Home / Rumah Tangga / Nikah Kontrak Demi Balas Dendam / Bab 7 : Pertemuan di pesta Pernikahan

Share

Bab 7 : Pertemuan di pesta Pernikahan

Author: Apple Cherry
last update Last Updated: 2025-03-01 05:43:37

Gadis itu menatap cermin dengan mata lurus dan fokus. Namun sebenarnya hatinya sangat berisik, tangannya pun bergerak menunjukkan bahwa ia benar-benar tak percaya dengan hasilnya.

Nampak wanita yang anggun dan juga memesona, sudah jelas itu bukan dia. Tapi seseorang muncul memanggil namanya, dan ia sadar pantulan di cermin itu benar dia.

"Ai, kamu sudah selesai?" tanya mamanya.

"Ma, ini benar-benar Ai?" sahut Aileen menampakkan ekspresi tidak percaya sama sekali. Ia menggeleng, menyentuh pipinya perlahan-lahan. "Pasti bukan."

"Sayang, kau sangat cantik. Mama tau kau cantik sejak dulu," kata mamanya.

Aileen hampir menangis, tapi ia secepatnya menghilangkan perasaan itu. Ia tak ingin makeup nya luntur.

"Mama, jangan bicara begitu. Ai jadi sedih," ucap Aileen.

Mamanya lalu memeluk Aileen, gadisnya yang beberapa menit lagi akan segera menjadi istri.

"Terima kasih karena sudah mewujudkan keinginan terakhir papa, ya, Nak."

Aileen tau dia tidak dirugikan jika menikah dengan Albani. Pria itu kelihatan dingin baik di luar maupun di dalamnya. Tapi, Albani adalah pria yang jujur dan tidak menjijikkan seperti Rio, setidaknya itu adalah kesan yang ia dapatkan dari Albani saat ini.

"Ma, kalau nanti Ai ternyata harus berpisah dengan Al karena ketidakcocokan. Apa Mama akan marah?"

Mamanya tersenyum. "Kau takkan berpisah dengannya, Sayang. Siapa yang mau berpisah dari pria sebaik Albani?"

"Bukan begitu, Ma. Ini hanya seandainya saja," kata Aileen.

"Tidak, jangan berandai-andai yang begitu. Perpisahan itu tidak baik, kau harus seperti mama dan papa, ya. Jika harus berpisah biar Tuhan yang pisahkan karena maut."

Aileen menunduk. Seharusnya ia memang tak bertanya, walau niat awal hanya karena penasaran ingin tau jawaban mamanya. Tapi sekarang Aileen jadi terbebani sebab dia harus berpisah dengan Albani nanti, jika waktunya sudah tiba.

"Sudah, ya. Kita sudah ditunggu." Aileen berdiri, ia bersama mamanya akan segera keluar menuju tempat pengucapan janji suci pernikahan digelar.

Acara tersebut cenderung privat. Keluarga Albani tidak ingin dirayakan megah dan meriah, katanya agar terkesan lebih khidmat. Aileen tidak masalah, lagipula dibalik pernikahan ini ada rencana yang lebih besar lagi. Aileen harus membalas rasa sakitnya, Rio harus merasakan kesakitan yang ia rasakan berkali-kali lipat.

"Pengantin wanita silakan berjalan menuju pengantin pria," ucap seorang yang membawakan acara pada hari itu.

Aileen gugup, ia memejamkan mata beberapa saat sambil mengambil napas. "Ma, Ai nggak tau bisa jalan atau nggak sekarang."

"Sayang, tenang saja, mama di sampingmu." Aileen menatap wajah mamanya, ada garis keriput yang terlihat jelas. Mamanya sudah tidak lagi muda, jika mamanya harus pergi menyusul sang papa, Aileen tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba saja Aileen kepikiran hal sedih semacam itu di saat akan menikah.

Terdengar alunan musik yang syahdu. Aileen pun perlahan berjalan ditemani sang mama. Di seberang sana, seorang pria menunggunya. Ia tahu, pernikahan yang dilakukan sekarang bukan pernikahan sungguhan. Ia hanya berperan sebagai istri, bukan istri yang selayaknya. Tapi ia menaruh percaya yang cukup besar untuk pria di sana.

Al, aku percaya kamu baik, batin Aileen.

Aileen tepat berada di depan Albani. Tangannya memegang tangan Aileen dengan senyum kecil. Ini pertama kalinya Aileen melihat senyuman itu.

"Kau sudah siap?" tanya Albani dan Aileen mengangguk.

Keduanya berdiri di tengah tamu, mereka akan segera melakukan janji suci pernikahan.

Sementara di tempat itu, Aileen kaget karena tidak sengaja melihat dua orang yang tidak diharapkan. Bagaimana bisa keduanya ada di sana.

"Al, kenapa mereka ada di sana?" tanya Aileen pada Albani sambil berbisik.

Albani mendekatkan telinganya. "Siapa?" bisiknya juga.

"Mereka, orang-orang menjijikkan." Aileen sampai gemetar.

"Wah, bagaimana bisa," gumam Albani sambil melihat ke arah mata Aileen memandang.

"Apa mereka?" tanya Albani, ia menatap ke arah sepupu perempuannya.

"Ya, kenapa bisa di sini." Aileen jadi lemas.

"Menarik sekali, tidak saya sangka jika takdir terlalu berpihak padamu." Albani berkata santai sambil memegang tangan Aileen.

Aileen bingung mengapa Albani memegang tangannya. "Kau sebentar lagi jadi istri saya, dan sudah saatnya kita berperan sebagai suami istri. Tunjukkan pada mereka, betapa bahagianya kau menikah hari ini."

***

"Rio, kau lihat apa sih! kenapa daritadi sibuk dengan ponsel?" tegur Lenka.

"Maaf sayang, aku ada urusan sedikit," jawab Rio yang sebenarnya malas untuk beraktivitas hari itu. Tapi Lenka memaksanya datang menemani acara pernikahan sepupunya.

"Kita harus fokus pada acara ini, yang menikah sepupuku. Dia itu bukan orang sembarangan."

"Baik, maaf." Rio kemudian fokus pada pengantin. Padahal Lenka sendiri juga sejak tadi sibuk melihat cermin memperhatikan riasan wajahnya.

"Aku udah cantik, kan, Rio?" tanya Lenka.

Rio yang sedang melihat pengantin wanitanya langsung melotot. "Cantik, dia ... sangat cantik, tapi kenapa wajahnya tidak asing?"

"Rio! bukan pengantinnya! tapi aku!" sentak Lenka kesal. Padahal dia berdandan berjam-jam demi bisa menandingi pengantin wanitanya.

"Sayang, maaf, tapi pengantin wanitanya kenapa mirip seseorang?"

Lenka kesal, tapi ia ingin tau memangnya siapa sih pengantinnya. Lenka memang punya hubungan sepupu jauh dengan pengantin prianya, tapi dia tidak mau tau siapa pengantin wanitanya. Baginya kehadirannya di acara itu semata-mata demi keuntungan pribadi sebagai pebisnis.

"Siapa sih!" Lenka menatap pengantin wanita yang baru saja selesai mengucapkan janji suci. "Dia?"

"Kau juga merasa dia tidak asing?" tanya Rio.

Lenka tampak berpikir. "Iya, sih, tapi siapa, ya?"

"Itu yang sedang aku pikirkan. Siapa dia, dan kenapa aku benar-benar merasa akrab dengannya. Senyuman itu, mirip seseorang," kata Rio.

Lenka jadi kesal mendengarnya. "Kau mengagumi wanita itu sampai segitunya! Padahal dia biasa saja!"

Rio menghela napas. "Maaf, bukan begitu maksudku."

"Sudahlah lupakan saja. Lagipula kita hanya perlu menyalami keduanya."

"Ya, baiklah." Rio pun menyerah untuk berpikir lagi. Mungkin saja ingatannya salah, dan dia pun memang tidak berhasil menemukan jawabannya. Dia tidak tau wanita itu mirip siapa, hanya merasa familiar.

Saat Rio dan Lenka berjalan mendekati pengantin. Albani tersenyum, ia sudah tidak sabar dengan reaksi pria brengsek itu. Ternyata, Aileen benar-benar berubah, sampai-sampai pria itu tidak menyadari bahwa wanita yang menjadi istrinya adalah mantan kekasihnya yang sudah disia-siakan.

"Al, selamat ya atas pernikahanmu," ucap Lenka lembut.

Rio melirik Lenka, kenapa Lenka sangat lembut saat berbicara dengan Albani. Rio jadi tidak nyaman, sebab Lenka menunjukkan sebaliknya jika sedang bersamanya.

"Ya, terima kasih sudah datang, Lenka." Albani membalas uluran tangan sepupu jauhnya itu.

"Selamat, ya," ucap Rio.

Albani menyeringai, ia lalu meremas tangan Rio sekuatnya. "Ya!"

Rio menggeram. "Argh. Kau kenapa?"

"Rio, kenapa tidak sopan sih!" ketus Lenka malu. "Maaf, ya, Al."

"Dia meremas tangan ku kuat sekali," kata Rio berbisik pada Lenka.

"Kau saja yang lemah!" oceh Lenka kesal.

Aileen menatap Rio jijik, tapi matanya malah berkaca-kaca.

"Selamat," kata Lenka pada wanita itu. Tapi Aileen enggan menerima uluran tangannya. Lenka pun kesal, kenapa sombong sekali batinnya.

"Kau tak pantas di sini," ucap Aileen, ia tak tahan lagi dan ingin muntah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
mariahmariahmary409
Semangat up nya kak
goodnovel comment avatar
karinatiwi14
Penasaraaaan tp udh di lock untuk selanjutnyyaaa 🥹🥹🥹
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 67 : Aku Suka Bibirmu

    "Jangan mengindar lagi, Aileen. Saya ingin kita membicarakan ini serius." Pandangan Aileen mulai samar, kepalanya berdenyut pusing. Mungkin itu efek alkohol yang diminumnya, sehingga membuat Aileen sedikit kehilangan kesadaran. "Em, kita tidak bisa bicara serius saat ini," ucap Aileen. Pipi Aileen memerah, ia mulai gelisah. "Kenapa? Apa kau mulai mabuk?" "Em, mungkin sedikit. Karena itu, bagaimana kalau kita bicarakan hal seriusnya besok saja?" Aileen lalu menyentuh tangan Albani, menempelkan tangan pria itu di pipinya. "Aku mengerti, kita ini suami istri." Albani terhenyak dalam sentuhan tangan Aileen. "Hem, jadi kau mengerti.""Iya, kau suamiku, Al. Aku istrimu." Aileen terkekeh. "Iya, kan. Jadi, malam ini kita tidur bersama, harusnya begitu bukan?" "Ah, kau benar. Suami istri selalu bersama, tidak boleh tidur terpisah.""Hem, kau mau menggendongku ke kamar?" "Apa? Kenapa kau mau digendong?" "Ya, aku selalu ingin digendong oleh pria yang kucintai." Albani memejamkan mata s

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 66 : Makan Malam Berdua

    Albani pertama kalinya merasa tertarik membuat pesta kejutan. Walau ini tidak bisa dikatakan benar-benar kejutan karena Aileen sudah tau malam itu Albani akan membuat pesta kecil-kecilan di rumah. Hanya saja ada perasaan aneh yang membuat Albani heran dengan dirinya. Padahal selama ini Albani bukan tipikal yang suka dengan pesta, apalagi merayakan ulang tahun. "Entahlah, saya rasa ini karena Aileen baik, mungkin saja begitu," gumam pria itu sambil mendekor ruangan yang disiapkan untuk pesta ulang tahun Aileen. Bahkan Albani sampai melakukannya sendiri, padahal mudah saja jika Albani tak mau repot, ia hanya tinggal menyuruh orang melakukannya. Tapi semua itu beralasan, Aileen pernah bilang ingin sekali diberikan kejutan yang manis dan tulus oleh seseorang. Seperti halnya acara makan malam dengan cahaya lilin, bukan di tempat mewah, melainkan di rumah, dibuat sendiri dekorasinya sesederhana mungkin. "Gadis yang aneh, padahal jujur ini merepotkan," gumam Albani. Tapi apa yang tak bis

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 65 : Menuntut Tanggung Jawab

    "Rio." Rio mengehentikan langkah kakinya. Baru saja ia hendak masuk ke dalam kamar kontrakannya, ia malah mendengar suara tak asing. Suara itu jelas familiar bahkan begitu mendengarnya Rio langsung gemetar. "Rio, aku merindukanmu." Rio meremas telapak tangan, ingatannya mulai kembali pada situasi dimana ia dibuang seperti orang yang tak layak sama sekali. Harga dirinya diinjak-injak oleh wanita itu, seolah ia tak pantas untuk hidup sebagai pria normal lagi semenjak saat itu. Sampai kapanpun ingatan itu akan terus membuat kemarahan Rio terpancing. Ia yang selama ini berusaha bersikap tenang dan tak gegabah, hingga harus mengorbankan perasaan tulusnya terhadap gadis yang dicintainya selama bertahun-tahun demi nafsu sesaat yang justru membelenggunya dalam waktu lama. Setelah bisa terbebas dari itu, sekarang ia malah harus mendengar lagi suara mengerikan wanita itu. "Rio, kenapa kau tak mau berbalik?" tanya wanita itu. Rio tidak menjawab, ia memilih langsung masuk ke kamarnya d

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 64 : Menyusun Rencana Baru

    Aileen tidak bisa mentolerir lagi tindakan berani Rio yang sengaja menaruh kue di atas mejanya, bahkan memberikan foto kebersamaan keduanya di masa lalu sebagai alat untuk mengancam. Meskipun saat itu Rio meminta maaf atas tindakan tidak sopannya menceritakan tentang hubungan mereka pada karyawan lain. Tapi tetap saja bagi Aileen itu keterlaluan dan ia tidak tahan lagi. "Bu Aileen, Anda mau kemana?" tanya Hasya, ia mengikuti Aileen yang kelihatan marah lalu pergi keluar ruangan menuju ruangan petugas kebersihan. "Bu, Anda tidak mau menemui Rio, kan?" Kata-kata Hasya itu membuat Aileen mengentikan langkah kakinya. "Memangnya kenapa kalau saya menemui dia?" "Maaf, Bu. Itu sama sekali bukan urusan saya, tapi saya wajib melindungi ibu dari anggapan buruk karyawan lain. Saya mohon, urungkan niat ibu. Kita bisa pikirkan cara lain agar Rio tak perlu lagi berurusan dengan Ibu." Hasya ada benarnya, kalau dia langsung melabrak Rio, yang ada namanya hanya akan semakin buruk. Meskipun ia men

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 63 : Hari Ulang Tahun

    "Cepatlah, kenapa kau dandan lama sekali sih!" Lenka buru-buru mengikuti Rio pergi, keduanya memutuskan untuk membuntuti Rio hari itu. Siapa lagi kalau bukan Marsha, keduanya sekarang menjadi partner untuk satu tujuan yaitu menyingkirkan Aileen. "Kau tau, aku sudah lama sekali tidak bertemu Al, sudah tiga hari dan itu rasanya seperti setahun." "Lalu apa hubungannya dengan berdandan lama, sih, bodoh!" ketus Lenka. Padahal Lenka juga suka berdandan, tapi menunggu Marsha berdandan rasanya sangat menjengkelkan. "Tentu saja ada hubungannya, aku harus tampak cantik di depan Al. Kau tau kan, tak ada yang boleh lebih cantik dari Marsha." Marsha berkata demikian dengan penuh percaya diri. Keduanya sudah berdiri di depan gang rumah kontrakan Rio. Saat itu Rio hendak pergi ke kantor untuk bekerja. "Ayo cepat, kita naik taksi," ujar Lenka mengikuti Rio yang baru saja masuk ke dalam angkutan umum. "Kenapa tidak naik mobilku saja sih!" ketus Marsha. "Kau bodoh atau apa, kalau pakai mobilmu

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 62 : Antara Aku Dan Dia

    "Rio, kau tidak ada cerita seru lagi hari ini?" tanya Taka, keduanya memang dikenal akrab, kemana-mana selalu bersama saat bekerja pun begitu. Belum lama ini Rio sering memperlihatkan foto Aileen versi masa lalu pada rekan sesama petugas kebersihan. Tak heran jika teman-temannya jadi ingin tau lebih banyak tentang foto Aileen versi dulu. "Ah, apa maksudmu, cerita seru apanya." Rio bersikap seolah enggan memberitahu, ia memilih melanjutkan aktifitasnya membersihkan area pantry. "Hei, sebentar lagi kau akan membersihkan ruangan meja bu direktur, apa kau tak merasa rindu ingin tau kabarnya?" tanya Taka, mulai berani menyinggung ke arah sana. "Jangan berlebihan, kau tau saat ini bu Aileen sudah punya suami," sahut Rio. "Memangnya kenapa? Padahal kau punya banyak kenangan dengannya, kan, apalagi dia tampak sangat menyukaimu dulu," ucap Taka. Rio tersenyum canggung, ia melirik ke kanan dan ke kiri, memeriksa apakah situasi aman. "Kau mau lihat foto saat Aileen berulang tahun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status