khawatir tanpa henti. Suasana ini sungguh menyiksanya.

"Siang Pak Danil!" Sapa Emili dengan hati-hati, rasanya sangat tidak sopan jika mengabaikan bosnya, untungnya yang ia sapa cuek saja, seperti tidak peduli dengan kehadirannya, ia sangat bersyukur dengan itu, ia lebih takut kalau Danil berbicara dan mengungkit kelakuannya kemarin, ia merasa ingin mati saja. Andai waktu bisa diulang ia ingin sekali menghapus kajadian saat menolak kerja sama konyol yang ditawarkan Danil kemarin, meskipun konyol dan gila ia tetap mengharapkan kerja sama itu. Demi cuan.

Tanpa aba-aba Alex ikut masuk ke dalam mobil, ia menyalakan mesin lalu melesat pergi meninggalkan halaman kampus Emili, menuju entah kemana, suasana di mobil seperti sedang berada di pemakaman saat malam hari, sunyi tak ada suara sedikitpun, suasana seperti itu berlangsung selama beberapa menit hingga tiba di tempat tujuan, Emili menurut saja, mengikuti kemana langkah Danil menuju, persis seperti anjing peliharaan dan ini baru permulaan, sepertinya Danil sangat menikmatinya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nuniee
Sepertinya Emili hrs menelan kata katanya sendiri yg kmarin menolak Danil... dibawa ke penghulu kali yaaa
goodnovel comment avatar
Rita Septiyanti
wow..sikap danil menunjukkan pertanda yg baik..jangan2 danil dimasa depan akan jatuh cinta pada emili dan pada akhirnya melupakan alea
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status