Beranda / Rumah Tangga / Nikah Kontrak Demi Balas Dendam / Bab 6 : Langkah Awal Perubahan Aileen

Share

Bab 6 : Langkah Awal Perubahan Aileen

Penulis: Apple Cherry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 20:17:51

"Hei kau mengulanginya seolah-olah aku akan jatuh cinta padamu, begitu?" ucap Aileen. Ia mengibaskan tangannya sembari menggerutu.

"Bagus, saya tenang sekarang. Kalau begitu, sekarang kau ceritakan sedikit saja tentang penyebab kau putus asa."

Aileen terdiam. Ini pertama kalinya ada yang bertanya tentang perasaannya, deritanya, dan juga masalah yang ia hadapi.

"Kau takkan paham, apalagi kau tidak percaya wanita," tukas Aileen.

"Ini bagian dari perjanjian kita, jadi kau perlu cerita agar aku mudah membantu," terang Albani.

"Begitu, ya."

Albani menatap mata Aileen, di sana tampak jelas ada gurat kesedihan mendalam. "Katakan saja, aku mungkin takkan terlalu iba. Tapi aku bisa menganalisis cara apa yang tepat untuk digunakan sebagai alat balas dendam nantinya."

Albani selalu saja mengatakan perkataan yang tajam, batin Aileen. Tapi dia tak peduli, perkataan kejam Albani itu lebih baik dibandingkan perkataan Rio yang manis tapi penuh dengan kebusukan.

"Aku dibodohi oleh laki-laki yang ku anggap sebagai duniaku." Aileen akhirnya menyerah, ia terpaksa menceritakan hal terpahit yang hanya ingin dia kubur rapat tadinya.

"Dia selingkuh atau menipumu?"

"Keduanya, dia melakukan semuanya."

"Hem, kalian LDR ya?"

"Ya, aku di desa sementara dia di sini, di kota besar. Kukira semuanya akan indah pada waktunya. Namun ternyata salah, aku hanya dianggap sebagai alat perah."

"Dia mengambil hartamu?"

"Lebih tepatnya dia membuatku mengeluarkan uang cukup banyak. Tapi aku juga yang bodoh sih."

"Berapa kerugianmu?"

"Aku tidak hitung, tapi sepertinya lumayan. Bukan uang yang membuatku sakit, tapi karena kebohongannya. Sikapnya yang menjijikkan, aku ingin muntah!"

"Baik, sekarang saya paham sedikit." Albani mengambil ponsel dari sakunya. "Sebentar ya, saya terima telepon."

"Ya, baiklah."

Sementara Albani berjalan ke tempat lain untuk menerima panggilan, Aileen makin lesu setelah menceritakan tentang laki-laki berengsek itu. Saat tengah memperhatikan sekeliling. Aileen tak sengaja melihat seorang laki-laki dan wanita. Ia yakin matanya tidak salah lihat, keduanya adalah orang yang paling ia benci. Rio dan tunangannya.

"Mereka di sini, bagaimana jika mereka melihatku!" decak Aileen. Tapi sepertinya itu tidak terjadi, posisi keduanya agak berjauhan. Hanya saja, Aileen bisa melihat keduanya cukup jelas.

Aileen menggeram, ia tak perlu melihat pemandangan itu. Rio kelihatan sangat leluasa menyentuh perempuan itu di depan umum. Amat menjijikkan.

"Astaga, aku lebih baik pergi dari sini!" ucap Aileen. Ia mencari Albani, pria itu muncul setelah selesai menerima panggilan.

"Kau mau kemana?" tanya Albani.

"Kalau masih ada yang ingin dibicarakan, bisa tidak jika kita pindah tempat?" pinta Aileen memohon.

"Memangnya kenapa?" jawab Albani heran mengapa tiba-tiba.

"Aku hanya tidak suka di sini," kata Aileen tak ingin memberitahu yang sebenarnya.

"Ah, begitu. Baiklah, kita sudah selesai. Setelah ini bagaimana jika saya ajak kamu ke suatu tempat?"

"Kemana?"

"Nanti kau akan tahu, ikut saja."

Aileen mengangguk, ia hanya ingin segera pergi dari tempat itu. Ia tak peduli Albani akan mengajaknya kemana, yang penting dia tak perlu melijat wajah Rio yang sangat memuakkan.

"Kau lihat apa, Sayang?" Lenka heran, mengapa kekasihnya itu tidak tenang dan terus celingukan.

"Ah, tidak kok. Hanya saja sepertinya tadi ada yang memperhatikan kita," jawab Rio.

"Siapa? dimana?" sahut Lenka mencari-cari.

"Hem, mungkin aku salah, Sayang. Lupakan saja."

"Ah, kau hanya membuatku cemas."

"Memangnya kau takut ada yang memata-matai kita?"

"Eh, bukan begitu," geleng Lenka. Ia tak boleh membuat Rio curiga, sebenarnya ia memang takut ada yang mengikutinya.

"Apa kau jalan dengan laki-laki lain lagi, Lenka?" tanya Rio sarkastik.

"Mana mungkin sih! Kenapa kau malah menuduh yang tidak-tidak!" Lenka pun emosi.

"Sudahlah, jangan marah. Aku hanya tanya saja," jelas Rio menyerah.

"Jangan mencurigaiku! Aku tidak suka!" tegas Lenka kesal.

Sebenarnya Rio tidak mengerti, apa yang membuatnya sampai rela mencampakkan gadis sebaik Aileen. Ia tak yakin jika karena kecantikan Lenka, karena Lenka tidak begitu cantik sampai ia harus rela menyakiti gadis setulus Aileen. Hanya saja, ia tetap tak bisa lepas dari Lenka, dan ia mulai menyesal membuat Aileen kecewa.

**

"Butik? Untuk apa kita kesini?" tanya Aileen. Keduanya berhenti tepat di depan butik dan salon yang jaraknya berdekatan. Entah apa maksud Albani mengajaknya kemari.

"Di dalam ada kenalan saya. Dia desainer, sekaligus stylist."

"Lantas?"

"Saya pikir kamu membutuhkannya," jawab Albani.

"Astaga." Aileen terkekeh. "Kau pasti berharap aku bisa berubah jadi angsa yang cantik, ya? Kubilang saja di awal ya, itu sia-sia! Aku tetaplah itik, sekali itik ya tetap itik dan takkan bisa berubah jadi angsa!"

Albani menaikkan satu alis. "Kau wanita, Nona. Kau seorang gadis, bukan itik atau angsa."

Aileen menggeram, ia tak suka datang ke tempat semacam itu. Aneh, kan, tapi begitulah faktanya.

"Ayo masuk, jangan menolaknya. Nanti kau putuskan setelah selesai."

"Apa maunya sih!" Aileen tidak punya pilihan, ia akhirnya berjalan di belakang Albani.

Seorang wanita elegan muncul menyambut keduanya, seolah Albani sudah bilang akan datang.

"Hai, Al, You're amazing."

"Grace, she is Aileen."

"Wow, Your fiance?"

Aileen tersentak. "No! I'm just a friend," jelasnya tak ingin orang itu salah paham.

"Kita akan bertunangan, tapi belum bertunangan. Jadi, memang sekarang hanya teman," jelas Albani.

"Ah, kalian sangat kompak!" Grace terkekeh.

Aileen mengerutkan kening, rupanya wanita itu bisa berbahasa dengan lancar. Ia kira hanya bisa bahasa asing tadi.

"Salam kenal nona Aileen, saya Grace, teman Al sewaktu di LA."

"Oh ya, salam kenal Grace, saya Aileen."

Grace tersenyum. "Masuk, aku akan tunjukkan koleksiku untukmu."

Aileen melirik Albani. "Aku masuk?" tanyanya.

"Ya, masuklah, aku akan tunggu di sini." Albani pun duduk di ruang tunggu.

"Ayo, tidak perlu ragu. Al bilang kau perlu beberapa baju sehari-hari, juga untuk acara santai dan acara resmi. Aku punya semuanya, termasuk untuk membuatmu jadi menakjubkan. Kau tau apa?"

Aileen menggeleng.

"Of course, Make over!"

Aileen terdiam, Grace sangat bersemangat melebihi ekspektasi.

"Kau akan tampil sangat cantik dimanapun." Grace merangkul Aileen akrab.

"Ah, kau berlebihan. Bagaimana bisa aku berubah? Padahal kau lihat sendiri," kata Aileen ragu.

"Kenapa? You are beautiful."

Aileen berkaca-kaca, tatapan Grace saat mengatakan itu kelihatan sangat tulus. Sama sekali tidak ada tatapan merendahkan, tatapan yang akrab ia terima.

Albani hanya fokus pada ponselnya, seolah ia sangat sibuk dengan dunianya sendiri.

"Biarkan Al di sini, mari kita lakukan perubahan besar untukmu. Kau sudah cantik, hanya perlu di buat lebih bersinar lagi."

Aileen menghembuskan napas berat. "Terima kasih, Grace, aku sangat terkesan dengan yang kau lakukan. Tapi aku rasa—"

"Percaya padanya, Aileen. Dia baik dan tulus," pungkas Albani. Rasanya perkataan Albani itu membuat Aileen tak lagi perlu meragu sekarang. Ajaib memang, tapi pada kenyataannya memang begitu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
karinatiwi14
Smg ailleen berkembang jadi lebih percaya diri lagi ta thor lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 89 : Ciuman Yang Menghidupkan

    Ruangan kerja Aileen terasa berbeda hari itu. Meskipun sinar matahari menyinari meja dan sofa favoritnya, ada hawa dingin yang menggantung di udara. Hawa yang berasal dari satu benda kecil… amplop cokelat itu.Ia berdiri mematung di depan mejanya. Matanya menatap benda yang sejak hari pertama terasa seperti bom waktu. Amplop itu terselip rapi di dalam laci, tak pernah disentuh, tapi tak pernah juga benar-benar dilupakan.Kata-kata Albani terngiang di telinganya:> “Jangan buka itu sendirian, Sayang. Aku tidak mau kau menghadapi hal-hal buruk tanpa aku.”Tapi hari ini, Aileen merasa... cukup kuat. Dia sudah terlalu lama membiarkan tanda tanya mengendap di dalam hatinya. Dia mencintai Albani, benar. Tapi bukankah kepercayaan juga berarti berani melihat kebenaran?Tangannya gemetar saat menarik amplop itu keluar. Ia menatapnya sejenak, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.“Kalau pun ini menyakitkan,” bisiknya lirih, “aku akan menghadapinya.”Dengan napas yang berat, Aileen mero

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 88 : Dekapan di Ujung Malam || Bayangan Iri yang Membusuk)

    Suasana di ruang rawat intensif kini jauh lebih tenang. Lampu temaram menyinari wajah pucat Albani yang kini mulai menunjukkan rona kembali. Di sisi ranjang, Aileen duduk sambil menggenggam tangan suaminya erat—tak mau melepas sedetik pun.“Sayang, kau yakin tidak pusing lagi?” bisik Aileen lembut sambil membelai rambut Albani yang sedikit berantakan.Albani tersenyum kecil, meski jelas tubuhnya masih lemah. “Aku tidak pusing... tapi jantungku sedikit berdebar.”Aileen langsung cemas. “Berdebar? Apa aku harus panggil dokter?”“Berdebar karena kau ada di sini, di dekatku, dengan wajah secantik itu...” lanjut Albani, senyum nakalnya mulai muncul.Aileen langsung mencubit pelan lengan Albani. “Al! Kau sedang sakit, masih bisa bercanda begitu?”“Aku sakit, iya. Tapi bukan berarti kehilangan akal sehat.” Ia menarik pelan jemari Aileen, menciumnya satu per satu. “Apa kau tahu, hanya dengan aroma tubuhmu saja aku bisa lupa rasa sakit ini.”“Al...” Aileen menunduk, wajahnya merona. Tapi senyu

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 87 : Niat Jahat

    “Kenapa selalu wanita itu yang menang?” desis Marsha geram, melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Ia tak mengerti, bagaimana bisa nasib begitu memihak Aileen. Padahal Marsha sudah menyusun rencana matang. Ia sudah menyerahkan amplop cokelat berisi foto dan dokumen masa lalu Albani yang kelam kepada sekretaris Aileen, Hasya. Amplop yang seharusnya menjadi senjata pemusnah rumah tangga Aileen. Marsha memijat pelipisnya. “Apa amplop itu belum dibuka? Atau Hasya tidak menyerahkannya?” Dugaan itu membuatnya semakin kesal. Ia ingat betul, ekspresi Hasya saat menerima amplop itu memang mencurigakan. Wajahnya tegang, bahkan seolah menolak secara halus. Dan kini Marsha yakin, amplop itu tidak sampai ke tangan Aileen. “Aku harus bertindak,” gumamnya lirih. Marsha membuka laptopnya dan mulai menelusuri media sosial, mencari celah baru. Ia menyimpan beberapa video lama yang memperlihatkan Albani di masa lalunya, saat masih dekat dengan wanita lain sebelum menikah dengan Aileen. Salah satu

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 86 : Lebih Baik Punya Penyesalan

    Aileen duduk di bangku tunggu luar ruang ICU, jari-jarinya menggenggam erat kerah bajunya sendiri. Jantungnya tak karuan. Setiap detik menunggu terasa seperti siksaan.Martin berdiri di sampingnya, tangan ayah mertuanya menepuk pelan pundaknya. “Tenang, Nak. Dokter akan melakukan yang terbaik.”Namun Aileen hanya bisa menggeleng. “Tadi dia baik-baik saja, Pa. Lalu kenapa tiba-tiba... begitu?”Martin menghela napas panjang. “Kadang trauma kepala memang bisa muncul tiba-tiba. Tapi yang harus kau percaya, Al akan kuat.”Melani berdiri di seberang mereka, memperhatikan Aileen dengan tatapan yang... berbeda. Ada rasa bersalah, ada penyesalan, dan bahkan ada rasa sayang yang masih kaku dan tertahan.“Apa... apa ini karena aku memberitahunya bahwa aku hamil?” lirih Aileen dengan suara gemetar.Melani ikut terduduk. Suaranya pelan, nyaris seperti ibu sejati. “Itu bukan salahmu. Justru kau membawa kebahagiaan untuk anakku.” Ia menatap perut Aileen, lalu menarik napas. “Mungkin memang belum wak

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 85 : Siuman

    Melani membeku, ia hanya bisa menangisi segala fakta yang baru terungkap. Bahkan Melani kini tidak tau apa yang harus diperbuat. Ia sudah salah paham, tapi tindakannya selama ini terlalu kentara saat membenci Aileen, ternyata selama ini bukan Aileen yang seharusnya ia jauhi, tapi melainkan Marsha.. Wanita itu terlalu terpengaruh oleh mulut manis dan hasutan Marsha, tanpa melakukan investigasi lebih lanjut tentang fakta kebenaran berita itu. Lalu kalau sudah begini, ia sendiri jadi bingung, apa yang harus dilakukan. Apa dia mungkin dimaafkan, sementara tabiat buruknya sudah sangat amat berlebihan. "Nyonya, kenapa Anda malah di sini?" Seseorang muncul, bertanya dengan nada lembut dan sopan. Saat Melani yang berjongkok lalu mendongak, wajah itu malah tersenyum, meski ada keraguan. "M-Maaf, bukan maksud saya menganggu Anda. Tapi Al sudah siuman. Anda ibunya, tentu lebih berhak untuk melihat kondisi Al lebih dulu." "Al sudah siuman?" Aileen agak kaget, melihat wajah Melani yang

  • Nikah Kontrak Demi Balas Dendam   Bab 84 : Fakta Yang Terkuak

    "Al bagaimana Tante???" Dalam kondisi lemah, Aileen kembali ke ruangan ICU tempat suaminya kini dirawat. Lalu Melani, mama mertuanya malah sedang berdua dengan seorang wanita. Tampak belakang, sepertinya Aileen pernah melihat wanita itu. "Bu Aileen, sepertinya aku pernah lihat wanita itu," kata Hasya. "Benarkah, Hasya?" Martin buru-buru berlari ke arah sang istri. Ia menarik tangan Melani, membawanya pergi untuk bicara. Tak lupa, Martin juga membawa wanita yang bersama istrinya pergi dengannya. "Om lepaskan!!" "Martin kau apa-apaan sih!" Keduanya tampak kesal. "Kau ngapain ajak dia ke rumah sakit! Kau sadar kan Al tidak suka dia muncul di depan Aileen!!" tegasnya pada Melani. "Kau juga, apa kau wanita rendahan, Marsha!!" . "Om cukup ya. Aku kemari karena mencemaskan Al. Kenapa om malah memakiku sih??" "Cemas katamu? Apa kau punya hak untuk itu?" "Jelas aku punya hak!!" tegas Marsha, ia seolah tidak takut pada siapapun, termasuk orang tua Albani sekalipun. "Cukup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status