Setelah mendengar penjelasan Sandi tentang calon suami Erin yang ternyata adalah seorang duda, Daniel semakin penasaran dan mulai mencaritahu lebih banyak tentang David. Mendapatkan informasi tentang hal tersebut sangat mudah karena pernikahan David dulu bukan sesuatu yang dirahasiakan. Daniel sangat terkejut saat mengetahui David telah memiliki seorang putra. Ia yang awalnya berusaha merelakan Erin, sekarang justru sangat menentang pernikahan tersebut. Tatapan mata pria itu tampak berat karena ia tidak tidur sepanjang malam untuk mencari informasi tersebut. Wajah yang biasanya tampak segar terlihat lelah pada pagi itu. Sesekali matanya terpejam sambil memikirkan berbagai kemungkinan. ‘Waktu ku tanya apa dia cinta orang itu atau nggak, Erin cuma bilang dia ngerasa nyaman… .’ Matanya terbuka lagi saat memikirkan kemungkinan lain. Pria itu bergumam pelan, “apa Erin menikah hanya untuk mengalihkan sakit hatinya karena dulu diselingkuhi?” Daniel menyenderkan punggungnya di kursi, ta
Mobil hitam milik David berhenti pada resort mewah tempat Niki dan teman-temannya menginap.Kedua orang itu langsung melenggang masuk dan mendapati teman-temannya sedang bersantai menikmati sinar matahari pagi.“Roland, Eveline… ,” sapa David dengan ekspresi senang.Dua orang yang dipanggil itu langsung menoleh dan bangkit. Eveline berlari lalu menyapa David.“Hello Dave, lama tidak bertemu, aku merindukan mu” ucap seorang perempuan cantik berambut coklat.David ikut tertawa. “Aku juga merindukan mu, bagaimana kabar kalian, Roland, Eveline?”"Aku baik," jawab Roland singkat.“Kabar ku baik. Bagaimana dengan mu, Dave?” jawab Eveline dengan ekspresi senang.“Aku juga dalam keadaan baik,” balas David.“Ashley, mantan suami mu terlihat semakin tampan,” ucap Roland, teman Dave dan Niki.Nicole Ashley biasa dipanggil Ashley oleh teman-temannya. Hanya David dan keluarganya yang memanggil perempuan itu dengan sebutan Niki.Wanita berdarah campuran Indonesia Perancis itu tertawa. “Ya, dia seja
Setelah tidak sengaja mendengar semua percakapan antara David dan Niki, pikiran Daniel semakin kacau. Pria itu memang terkejut dengan kabar pernikahan Erin, tapi Daniel jauh lebih terkejut dengan kenyataan yang baru saja didengarnya. ‘Mereka hanya menikah kontrak?’ tanya Daniel dalam hati. “Dani! Kamu udah selesai sarapan?” Laki-laki yang dipanggil oleh pamannya itu terkejut hingga menjatuhkan gelas plastik yang ada di dekatnya. David dan Niki berpandangan dengan ekspresi kaget. Keduanya memikirkan hal yang sama. ‘Apa sejak tadi ada yang mendengar pembicaraan ini?’ “Udah, ini saya baru mau kesana,” ucap Daniel yang kemudian bergegas pergi. Niki mengernyitkan keningnya. “Orang yang tadi bukan kenalan mu kan? Mungkin dia mendengar semuanya?” David terdiam selama beberapa waktu. Ia merasa pernah mendengar nama yang mirip, tapi pria tampan itu tidak bisa mengingatnya. “Aku tidak punya kenalan yang namanya Dani, dari seragamnya mungkin dia pekerja di resort ini.” Wanita yang duduk
Setelah kemarin bertemu dengan teman-teman David, Erin menemui Niki seperti yang dijanjikan sebelumnya. Gadis itu menyarankan bar EL Noir sebagai tempat pertemuan tersebut. “Hai kak Niki, maaf aku datang terlambat, kelas ku selesai lebih lama.” Niki menoleh dengan gelas yang masih di tangannya. “Tidak apa, aku juga jadi lebih bisa menyiapkan diri.” ‘Menyiapkan diri?’ tanya Erin dalam hati. Suasana bar itu tidak ramai seperti biasanya, bahkan hanya ada Niki yang duduk di kursi bar pada bagian depan. Erin ikut duduk di samping Niki lalu memesan minuman. Niki sempat melirik sebentar lalu meneguk minumannya sendiri. Wanita bermata hazel itu mengagumi paras Erin dan sikapnya yang tenang. Ia sudah mencaritahu tentang gadis itu dan merasa iri dengan putri satu-satunya konglomerat yang disebut salah satu orang terkaya di kota tersebut. “Apa tidak apa membicarakannya disini? Atau kak Niki mau tempat yang lebih sepi? Disini ada ruangan lain juga untuk pertemuan,” ucap Erin memastikan. “
“Erin, aku ingin bertemu dengan mu.” “Ada apa tiba-tiba?” Perempuan bermata coklat menatap ke arah Niki yang tampak tidak peduli. Ia bangkit lalu menjauh beberapa langkah. “Ada yang ingin ku bicarakan.” “Apa tidak bisa dibicarakan lewat telfon saja, kak Dani?” “Apa kamu sesibuk itu atau kamu sedang menghindari ku?” Apa yang dikatakan Daniel memang benar. Erin saat ini sedang menghindar bertemu laki-laki lain untuk menghindari rumor. “Kak Dani kan tau, aku akan menikah, tidak baik kalau aku bertemu lawan jenis berdua saja… .” “Erin, aku tau pernikahan mu itu hanya kontrak… ,” ucap Daniel yang sudah tidak sabar mengulur waktu. Mata Erin terbelalak. “Apa?” “Aku tidak sengaja mendengarnya, karena itu ayo bertemu.” Tangan Erin mengepal. Ia merasa semuanya menjadi berantakan. “Aku tidak bisa menemui kak Dani sekarang.” “Kenapa?” “Aku sedang bertemu teman.” “Kamu bisa bertemu tem
Esoknya…..“Kamu daritadi nunggu disini?” tanya David yang baru saja tiba di depan rumah Erin.“Iya, sekalian hirup udara pagi, lalu aku tadi dapat kabar kalau kelas pagi ini dibatalin.”David mengernyitkan keningnya. “Kalau gitu mau keliling aja sekalian sarapan?”“Boleh,” jawab Erin sambil menguap.“Kamu tidur jam berapa? Pagi begini masih ngantuk.”David membukakan pintu mobil untuk Erin. Gadis itu masuk masih dengan ekspresi mengantuk.“Aku nggak bisa tidur.”“Kenapa? Apa terkait yang mau kamu omongin tapi nggak jadi kemarin itu?”Erin mengangguk, ia terlihat sedang berpikir keras. “Ada orang lain yang tau pernikahan kontrak itu.”David tampak kaget tapi berusaha tetap fokus menyetir.“Kamu memberitahu seseorang?”Ekspresi gadis bermata coklat itu tampak kesal. “Dia bilang nggak sengaja dengar waktu mas David ngobrol sama kak Niki soal itu.”Pria tampan tersebut mengernyitkan keningnya. Mencoba mengingat saat ia membicarakan hal tersebut dengan Niki ketika di resort.“Waktu itu
Nathan dan Emmy menjadi sering terlihat bersama akhir-akhir ini. Mereka kadang bertemu tanpa sengaja saat sedang ada di gazebo taman fakultas. Setelah percakapan terakhirnya dengan Nathan, Emmy merasa bersalah. Ia bisa sedikit memahami perasaan laki-laki itu. Ia mengerti rasanya dibenci hampir semua orang dan kehilangan semua hal karena kebodohan diri sendiri. Emmy bukannya membela Nathan yang telah melakukan kesalahan seperti dirinya. Empatinya yang muncul secara alami dan perlahan itulah membuatnya merasa harus bersikap baik ke Nathan. Keduanya pun jadi sering mengobrol meski berjauhan. Pembicaraan singkat yang membahas materi kuliah atau tentang game membuat mereka dekat secara alami. Lambat laun pembicaraan mereka mulai membahas tentang kenangan masa lalu. Sesekali tertawa bersama dan sesekali sedih bersama meski status pertemanan mereka pun tidak jelas. Emmy dan Nathan tertawa lepas bersama saat membahas kebodohan di masa lalu. Kejadian itu lah yang sempat dilihat oleh Erin
Seperti yang sudah diduga oleh Emmy, kedekatannya dengan Nathan menjadi bahan pembicaraan. Banyak orang yang mengira keduanya menjalin hubungan spesial.Kabar tersebut sampai di telinga Erin dan membuatnya kembali merasa tidak senang. ‘Kenapa masih ada yang mau dekat dengannya padahal dia sudah melakukan hal buruk?’Erin menjadi tidak fokus dan merasa terganggu saat mengingat Nathan yang tampak biasa saja dan malah terlihat bahagia. “Erin?”Tatapan mata Erin memang melihat ke arah buku di depannya, namun ia sedang memikirkan hal lain hingga tidak mendengar saat dosen memanggilnya. ‘Apa Nathan mendekati gadis itu?’“Erina Kiana!”Jessie langsung menepuk tangan Erin pelan untuk menyadarkannya dari lamunan.Erin menoleh dengan ekspresi bingung. Ia berucap pelan, “ada apa?”Jessie memberi kode dengan melirikan matanya ke arah depan, ia tidak berani mengucapkan apa pun karena sedang diawasi. Erin pun menoleh lalu mendapati dosen yang sedang mengajar tampak marah.Gadis itu bisa dengan cep