Accueil / Rumah Tangga / Nikah Kontrak Demi Balas Dendam / Bab 3 : Keinginan Untuk Balas Dendam

Share

Bab 3 : Keinginan Untuk Balas Dendam

Auteur: Apple Cherry
last update Dernière mise à jour: 2023-07-13 20:06:36

Aileen membaringkan tubuhnya di kasur. Ini hari kedua ia berada di kota, jauh dari kedua orang tuanya. Seharusnya saat ini ia sedang bersama Rio, tapi semuanya sudah berantakan. Rencana itu hanya menjadi kenangan pahit yang harus ia telan bersama pengkhianat bernama Rio.

"Mama daritadi telepon," ucap Aileen saat melihat panggilan tak terjawab berulangkali dari sang mama.

"Halo, Ma." Aileen menatap sapu tangan abu-abu yang tertinggal di dalam tasnya. Ia baru ingat, benda itu milik pria yang memberi tumpangan tadi.

"Ai tadi tidak lihat mama telepon, maaf ya."

Mamanya pasti cemas, apalagi selama ini Aileen tidak pernah cerita kalau ia berpacaran dengan seseorang yang ada di kota.

"Ya, Aileen belum tau, tapi sementara Aileen akan kost di sini, Ma."

Aileen terkejut saat mamanya bilang akan pindah ke kota untuk urusan bisnis. Mamanya jug bilang agar Aileen tidak perlu kost, ia bisa tinggal dengan mamanya.

"Ah, begitu. Baik, Ma, atur saja." Aileen lelah, ia ingin memejamkan mata.

"Ya, selamat malam, selamat istirahat, ya, Ma."

Aileen tahu, mamanya itu bukan tipikal orang yang tergesa-gesa dalam sesuatu. Jadi keputusan untuk tinggal di kota pasti sudah dipertimbangkan dengan matang. Namun Aileen resah, karena itu tandanya ia akan menetap lebih lama di kota, tempat ia bisa bertemu dengan Rio kapan saja.

"Sapu tangan ini, kenapa aku tidak kembalikan tadi," gumam Aileen sambil mengerutkan kening. Di sana ada bordiran yang bertuliskan nama seseorang.

"Albani?" gumam Aileen mengeja nama itu.

Aileen berpikir itu pasti nama seseorang, mungkin saja nama pria yang memberikan tumpangan padanya. Benar juga, keduanya belum sempat berkenalan tadi.

"Ini harus dikembalikan, tapi bagaimana caranya," gumam Aileen sambil berpikir.

Tanpa sadar ia jadi sibuk memikirkan pria lain, pria asing itu dibandingkan teringat akan sakit hatinya akan Rio.

"Sudahlah, aku simpan saja. Sepertinya aku juga tidak akan bertemu dengannya lagi."

Aileen membuka koper miliknya, begitu kopernya terbuka ia langsung terdiam. Sebuah amplop tebal berwarna coklat membuat tangannya mengepal. Ia ingat sekali benda itu akan ia berikan pada Rio. Seketika ia langsung kembali teringat rasa sakit hatinya pada laki-laki brengsek itu.

"Laki-laki parasit!"

"Ia sudah mengeruk tabunganku, argh betapa bodohny aku!"

Kalau diingat lagi, Rio yang kelihatan lembut itu memang sejak awal hanya memanfaatkan dirinya sebagai gadis polos. Mungkin memang tipe ideal Rio sejak awal bukan dirinya melainkan wanita yang bernama Lenka. Wanita modis, berkelas, dan kelihatan agresif. Sedangkan dirinya hanya gadis polos, culun, kampungan, dan mudah dibodohi.

Amplop berisi lembaran rupiah itu akan ia jadikan hadiah kelulusan Rio sebagai ucapan selamat atas keberhasilannya. Setelah itu, Aileen akan menagih janji Rio yang bilang keduanya akan menjalin hubungan lebih serius, yaitu bertunangan. Namun yang terjadi, Rio malah mengenalkan ia dengan wanita lain bernama Lenka, yang dikenalkan sebagai tunangannya. Wanita yang kelihatan kaya raya, mungkin melebihi kekayaan yang keluarga Aileen miliki.

"Seharusnya aku menyadari kebodohanku lebih cepat. Sekarang, bagaimana caranya aku mengambil kembali semua uang yang dia ambil!"

Di saat seperti ini, Aileen tidak punya siapapun yang bisa ia ajak berbicara. Untuk sekedar berkeluh kesah, seperti yang biasanya dilakukan gadis lain dengan teman wanita dekatnya. Aileen tipikal gadis yang pendiam, tidak punya teman. Namun pria asing itu, tiba-tiba saja Aileen teringat orang itu lagi.

"Apa aku kelihatan sangat kasihan, sampai orang asing saja menyadari keputusasaanku."

Tak lama ponselnya berdering, ia terkejut melihat panggilan telepon dari Rio. Aileen lupa menghapus nomor telepon pria berengsek itu. Ia sempat memblokir kemudian membuka kembali blokiran itu untuk meminta pertanggung jawaban atas uangnya yang hilang. Namun yang menerima panggilan darinya bukan Rio, malah wanita bernama Lenka.

"Astaga mau apa pria berengsek ini!"

Rasanya Aileen ingin sekali memaki orang gila itu. Jadi, tak ada salahnya jika ia menerima telepon tersebut.

"Mau apa kau menelepon ku dasar pria gila!!"

Aileen melotot setelah mendengar suara-suara aneh. Itu jelas sebuah panggilan telepon, tapi kenapa Aileen malah mendengar suara dua orang yang sedang mendesah. Suara itu sangat menjijikkan dan membuatnya mual.

"Apa ini?" ucapnya dengan suara gemetar.

Aileen mematikan panggilan telepon itu, ia yakin pendengarannya baik-baik saja. Itu memang suara sepasang manusia yang sedang bercinta.

"Apa mereka sengaja melakukan ini untuk membuatku semakin marah?"

Emosinya meluap, ia bukan lagi merasa cemburu karena Rio berselingkuh. Keduanya sudah mengakhiri hubungan itu. Namun panggilan telepon barusan seolah disengaja ingin membuatnya panas dan sakit hati lebih dalam.

"Apa salahku, Rio, kenapa kau sampai seperti ini memperlakukan aku." Aileen tak bisa lagi menangis karena lelah.

Kini yang tersisa adalah keinginan untuk membalas rasa sakit hatinya.

"Bagaimana caranya aku bisa membalas dia."

"Ya, aku harus mengambil semua yang dia rebut paksa. Aku juga harus mengembalikan harga diriku."

***

"Tuan, barusan nyonya mencari Anda."

"Dimana dia?"

"Sudah pulang, nyonya bilang Anda harus segera membawa pacar Anda, sebelum Anda dikenalkan dengan anak dari kenalan kakek Anda."

"Sudahlah, jangan bahas itu. Saya akan berada di kamar cukup lama, jangan biarkan siapapun menganggu."

"Baik, tuan."

Pria itu menyesal pulang ke rumah memenuhi permintaan orang tuanya. Jika ia tahu lebih awal bahwa kepulangannya hanya untuk diminta menikah, sudah pasti ia akan menolaknya tegas.

"Wanita hanya membuatku repot, menjijikkan."

Namun ia heran karena baru saja menemui wanita yang berbeda dari wanita kebanyakan. Wanita naif dan mudah dibodohi. Wanita dengan sorot mata polos yang dipenuhi rasa putus asa. Wanita itu yang akan dikenalkan orang tuanya.

"Jadi, aku hanya perlu menikahi gadis polos yang putus asa itu."

Ia menggeleng. Tangannya sibuk melonggarkan dasi, melepaskan satu persatu kancing kemejanya. Tubuhnya lelah, apalagi pikirannya dipenuhi dengan tuntutan untuk segera menikah.

Satu-satunya hal yang tidak ingin ia dekati adalah cinta. Tapi orang tuanya malah menyuruhnya menikah.

"Ya, baiklah, aku hanya perlu menikah, bukan jatuh cinta."

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
karinatiwi14
Lanjut kak gregettt
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 89 : Ciuman Yang Menghidupkan

    Ruangan kerja Aileen terasa berbeda hari itu. Meskipun sinar matahari menyinari meja dan sofa favoritnya, ada hawa dingin yang menggantung di udara. Hawa yang berasal dari satu benda kecil… amplop cokelat itu.Ia berdiri mematung di depan mejanya. Matanya menatap benda yang sejak hari pertama terasa seperti bom waktu. Amplop itu terselip rapi di dalam laci, tak pernah disentuh, tapi tak pernah juga benar-benar dilupakan.Kata-kata Albani terngiang di telinganya:> “Jangan buka itu sendirian, Sayang. Aku tidak mau kau menghadapi hal-hal buruk tanpa aku.”Tapi hari ini, Aileen merasa... cukup kuat. Dia sudah terlalu lama membiarkan tanda tanya mengendap di dalam hatinya. Dia mencintai Albani, benar. Tapi bukankah kepercayaan juga berarti berani melihat kebenaran?Tangannya gemetar saat menarik amplop itu keluar. Ia menatapnya sejenak, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.“Kalau pun ini menyakitkan,” bisiknya lirih, “aku akan menghadapinya.”Dengan napas yang berat, Aileen mero

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 88 : Dekapan di Ujung Malam || Bayangan Iri yang Membusuk)

    Suasana di ruang rawat intensif kini jauh lebih tenang. Lampu temaram menyinari wajah pucat Albani yang kini mulai menunjukkan rona kembali. Di sisi ranjang, Aileen duduk sambil menggenggam tangan suaminya erat—tak mau melepas sedetik pun.“Sayang, kau yakin tidak pusing lagi?” bisik Aileen lembut sambil membelai rambut Albani yang sedikit berantakan.Albani tersenyum kecil, meski jelas tubuhnya masih lemah. “Aku tidak pusing... tapi jantungku sedikit berdebar.”Aileen langsung cemas. “Berdebar? Apa aku harus panggil dokter?”“Berdebar karena kau ada di sini, di dekatku, dengan wajah secantik itu...” lanjut Albani, senyum nakalnya mulai muncul.Aileen langsung mencubit pelan lengan Albani. “Al! Kau sedang sakit, masih bisa bercanda begitu?”“Aku sakit, iya. Tapi bukan berarti kehilangan akal sehat.” Ia menarik pelan jemari Aileen, menciumnya satu per satu. “Apa kau tahu, hanya dengan aroma tubuhmu saja aku bisa lupa rasa sakit ini.”“Al...” Aileen menunduk, wajahnya merona. Tapi senyu

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 87 : Niat Jahat

    “Kenapa selalu wanita itu yang menang?” desis Marsha geram, melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Ia tak mengerti, bagaimana bisa nasib begitu memihak Aileen. Padahal Marsha sudah menyusun rencana matang. Ia sudah menyerahkan amplop cokelat berisi foto dan dokumen masa lalu Albani yang kelam kepada sekretaris Aileen, Hasya. Amplop yang seharusnya menjadi senjata pemusnah rumah tangga Aileen. Marsha memijat pelipisnya. “Apa amplop itu belum dibuka? Atau Hasya tidak menyerahkannya?” Dugaan itu membuatnya semakin kesal. Ia ingat betul, ekspresi Hasya saat menerima amplop itu memang mencurigakan. Wajahnya tegang, bahkan seolah menolak secara halus. Dan kini Marsha yakin, amplop itu tidak sampai ke tangan Aileen. “Aku harus bertindak,” gumamnya lirih. Marsha membuka laptopnya dan mulai menelusuri media sosial, mencari celah baru. Ia menyimpan beberapa video lama yang memperlihatkan Albani di masa lalunya, saat masih dekat dengan wanita lain sebelum menikah dengan Aileen. Salah satu

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 86 : Lebih Baik Punya Penyesalan

    Aileen duduk di bangku tunggu luar ruang ICU, jari-jarinya menggenggam erat kerah bajunya sendiri. Jantungnya tak karuan. Setiap detik menunggu terasa seperti siksaan.Martin berdiri di sampingnya, tangan ayah mertuanya menepuk pelan pundaknya. “Tenang, Nak. Dokter akan melakukan yang terbaik.”Namun Aileen hanya bisa menggeleng. “Tadi dia baik-baik saja, Pa. Lalu kenapa tiba-tiba... begitu?”Martin menghela napas panjang. “Kadang trauma kepala memang bisa muncul tiba-tiba. Tapi yang harus kau percaya, Al akan kuat.”Melani berdiri di seberang mereka, memperhatikan Aileen dengan tatapan yang... berbeda. Ada rasa bersalah, ada penyesalan, dan bahkan ada rasa sayang yang masih kaku dan tertahan.“Apa... apa ini karena aku memberitahunya bahwa aku hamil?” lirih Aileen dengan suara gemetar.Melani ikut terduduk. Suaranya pelan, nyaris seperti ibu sejati. “Itu bukan salahmu. Justru kau membawa kebahagiaan untuk anakku.” Ia menatap perut Aileen, lalu menarik napas. “Mungkin memang belum wak

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 85 : Siuman

    Melani membeku, ia hanya bisa menangisi segala fakta yang baru terungkap. Bahkan Melani kini tidak tau apa yang harus diperbuat. Ia sudah salah paham, tapi tindakannya selama ini terlalu kentara saat membenci Aileen, ternyata selama ini bukan Aileen yang seharusnya ia jauhi, tapi melainkan Marsha.. Wanita itu terlalu terpengaruh oleh mulut manis dan hasutan Marsha, tanpa melakukan investigasi lebih lanjut tentang fakta kebenaran berita itu. Lalu kalau sudah begini, ia sendiri jadi bingung, apa yang harus dilakukan. Apa dia mungkin dimaafkan, sementara tabiat buruknya sudah sangat amat berlebihan. "Nyonya, kenapa Anda malah di sini?" Seseorang muncul, bertanya dengan nada lembut dan sopan. Saat Melani yang berjongkok lalu mendongak, wajah itu malah tersenyum, meski ada keraguan. "M-Maaf, bukan maksud saya menganggu Anda. Tapi Al sudah siuman. Anda ibunya, tentu lebih berhak untuk melihat kondisi Al lebih dulu." "Al sudah siuman?" Aileen agak kaget, melihat wajah Melani yang

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 84 : Fakta Yang Terkuak

    "Al bagaimana Tante???" Dalam kondisi lemah, Aileen kembali ke ruangan ICU tempat suaminya kini dirawat. Lalu Melani, mama mertuanya malah sedang berdua dengan seorang wanita. Tampak belakang, sepertinya Aileen pernah melihat wanita itu. "Bu Aileen, sepertinya aku pernah lihat wanita itu," kata Hasya. "Benarkah, Hasya?" Martin buru-buru berlari ke arah sang istri. Ia menarik tangan Melani, membawanya pergi untuk bicara. Tak lupa, Martin juga membawa wanita yang bersama istrinya pergi dengannya. "Om lepaskan!!" "Martin kau apa-apaan sih!" Keduanya tampak kesal. "Kau ngapain ajak dia ke rumah sakit! Kau sadar kan Al tidak suka dia muncul di depan Aileen!!" tegasnya pada Melani. "Kau juga, apa kau wanita rendahan, Marsha!!" . "Om cukup ya. Aku kemari karena mencemaskan Al. Kenapa om malah memakiku sih??" "Cemas katamu? Apa kau punya hak untuk itu?" "Jelas aku punya hak!!" tegas Marsha, ia seolah tidak takut pada siapapun, termasuk orang tua Albani sekalipun. "Cukup

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status