Home / Rumah Tangga / Nikah Kontrak Demi Balas Dendam / Bab 3 : Keinginan Untuk Balas Dendam

Share

Bab 3 : Keinginan Untuk Balas Dendam

Author: Apple Cherry
last update Last Updated: 2023-07-13 20:06:36

Aileen membaringkan tubuhnya di kasur. Ini hari kedua ia berada di kota, jauh dari kedua orang tuanya. Seharusnya saat ini ia sedang bersama Rio, tapi semuanya sudah berantakan. Rencana itu hanya menjadi kenangan pahit yang harus ia telan bersama pengkhianat bernama Rio.

"Mama daritadi telepon," ucap Aileen saat melihat panggilan tak terjawab berulangkali dari sang mama.

"Halo, Ma." Aileen menatap sapu tangan abu-abu yang tertinggal di dalam tasnya. Ia baru ingat, benda itu milik pria yang memberi tumpangan tadi.

"Ai tadi tidak lihat mama telepon, maaf ya."

Mamanya pasti cemas, apalagi selama ini Aileen tidak pernah cerita kalau ia berpacaran dengan seseorang yang ada di kota.

"Ya, Aileen belum tau, tapi sementara Aileen akan kost di sini, Ma."

Aileen terkejut saat mamanya bilang akan pindah ke kota untuk urusan bisnis. Mamanya jug bilang agar Aileen tidak perlu kost, ia bisa tinggal dengan mamanya.

"Ah, begitu. Baik, Ma, atur saja." Aileen lelah, ia ingin memejamkan mata.

"Ya, selamat malam, selamat istirahat, ya, Ma."

Aileen tahu, mamanya itu bukan tipikal orang yang tergesa-gesa dalam sesuatu. Jadi keputusan untuk tinggal di kota pasti sudah dipertimbangkan dengan matang. Namun Aileen resah, karena itu tandanya ia akan menetap lebih lama di kota, tempat ia bisa bertemu dengan Rio kapan saja.

"Sapu tangan ini, kenapa aku tidak kembalikan tadi," gumam Aileen sambil mengerutkan kening. Di sana ada bordiran yang bertuliskan nama seseorang.

"Albani?" gumam Aileen mengeja nama itu.

Aileen berpikir itu pasti nama seseorang, mungkin saja nama pria yang memberikan tumpangan padanya. Benar juga, keduanya belum sempat berkenalan tadi.

"Ini harus dikembalikan, tapi bagaimana caranya," gumam Aileen sambil berpikir.

Tanpa sadar ia jadi sibuk memikirkan pria lain, pria asing itu dibandingkan teringat akan sakit hatinya akan Rio.

"Sudahlah, aku simpan saja. Sepertinya aku juga tidak akan bertemu dengannya lagi."

Aileen membuka koper miliknya, begitu kopernya terbuka ia langsung terdiam. Sebuah amplop tebal berwarna coklat membuat tangannya mengepal. Ia ingat sekali benda itu akan ia berikan pada Rio. Seketika ia langsung kembali teringat rasa sakit hatinya pada laki-laki brengsek itu.

"Laki-laki parasit!"

"Ia sudah mengeruk tabunganku, argh betapa bodohny aku!"

Kalau diingat lagi, Rio yang kelihatan lembut itu memang sejak awal hanya memanfaatkan dirinya sebagai gadis polos. Mungkin memang tipe ideal Rio sejak awal bukan dirinya melainkan wanita yang bernama Lenka. Wanita modis, berkelas, dan kelihatan agresif. Sedangkan dirinya hanya gadis polos, culun, kampungan, dan mudah dibodohi.

Amplop berisi lembaran rupiah itu akan ia jadikan hadiah kelulusan Rio sebagai ucapan selamat atas keberhasilannya. Setelah itu, Aileen akan menagih janji Rio yang bilang keduanya akan menjalin hubungan lebih serius, yaitu bertunangan. Namun yang terjadi, Rio malah mengenalkan ia dengan wanita lain bernama Lenka, yang dikenalkan sebagai tunangannya. Wanita yang kelihatan kaya raya, mungkin melebihi kekayaan yang keluarga Aileen miliki.

"Seharusnya aku menyadari kebodohanku lebih cepat. Sekarang, bagaimana caranya aku mengambil kembali semua uang yang dia ambil!"

Di saat seperti ini, Aileen tidak punya siapapun yang bisa ia ajak berbicara. Untuk sekedar berkeluh kesah, seperti yang biasanya dilakukan gadis lain dengan teman wanita dekatnya. Aileen tipikal gadis yang pendiam, tidak punya teman. Namun pria asing itu, tiba-tiba saja Aileen teringat orang itu lagi.

"Apa aku kelihatan sangat kasihan, sampai orang asing saja menyadari keputusasaanku."

Tak lama ponselnya berdering, ia terkejut melihat panggilan telepon dari Rio. Aileen lupa menghapus nomor telepon pria berengsek itu. Ia sempat memblokir kemudian membuka kembali blokiran itu untuk meminta pertanggung jawaban atas uangnya yang hilang. Namun yang menerima panggilan darinya bukan Rio, malah wanita bernama Lenka.

"Astaga mau apa pria berengsek ini!"

Rasanya Aileen ingin sekali memaki orang gila itu. Jadi, tak ada salahnya jika ia menerima telepon tersebut.

"Mau apa kau menelepon ku dasar pria gila!!"

Aileen melotot setelah mendengar suara-suara aneh. Itu jelas sebuah panggilan telepon, tapi kenapa Aileen malah mendengar suara dua orang yang sedang mendesah. Suara itu sangat menjijikkan dan membuatnya mual.

"Apa ini?" ucapnya dengan suara gemetar.

Aileen mematikan panggilan telepon itu, ia yakin pendengarannya baik-baik saja. Itu memang suara sepasang manusia yang sedang bercinta.

"Apa mereka sengaja melakukan ini untuk membuatku semakin marah?"

Emosinya meluap, ia bukan lagi merasa cemburu karena Rio berselingkuh. Keduanya sudah mengakhiri hubungan itu. Namun panggilan telepon barusan seolah disengaja ingin membuatnya panas dan sakit hati lebih dalam.

"Apa salahku, Rio, kenapa kau sampai seperti ini memperlakukan aku." Aileen tak bisa lagi menangis karena lelah.

Kini yang tersisa adalah keinginan untuk membalas rasa sakit hatinya.

"Bagaimana caranya aku bisa membalas dia."

"Ya, aku harus mengambil semua yang dia rebut paksa. Aku juga harus mengembalikan harga diriku."

***

"Tuan, barusan nyonya mencari Anda."

"Dimana dia?"

"Sudah pulang, nyonya bilang Anda harus segera membawa pacar Anda, sebelum Anda dikenalkan dengan anak dari kenalan kakek Anda."

"Sudahlah, jangan bahas itu. Saya akan berada di kamar cukup lama, jangan biarkan siapapun menganggu."

"Baik, tuan."

Pria itu menyesal pulang ke rumah memenuhi permintaan orang tuanya. Jika ia tahu lebih awal bahwa kepulangannya hanya untuk diminta menikah, sudah pasti ia akan menolaknya tegas.

"Wanita hanya membuatku repot, menjijikkan."

Namun ia heran karena baru saja menemui wanita yang berbeda dari wanita kebanyakan. Wanita naif dan mudah dibodohi. Wanita dengan sorot mata polos yang dipenuhi rasa putus asa. Wanita itu yang akan dikenalkan orang tuanya.

"Jadi, aku hanya perlu menikahi gadis polos yang putus asa itu."

Ia menggeleng. Tangannya sibuk melonggarkan dasi, melepaskan satu persatu kancing kemejanya. Tubuhnya lelah, apalagi pikirannya dipenuhi dengan tuntutan untuk segera menikah.

Satu-satunya hal yang tidak ingin ia dekati adalah cinta. Tapi orang tuanya malah menyuruhnya menikah.

"Ya, baiklah, aku hanya perlu menikah, bukan jatuh cinta."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 4 : Menikah Dengan Perjanjian

    Matanya masih terasa berat, sebab ia baru saja tertidur dini hari karena meski mengantuk ia tetap tak bisa tidur dengan nyenyak. "Halo, Ma." Aileen melotot. "Apa? Mama kok tiba-tiba sekali sih? Tapi, Ma..." Panggilan terputus begitu saja. Aileen dibuat terkejut dengan panggilan dari sang mama. "Ini gila, apa aku akan dinikahkan paksa?" gumam Aileen gugup, takut, sekaligus was-was. "Nggak, nggak! Aku nggak mau menikah paksa dengan orang yang nggak jelas!!" Aileen mengusap kasar wajahnya frustrasi. Namun mamanya tidak membiarkan ia menolak. Mamanya buru-buru mematikan panggilan dan mengirimkan alamat tempat Aileen harus menemui pria kenalan orang tuanya itu. "Sial!" Aileen panik karena bahkan mamanya sudah menyiapkan meja di sebuah restoran atas namanya dan ia tak bisa lagi menghentikan langkah mendadak sang mama itu. ** "Lenka, apa kau semalam menelepon Aileen?" tanya Rio. "Hem, memangnya kenapa kalau aku telepon cewek culun itu?" sahut Lenka, wanita itu tengah sibuk

    Last Updated : 2023-07-13
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 5 : Kontrak Kesepakatan

    Aileen termenung di balkon apartemen sambil memikirkan penawaran dari Albani. Pria asing itu ternyata cukup membuatnya terkejut. Ia ingin menolak tawaran pria itu, tapi setelah dipikir-pikir mungkin saja ini jalan dari Tuhan agar rasa sakitnya bisa terbalaskan. Namun, apa Tuhan merestui pernikahan kontrak, pikirnya ragu. Setelah nomor Rio kembali ia blokir, ia tak perlu cemas memikirkan telepon masuk dari laki-laki brengsek itu. Hanya saja, Aileen belum puas mengingat Rio sudah menguras tabungan miliknya. Ia ingin marah, tapi itu semua terjadi salah satunya karena kebodohan dia sendiri. Suara ponselnya berdering, mamanya menghubungi. "Halo, Ma." "Iya, Ai udah ketemu sama yang namanya Albani." Aileen menghela napas. Mamanya kedengaran tak sabar ingin tahu pendapatnya tentang pria itu. "Ya, menurut Ai sih lumayan." Aileen tidak tau harus berkata apa. Ia nyaris saja mengacaukan acara perkenalan itu karena emosi luar biasa. "Hem, mungkin kita harus saling kenal dulu, Ma. Ap

    Last Updated : 2025-01-16
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 6 : Langkah Awal Perubahan Aileen

    "Hei kau mengulanginya seolah-olah aku akan jatuh cinta padamu, begitu?" ucap Aileen. Ia mengibaskan tangannya sembari menggerutu. "Bagus, saya tenang sekarang. Kalau begitu, sekarang kau ceritakan sedikit saja tentang penyebab kau putus asa." Aileen terdiam. Ini pertama kalinya ada yang bertanya tentang perasaannya, deritanya, dan juga masalah yang ia hadapi. "Kau takkan paham, apalagi kau tidak percaya wanita," tukas Aileen. "Ini bagian dari perjanjian kita, jadi kau perlu cerita agar aku mudah membantu," terang Albani. "Begitu, ya." Albani menatap mata Aileen, di sana tampak jelas ada gurat kesedihan mendalam. "Katakan saja, aku mungkin takkan terlalu iba. Tapi aku bisa menganalisis cara apa yang tepat untuk digunakan sebagai alat balas dendam nantinya." Albani selalu saja mengatakan perkataan yang tajam, batin Aileen. Tapi dia tak peduli, perkataan kejam Albani itu lebih baik dibandingkan perkataan Rio yang manis tapi penuh dengan kebusukan. "Aku dibodohi ol

    Last Updated : 2025-02-27
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 7 : Pertemuan di pesta Pernikahan

    Gadis itu menatap cermin dengan mata lurus dan fokus. Namun sebenarnya hatinya sangat berisik, tangannya pun bergerak menunjukkan bahwa ia benar-benar tak percaya dengan hasilnya. Nampak wanita yang anggun dan juga memesona, sudah jelas itu bukan dia. Tapi seseorang muncul memanggil namanya, dan ia sadar pantulan di cermin itu benar dia. "Ai, kamu sudah selesai?" tanya mamanya. "Ma, ini benar-benar Ai?" sahut Aileen menampakkan ekspresi tidak percaya sama sekali. Ia menggeleng, menyentuh pipinya perlahan-lahan. "Pasti bukan." "Sayang, kau sangat cantik. Mama tau kau cantik sejak dulu," kata mamanya. Aileen hampir menangis, tapi ia secepatnya menghilangkan perasaan itu. Ia tak ingin makeup nya luntur. "Mama, jangan bicara begitu. Ai jadi sedih," ucap Aileen. Mamanya lalu memeluk Aileen, gadisnya yang beberapa menit lagi akan segera menjadi istri. "Terima kasih karena sudah mewujudkan keinginan terakhir papa, ya, Nak." Aileen tau dia tidak dirugikan jika menikah dengan A

    Last Updated : 2025-03-01
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 8 : Setelah Pernikahan

    Aileen menggeram, ia baru saja kelepasan. Semoga saja Lenka tidak langsung menyadari siapa dirinya. "Kau bilang apa barusan?" tanya Lenka dengan senyum sarkas. Ia dengar sedikit, tapi tidak terlalu jelas. "Ah, maaf. Terima kasih sudah datang." Aileen tersenyum tipis. Albani memegang tangan Aileen erat, ia memberikan isyarat dengan senyum ringan. "Kalian silakan nikmati pestanya," ucapnya pada Rio dan Lenka. Rio memperhatikan seksama wajah pengantin wanita di depan Lenka. Entah kenapa hatinya tersentuh saat menatap senyum wanita itu. "Boleh tau siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba. Hal itu membuat Lenka kaget dan melotot. "Mau apa sih!" ketus Lenka. Albani sampai terbatuk karena tidak menyangka respon Rio terlalu cepat. Ini diluar prediksi, tapi justeru bagus. "Ah, maaf. Tapi saya hanya penasaran," kata Rio pelan. Albani menarik Aileen mendekat ke sisinya. "Panggil saja Haura," ucapnya. "H-Haura?" Rio sampai gagap. Aileen melirik Albani bingung. Kenapa Albani memakai na

    Last Updated : 2025-03-01
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 9 : Malam Pertama

    Perasaan gundah dan ada sedikit kecemasan membuat Aileen lebih banyak diam dengan posisi membelakangi Albani yang baru saja selesai mandi. Keduanya berada di ranjang yang sama, biar bagaimanapun akan mencurigakan jika mereka tidur di kamar terpisah. "Biasa saja, tidurlah dan tidak perlu memikirkan apa pun," kata Albani. Aileen terkesiap, ia tidak menyangka jika Albani akan berkata begitu. Apa ketahuan sekali kalau sekarang ia tengah gugup, pikirnya. "B-baiklah, kau juga selamat beristirahat." "Ya, selamat istirahat Aileen." Mungkin benar, keduanya akan menjalani hubungan platonik. Jadi, meskipun bekerja sama, ia tak peduli merasa cemas akan terjadi hal seperti kontak fisik terkecuali saat keduanya harus berakting dihadapan orang lain. Aileen mulai memejamkan mata, tapi ia tetap saja gelisah. Sementara itu, ia melihat Albani sudah tidur dengan mudahnya. Aileen jadi sedikit lega, ia tak perlu terjaga bersama Albani yang hanya akan membuat situasinya makin canggung nanti. T

    Last Updated : 2025-03-01
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 10 : Pernikahan Yang Natural

    "Kau sedang apa?" Pagi-pagi sekali Aileen bersiap seperti akan pergi ke suatu tempat. Albani terheran, padahal ini masih waktu bulan madu mereka. Memang benar pernikahan keduanya hanya formalitas. Keduanya boleh melakukan aktifitasnya masing-masing. Hanya saja, ini masih terlalu dini setelah keduanya baru menikah kemarin. "Maaf Al, aku harus ke bank untuk mengurus sesuatu," jawab Aileen. Ia sibuk mengenakan pakaian khasnya, khas Aileen Haura yang lama. "Untuk apa kau kesana?" tanya Albani. "Em, sebenarnya aku pernah memberikan kombinasi pin atm pada Rio, aku juga memberikan kartu atm ku. Tapi itu sudah lama, dan pagi ini aku tidak bisa mengakses mobile banking." "Rio, mantan mu?" Aileen menghela napas. "Jangan sebut dia mantan ku. Aku tidak sudi!" "Ya, tapi itu kenyataan." Albani berkata seadanya. "Terserah, aku harus pergi sekarang," ucap Aileen. "Ini masih bulan madu kita," kata Albani. Seketika membuat Aileen yang mendengar jadi terkejut. "B-Bulan madu?" "Mak

    Last Updated : 2025-03-01
  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 11 : Seseorang Yang Mirip

    Tak heran jika keduanya bersama. Aileen makin yakin, jika Rio dan pacarnya yang bernama Lenka memang serasi. Semuanya semakin jelas setelah Albani baru saja memberitahunya bahwa orang suruhannya sudah mengecek cctv ATM tempat dimana orang menarik isi tabungannya. "Jadi, Rio menyuruh pacarnya untuk mengambil uangku," gumam Aileen. "Bisa jadi, atau malah selama ini Lenka lah yang mengambil uangmu," jawab Albani. "Intinya Rio memberitahu kombinasi sandi ATM ku pada pacarnya. Dasar sampah!" geram Aileen. Ia ingin sekali memaki Rio, tapi saat ini tak bisa. "Ini lebih bagus, kau bisa membuat orang itu lebih hancur," kata Albani dengan penuh keyakinan. "Bagaimana caranya, beritahu aku bagaimana caranya memulai untuk membuat ia menderita, Al." Aileen jadi tak sabaran. Bukan karena uang di tabungannya sudah raib hampir sepenuhnya. Tapi ia merasa sangat dihinakan oleh orang bernama Rio dan Lenka. "Tenanglah, kita akan mulai pelan-pelan," kata Albani. Aileen tersenyum, ia bisa senyum

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 33 : Pesan Singkat

    Rio memberikan bukti, bukan sekedar perkataan. Ia sempat memotret Albani dan Aileen yang tengah makan di sebuah restoran hotel berbintang. Ia juga tak lupa memotret momen saat Aileen keluar dari mobil Albani lalu memasuki rumah mewah. "Ini, aku sempat membuntuti awalnya karena penasaran saja. Apa benar sepupumu itu selingkuh?" Lenka benar-benar syok melihat bukti foto-foto itu. Namun yang membuat ia jengkel adalah keterlibatan Rio di dalamnya. "Selama ini kau masih memperhatikan mantanmu itu, ya?" "Bukan, tidak seperti itu, Lenka. Awalnya hanya tidak sengaja, tapi aku penasaran sebab pria itu sepupumu. Bukannya dia sudah menikah, kupikir kau perlu tau karena dia juga kan kerabatmu." Rio menjelaskan menggunakan versi yang berbeda. Ia berharap Lenka percaya argumennya itu. "Sejak kapan kau peduli? Kau tak pernah peduli dengan sepupuku, kerabat, bahkan orang tuaku." Lenka menahan diri agar tidak meledak lagi, padahal baru saja ia berhasil menarik Rio ke dalam kendalinya. Tapi

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 32 : Rumor

    Untuk beberapa detik Aileen masih belum menyadari bahwa peluh di sekujur tubuhnya membuatnya tanpa sadar ingin menggelinjang. Hawa panas dan getaran sedikit geli membuat tubuh bawahnya bereaksi aneh. Kakinya sibuk membuat gerakan seperti menggesek. Tangannya meremas kain sprei kuat dengan kepala mendongak ke atas meski matanya terpejam. Bibirnya bergerak kecil, sesekali ia menggigitnya hingga suara erangannya lolos. "Ah!!" Aileen, gadis itu kemudian melotot. Ia menatap sebelahnya, kaget luar biasa menemukan Albani tidur membelakanginya. "Barusan? Astaga, apa aku...." desah panjang pelan. Aileen tak sadar mendapatkan pelepasan hanya karena mimpi erotis yang dialaminya. Jelas sekali itu seperti nyata, bukan mimpi ataupun khayalan. Gadis itu lalu mengusap wajah, ia berjalan pelan ke kamar mandi dan lupa bahwa kakinya masih sedikit sakit. "Akk." Aileen melirik Albani lagi, syukurlah pria itu masih tidur. Ia menutup mulut tak ingin membuat pria itu terkejut. Aileen membasu

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 31 : Nafsu Atau Akal Sehat

    Albani keluar setelah yakin bahwa dirinya kini lebih tenang. Aileen sama sekali tidak bisa tidur, tapi gadis itu memutuskan untuk memejamkan mata dan berpura-pura sudah terlelap. Tentu saja itu Aileen lakukan sebab ia tak ingin kalau nantinya Albani tidak nyaman dengannya. "Apa kau sudah tidur?" tanya Albani. Ia duduk di sisi Aileen dengan sedikit jarak. Aileen tidak menjawab karena ingin dianggap sudah tidur oleh Albani. "Jangan memaksakan diri kalau belum bisa tidur," ucap Albani. Ia tau, Aileen belum tidur dan hanya berpura-pura. "Em, kau tau ya. Maafkan aku, Al." "Tidak perlu minta maaf. Kau sudah lebih enakan?" "Ya, sudah tidak apa-apa." Albani berbaring di sisi Aileen, di tengah-tengah mereka ada bantal yang menjadi penghalang. "Sebenarnya baju ini kau dapat dari siapa, Al?" tanya Aileen. Ia penasaran, karena baju yang dia kenakan lebih mirip lingerie dibandingkan baju tidur biasa. "Asisten saya, besok akan saya tanya mengapa ia memilih baju begitu."

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 30 : Diambang Batas Gairah

    Melani benar-benar emosi dengan kejadian tadi. Ia benci harus melihat Albani dan gadis itu memiliki kemungkinan untuk saling mengisi dan berdekatan. Padahal sebelumnya ia yakin bahwa putranya takkan tertarik dengan gadis kampungan seperti Aileen. Namun yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri, Albani malah mengusirnya. Apalagi tadi Aileen dengan tidak tau diri memanggil Albani, padahal sudah jelas Albani sedang berbicara dengan orang lain di pintu kamar. "Dia sudah jelas terlihat sangat cari perhatian. Aku takkan biarkan dia menguasai Al. Aku takkan biarkan gadis itu bertingkah seenaknya sendiri." "Kenapa kau bicara sendiri?" Suaminya tiba-tiba saja muncul membuat Melani terkejut. "Kau tak perlu tau!" tegas Melani. Ia takkan bicara tentang Albani lagi di depan Martin. Kini dia harus berhati-hati sebab Martin dan dirinya punya pemikiran dan cara yang berlawanan. "Kau mengganggu Al ya." Martin mengambil handuk, ia akan bersiap untuk mandi. Pria itu baru saja pulang, ia curiga m

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 29 : Kau Tak Boleh Memakan Wanita Itu

    "Kau tak masalah minum wine?" tanya Albani. "Mm, boleh kalau hanya sedikit," jawab Aileen. Namun yang terjadi malahan sebaliknya. Tubuhnya terasa lengket karena terkena tumpahan minuman yang tak sengaja mengenainya. Kejadiannya begitu singkat saat seorang pelayan hotel masuk membawakan sebotol wine untuk mereka sebagai hadiah. Aileen bermaksud memutar gelas, namun wine itu malah tumpah mengenai pakaian yang ia pakai. "Ah bagaimana ini," kata Aileen sembari memeriksa bajunya yang basah. "Apa basah sekali?" tanya Albani. "Ya, ini lumayan," terang Aileen. "Kau bisa bersihkan dulu, lalu pakai ini," ujar Albani memberikan satu set perlengkapan tidur pada Aileen. . "Tadi saya pikir mungkin ini perlu untuk berjaga-jaga," ucap Albani sambil menggaruk tengkuknya canggung. Rupanya Albani juga mempersiapkan baju tidur segala, batin Aileen gugup. Itu wajar, tak ada yang aneh dengan hal itu. Aileen berusaha tetap biasa dan tidak perlu memikirkan hal-hal aneh walau pikiran itu sela

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 28 : Sebuah Alasan dan Pengakuan

    Situasinya jadi amat canggung antara Albani dan Aileen. Mereka harus tetap di dalam kamar hotel sementara karena orang-orang yang membuntuti keduanya masih ada di sekitarnya. Aileen mencoba mengubur rasa tak nyaman itu dengan memainkan ponsel. Begitupun Albani, tapi pria itu memang sedang bekerja dengan ponselnya seperti biasa. "Kau sedang bekerja, ya?" tanya Aileen. "Ya, sedikit. Ada apa?" Aileen cepat menggeleng. "Tidak kok, hanya membuka obrolan karena terlalu sepi." Albani menatap Aileen sekilas kemudian memasukkan ponsel ke sakunya. "Kau bosan ya, apa kita keluar saja?" "Tidak, di sini saja. Maksudku memang ini rencananya untuk mengelabuhi mereka, kan," ujar Aileen. Albani juga sebenarnya bosan, tapi benar yang Aileen katakan barusan. Keberadaan keduanya di dalam kamar hotel demi mengelabuhi orang-orang di luar. "Em, sebenarnya ini membuatku penasaran, Al." "Penasaran?" "Ya, keluargamu, mengapa mereka harus mengawasi kita?" tanya Aileen ingin tau alasan

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 27 : Misi Balas Dendam

    "Kau ini kenapa sih, Rio?" "Tidak, aku hanya bosan." "Bosan? Tumben sekali, mana pacarmu yang biasa menempel itu?" "Tidak usah membahas dia," tegas Rio. Seperti itulah kebiasaan Rio kalau sedang bosan, malas dengan Lenka. Dulu, setiap kali ia bosan, ia selalu ada pelarian yang bisa menghiburnya. Siapa lagi kalau bukan Aileen, sayangnya sekarang Aileen tak mungkin kembali. Tadinya ia ingin menyerah untuk mengambil hati Aileen, karena ia sadar sudah menyakiti gadis itu. Namun yang membuat Rio enggan menyerah adalah pria yang saat ini dekat dengan Aileen. Albani, pria itu jelas-jelas sudah menikah. Lantas untuk apa dia mendekati Aileen segala, pikirnya. Saat itu Rio tengah memperhatikan layar ponselnya. Ia sudah punya nomor telepon Albani yang ia dapat dari Lenka beberapa waktu lalu. Tapi untuk alasan apa ia menghubungi Albani lebih dulu, itu yang masih ia pikirkan. "Hei, buat apa kau menyewa ku di sini kalau hanya sibuk dengan ponsel saja sejak tadi?" Rio berdecih. "K

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 26 : Selamat Makan, Sayang.

    "Ah, terima kasih karena mengatakan itu," ucap Aileen. Meski itu terdengar tidak biasa, walaupun Aileen senang mendengarnya saat Albani memujinya. "Tentu, siapapun pasti akan memuji kecantikanmu itu." Albani memegang tangan Aileen membuat gadis itu menatap kaget untuk sesaat sebelum Albani makin menjadi-jadi dengan mengecup tangannya mendadak. Semburat senyum dengan pipi memerah yang menghiasi wajah Aileen tampak sedikit mengusik ketenangan Albani. Pria itu selalu berusaha menyimpan dirinya dengan baik dibalik sikap dewasa yang ia tunjukkan dihadapan Aileen. Namun kali ini Albani sedikit menunjukkan sisi pria yang sebenarnya dihadapan Aileen dengan dalih peran yang ia mainkan di sini. "Pipimu merah sekali, Sayang." Albani mengusap pipi gadis itu lembut. Mata Aileen membulat, jelas ia terkesiap menerima sentuhan kesekian kalinya itu. Saat itu Albani memegang ponsel lalu mendorongnya pelan ke hadapan Aileen. Awalnya Aileen bingung, lalu kemudian ia memahami situasi dan maksudn

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 25 : Sayang, Kau Mau Makan Apa?

    "Kau mau kemana?" tanya wanita yang sejak tadi diam memperhatikan saat suaminya tengah sibuk dengan ponsel. "Bukan urusanmu," jawab laki-laki itu. "Apa? Sejak kapan urusanmu bukan urusanku?" "Melani, hentikan sikap sok dominan itu. Kau kira aku tidak tau, apa saja yang sudah kau lakukan untuk membuat rumah tangga yang baru dimulai Al rusak?" Keduanya memang seringkali berbeda pendapat dan cara memperlakukan putra tunggal mereka. Melani cenderung ingin menguasai Albani bagaimanapun caranya. Sedangkan Martin justru ingin Albani bisa berkembang dengan pola pikir laki-laki dewasa yang bijaksana. Kali ini Melani tidak setuju sama sekali dengan pilihan suaminya itu, menurutnya Albani layak mendapatkan wanita yang lebih baik dari Aileen dalam segala hal. Namun semuanya harus ia kesampingkan karena bagaimanapun juga itu wasiat mendiang mertuanya. Melani menghembuskan napas kasar. "Al anakku, jadi aku yang lebih tau mana yang baik untuknya atau tidak." Martin menggeleng ragu. Ia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status