Shakira menyemprotkan parfum kesukaannya ke lehernya yang jenjang dan terbuka. Dengan puas ia menatap dirinya di cermin yang menyatu dengan lemari kayu mewah berukir indah di sudut kamarnya. Gadis cantik itu menatap pantulan diri yang menampilkan bayangannya yang terlihat seksi, elegan dan cantik memikat.
Dengan gaun bersiluet duyung yang menampilkan lekuk indah tubuhnya, gaun pesta merah marun itu sangat pas membalut kulit putihnya. Walau dengan potongan dada rendah ia terlihat tak nyaman, apalagi saat ia memiringkan tubuhnya ia melihat punggung putihnya terpapar dengan berani dan menantang.
Ia meraba tengkuknya yang tak tertutup rambut indahnya, kini sudah tergelung rapi di puncak kepala dengan hiasan rambut berbentuk bunga. Shakira menggigit bibirnya dengan gelisah.
"Wah wah wah...''
Shaki menoleh ke arah sumber suara yang tiba – tiba muncul di kamarnya. Ia sangat terkejut melihat Axel sedang duduk di sofa di pojok ruangan itu.
"Sejak kapan?'' Shakira menghela napas dengan tegang. Gadis itu mundur selangkah.
"Axel! Sejak kapan kau ada disini?!'' Pekik Shakira tercekat.
"Istriku yang cantik. Saat ini kau benar – benar sangat eeemmm...'' Ucap Axel mengacuhkan pertanyaan Shakira sambil tetap duduk dengan santai namun dengan tatapan tajam menusuk. "Mau pergi ke pesta ya?''
"Axel?! Bukannya... Bukannya kamu baru akan kembali besok?'' Shakira mencoba mengalihkan pertanyaan Axel.
"Aaahh ya... Aku terlalu rindu akan istriku. Jadi aku merasa harus buru – buru pulang dan ingin bertemu dengannya. Aaannd see... Dia menyambutku dengan sangat sempurna. Surprised!'' Axel mendekat dengan langkah perlahan namun terkesan mengancam. Shakira berjalan menjauh dari jangkauan Axel.
"Jadi sedang ada pesta apakah istriku ini?!''
"Sebentar lagi aku bukan istrimu lagi. Lagipula, pernikahan kita hanya kamuflase, setelah semua perjanjian kita selesai, semua status kita juga akan selesai.''
Shakira mengalihkan pandangannya dari Axel yang terus menatapnya tanpa berkedip.
"Ooohh... Begitu...?!''
Axel berjalan semakin mendekati Shakira yang merasa tertangkap basah oleh suaminya. Tanpa sadar langkahnya yang ingin menjauhi Axel malah membuatnya terpojok.
"Apa sebegitu besarnya keinginanmu untuk kembali dengan mantan kekasihmu itu hingga kau...''
"Ini nggak ada hubungannya dengan Dave! Aku... Aku sudah muak! Aku selalu menuruti keinginanmu dan kakek selama bertahun - tahun! Aku ingin kehidupanku sendiri!''
Kini mereka saling menatap satu sama lain. Shakira membalas tatapan Axel dengan acuh sambil berusaha berjalan ke arah meja rias. Ia meraih tas tangan yang telah siap diujung meja. Namun gerakan badannya yang membungkuk dengan luwes membuat tali gaun yang menghiasi pundaknya terjatuh di lengannya yang telanjang. Hal itu tak luput dari pandangan Axel. Shakira menyadarinya dan entah kenapa itu membuatnya gugup dan takut disaat yang bersamaan.
Baru beberapa langkah Shakira menjauh, tiba – tiba Axel meraih pinggangnya yang ramping dan mendorongnya terpojok di dinding.
"Axel! Apa yang kamu...''
"Jadi... Kau ingin mengakhiri perjanjian kita?!''
Shakira gelagapan tak berkutik saat Axel menguncinya di dinding. Kedua tangannya pun terkunci oleh genggaman tangan Axel. Gadis itu mengutuk dalam hati, karena siluet gaun yang ia pakai membuatnya susah bergerak, apalagi dengan sepatu stiletto yang melilit kedua kakinya membuatnya makin diam tak bisa bergerak.
"Lepas!''
"Ti...dak.''
"Axeeell...!''
"Memohonlah...''
"Cih...''
"Ayolah sayangku...''
Axel terkekeh dengan senangnya melihat Shakira menahan kesal karena tak bisa melawannya. "Memohonlah sayang... Aku ingin dengar suaramu memohon.''
"Nggak akan!'' Bentak Shakira makin ketus.
"Aku suka caramu melawanku! Kau sangat... Seksi...''
Shakira membuang muka merasakan napas hangat Axel yang berhembus pelan di wajahnya. Ia makin meremang saat bibir laki – laki tampan itu berbisik di telinganya.
"Jadi... Kau yakin... Akan mengakhiri pernikahan ini sayang?''
"Aaahhnn...'' Tanpa sadar Shaki mendesahkan sesuatu yang membuatnya terkejut. Axel cekikikan di telinga Shaki yang membuat gadis itu makin menggeliat.
"Ax...Xel...Aaahh...'' Shakira mengerjap seolah berusaha menolak. Axel makin cekikikan, hal itu membuat Shakira makin menggeliat tak karuan. Shakira mengernyit menutup mata kuat - kuat.
"Kenapa? Geli ya?'' Axel makin menggoda Shakira yang mulai tak karuan menahan rasa geli.
"Ax...eeell...'' Pekik Shakira tertahan.
Axel meraih wajah mungil Shakira yang cantik, perlahan ia menyentuh bibir mungil yang berwarna merah menantang itu dengan jari jemarinya, lalu ia mendekatkan bibirnya.
"Lawan aku putri ksatria, kalau kau ingin bebas.''
Shakira terkesiap mendengar bisikan itu. Gadis itu membuka matanya dengan nyalang dan menatap sorot mata tajam dan gelap milik Axel.
"Jangan menggodaku!''
"Ahahaha... Apa aku terlihat menggodamu?! Bukannya kau yang sekarang...'' Ucapan Axel terhenti, ia menatap dan menelusuri wajah hingga dada Shakira yang sedikit terbuka dan menantang. "Yang terlihat menggiurkan?!''
"Aaahh Axel...'' Shakira meremang. "Katakan! Gimana caranya?!''
"Kalahkan aku saat ini juga, taklukkan aku sayang.'' Bisik Axel di bibir Shakira.
Belum sempat Shakira menjawab tantangan itu, gadis itu tiba – tiba mengerang karena bibir Axel menjelajahi leher jenjang Shakira.
"Aaaahhhnnn... Hen...aaahhnn... Ti...kan... Aaaahhnnn...'' Shaki terpekik menggeliat hingga tanpa sadar ia menjatuhkan tas tangannya ke lantai. Mendapat reaksi yang menggoda, membuat Axel makin senang mempermainkan jari jemarinya di seluruh area punggung terbuka Shaki sedangkan bibirnya masih terus mengecup lembut leher jenjang gadis itu.
Shakira terpekik dan terus menggeliat, ia merasakan kedua lututnya lemas dan gemetaran di sekujur tubuhnya.
"Coba lawan aku putri ksatriaku. Kalau kau bisa mengalahkanku malam ini, kau bebas. Tapi jangan berharap jika sebaliknya, karena kontrak perjanjian ini adalah sehidup semati kau tetap milikku!''
"Ap...pa...'' Shakira tergagap dan limbung. Axel menangkap tubuh Shakira dan mendekapnya erat.
"Kau kekasihku Shakira! Kau wanitaku! Kau istriku dan kau milikku! Aku tak mengizinkan siapapun menyentuhmu! Atau dia akan mati!''
"Kau gila Axel!'' Kali ini Shakira menatap Axel dengan berani, walau masih kikuk ia mulai bisa menguasai dirinya.
"Ya! Aku memang gila! Gila karena kamu! Jadi salah siapa!''
"Aaahhnnn... Axel! Aaaxx...aahhnn...''
Shakira terpekik hebat saat tanpa basa basi Axel kembali mencumbu lehernya dengan kecupan – kecupan ringan yang kini lebih bertubi - tubi.
"Henti...kan... Aaaahhnn... EEEmmmmm.....'' Shakira menggigit bibirnya agar ia tak kelepasan berteriak karena ulah Axel. Melihat usaha Shakira yang mengernyit tak berdaya, Axel cekikikan di telinga Shakira yang membuat gadis itu makin menggeliat kegelian.
"Butuh bantuan nona?!''
Shakira terangah membuka matanya dan mendapati Axel sedang menikmati kesengsaraan dirinya. Untuk beberapa saat Shakira menatapnya tak mengerti sampai Axel memajukan bibir kepada Shakira yang masih menggigit bibirnya.
"Dasar nakal kau Ax...eeemmm''
Axel membenamkan bibirnya pada bibir merah Shakira dan menguncinya tanpa suara. Shakira berusaha menolak namun ia tak menyadari jari jemari Axel yang menelusup pinggangnya membuatnya menggeliat menahan geli tak karuan dan membuat erangannya tertelan di tenggorokannya.
Tanpa Shakira sadari, Axel menggendong dan menidurkannya diatas ranjang, gadis itu tersentak kaget saat punggungnya menyentuh permukaan selimut yang dingin. Shakira yang masih mencoba mencari jalan untuk lepas dari jeratan Axel, menunggu laki – laki itu lengah. Tetapi jangankan ia melawan, namun ia malah semakin liar membalas pagutan bibir Axel yang terus melahapnya dengan rakus sebagai akibat permainan tangan Axel yang nakal.
Otak Shakira mulai kosong, hanya bisa menikmati dan mengikuti semua sentuhan Axel, sedangkan Axel terus memainkan jari jemarinya di permukaan kulit Shakira yang membuat gadis itu tanpa sadar mulai membuka diri untuknya.
BRAK!
"SHAKIRA! APA – APAAN INI?!"
Shakira dan Axel menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah sumber suara.
"Da...Dave...?!''
Sore itu seperti biasa Shakira sudah menyelesaikan semua tugas kampus, ia bergegas menemui ibunya yang sedang sibuk di dapur."Hei Shaki, apa yang kamu lakukan nak?! Sudah biar mama saja. Kerjakan saja tugasmu.'' Tegur ibu Shakira yang melihat putri semata wayangnya itu meraih rendaman baju kotor yang siap di cuci."Shaki udah selesai semua ma. Mama yang harusnya istirahat, mama udah seharian ini kerja, Shaki nggak mau mama nanti sakit.'' Jawab Shakira dengan segera menggandeng tangan ibunya dan membawanya ke ruang tengah sekaligus ruang tamu rumah kecil itu. Natarina menepuk pipi putrinya dengan sayang, wanita itu menuruti perintah Shakira dengan senyum mengembang."Duuuhh iya iya... Galak amat sih putri mama satu ini hahaha...'' Keluh wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu menerima tangan Shakira yang membimbingnya masuk rumah."Biarin, daripada mama sakitnya kambuh lagi, Shaki nggak mau. Lagian ini juga mama masih terima loundry lagi sih?!
Gadis itu meninggalkan warung makan dan segera berlari pulang dengan jalan memutar, ia tak mau mengambil resiko ia akan di culik diam – diam saat ia melewati lahan kosong parkiran. Sambil membawa beberapa camilan ia mengetuk pintu dan mengucap salam sebelum masuk."Sayaaaang, kemana saja kamu nak?! Kenapa lama sekali baru pulang?!'' Tegur ibunya menyongsong Shakira dengan wajah panik."Aaahh maaf ma, tadi keenakan ngobrol di pasar malam hehe... Ini, Shaki bawa camilan nih buat mama. Tadi dapat bonus lumayan dari Bu Rosa dan tante Diana. Mereka baik – baik ya ma. Yuk makan.'' Jawab Shakira sedikit berbohong untuk menghilangkan kepanikan ibunya."Heeemm ya sudah kalau begitu. Mama kan deg – degan Shaki kenapa - napa, mana tadi nggak bawa hape kan?''"Oh iya, ya kirain Shaki kan cuma sebentar ini.''Shakira membuka roti bakar coklat keju yang masih menguarkan asap panas dan wewangian makanan itu."Heeemm enaknyaaa...'' Natarin
Sesampainya di kelas, ia menghempaskan tubuhnya dengan kesal. Rachel terheran – heran menatap Shakira yang terlihat kacau dan berantakan."Pagi Shak, ada apa kamu? Kok tumben telat?''"Aku lagi kesel banget! Dan... Aaaahh... Ini pake kebawa segala?!'' Shakira tersadar bahwa ia masih membawa saputangan pemuda tampan itu di tangannya saat ia akan mendekap wajahnya.Buru – buru ia memasukkan sapu tangan itu ke dalam tas selempangnya dan mengambil botol minuman dari dalam tasnya. Ia minum dengan sangat puasnya, hal itu membuat Rachel cekikikan melihat Shakira terengah setelah hampir menghabiskan setengah botol air minumnya."Jadi?!''"Ya, jadi hari ini aku dua kali berkelahi dengan preman! Yang satu karena dia menjambret tasku dan satu lagi karena menolong bocah dipalak tapi malah dia seolah – olah 'nggak apa – apa kok, duit kecil ini! Ngeselin banget! Sumpah! Dan siapa pula dia?! Nggak jelas! Sombongnya nggak kira - kira!'' Sha
Seperti biasa seusai kuliah Shakira langsung menuju sebuah restoran yang ada di sebuah mall kecil yang terletak tak jauh dari kampusnya. Shakira segera menuju ruang karyawan untuk berganti pakaian. Kini gadis itu telah berganti seragam pramusaji restoran. Shakira menyapa beberapa rekan kerja dan seorang manager restoran yang sangat mengenalnya dengan baik."Hai Shaki, apa kabar hari ini?'' Sapa manager Martin yang sedang duduk di sebuah ceruk ruang karyawan melepas kesibukannya dengan pembukuan yang ada di hadapannya."Baik pak Martin! Sangat baik!'' Jawab Shakira dengan antusias yang membuat lelaki bertubuh tinggi besar dan bertampang maskulin itu mengangkat wajahnya dari aktivitasnya menatap lembaran bon dan buku kas."Hei, ada apa? Sepertinya kamu sedang sangat bersemangat ya?!'' Pak Martin meneguk kopinya dengan senyuman khasnya yang membuat aura maskulinnya terlihat lebih ramah."Shaki kan memang selalu kelebihan energi pak! Seperti batere kelinci it
Ya Tuhan... Kumohon pertolongan Mu, selamatkanlah mama...Shakira mulai menitikkan airmata. Sekuat apapun dia jika sesuatu menimpa ibunya, ia akan hancur berkeping – keping.Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan ibunya yang kini sakit – sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian ayah Shakira yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga ibunya dengan benar.Dan kini ibunya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.Tidak! tidak ada waktu buat menangis! Aku harus kuat demi mama, apapun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan mama!Sumpah Shakira dalam hati memantabkan diri. Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemand
Shakira mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah."Nona sudah sadar?''Shakira menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang wanita muda yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu nampak antusias menyambutnya."Ini ... Dimana? Kamu siapa?'' Shakira mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh wanita muda yang memakai seragam seorang asisten rumah tangga itu."Aaah ini, ini di kamar anda nona. Dan saya Amelia, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan nona.'' jawab Amelia menunduk penuh hormat."Apa?'' Belum sempat Shakira bertanya lebih jauh, tiba – tiba seseorang membuka pintu.Cklek!Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggunnya.
Dengan perasaan malu, Shakira mengamati dirinya di depan cermin kamar mandi. Ia benar – benar melihat tanda bekas ciuman seseorang. Bukan hanya satu, ada beberapa di leher, pundak dan dadanya. Shakira merabanya, ada getaran aneh yang ia rasakan. Ia juga meraba bibirnya yang terasa lebih tebal dan bengkak. Pikirannya kembali melayang mimpinya semalam, sentuhan dan remasan. Ah tidak! Cumbuan dan ciuman itu! Ah sialan kenapa aku tak bisa melupakannya! Kamar siapa itu? Tapi tak ada siapa pun di sana? batin Shakira penasaran, lalu segera memakai baju yang ia dapatkan dari Amelia. Oh tidak! Apalagi ini? Kenapa sepagi ini harus memakai gaun resmi seperti ini segala? Shakira menggerutu dalam hati. Lebih – lebih potongan baju yang agak rendah itu tak bisa menutupi tanda merah di leher dan pundaknya. Ah sial! Sepertinya aku harus memakai syal tinggi untuk menutupinya. Aaahh tapi pasti akan terlihat aneh kan? Ini masih terlalu pagi! gerutunya dal
"Ada apa ini? Kalian sepertinya sudah saling mengenal, tapi kakek rasa bukan dalam keadaan baik. Apa itu benar?'' Kakek Othman memandang keduanya bergantian.Spontan Shakira menghela napas dengan kesal dan menceritakan kejadian saat pertama kali bertemu Axel, seperti anak kecil yang sedang mengadukan kenakalan kakaknya pada orang tuanya. Kakek Othman mendengarnya dengan antusias di selingi gelak tawanya menatap Shakira yang bersungut - sungut."Ya, mau bagaimana lagi. Axel lagi bosan kek. Apalagi saat tahu kalau dia pandai berkelahi, makanya Axel iseng sekalian saja,'' sahut Axel dengan santai sambil duduk di seberang kursi kakeknya."Iseng! Yang benar saja!'' Shakira bersedekap defensif dan memandang Axel dengan masam, akan tetapi laki – laki tampan berlesung pipi itu mengabaikannya dengan sikap santainya. Bahkan ia meneguk teh manisnya yang telah dingin."Iya kek! Coba kakek lihat sendiri, saat dia menghajar penjambret di jalanan, lalu mengh