Share

Donor Ginjal

Di luar jendela rumah sakit, tampak sedang turun hujan deras. Hujan yang seakan mengerti suasana hatinya yang tengah menangis. Yanti hanya bisa menatap ke arah jendela. Menatap kosong, matanya nanar terlihat penuh derita. 

  

Biasanya pada jam saat ini ia sudah kelaparan. Bawaan orang hamil mudah lapar. Tetapi, agaknya bayi dalam kandungannya mungkin mengerti dengan keadaannya yang sedang sedih. 

 

"Selamat siang, saya Pak Burhan dan ini Kamila istri saya. Bagaimana kondisi Pak Lukman, apa sudah ada perkembangan?" tanya Pak Burhan.

Yanti menggeleng pasrah, air matanya tak berhenti turun dari pelupuk matanya. Ia melihat ke arah suaminya yang terbaring tak berdaya. 

 

Pria bernama Lukman itu berusaha menggerakkan tangannya, segera Burhan meraih tangan sahabatnya itu.

 

"Jangan banyak bergerak dulu," kata Burhan.

 

"Sudah tidak ada waktu." Lukman menyerahkan berkas pada Burhan.

Pria bertubuh kekar itu membaca tiap baris kalimat yang di tulis oleh Lukman sahabatnya.

 

"Kenapa kau lakukan ini!" "Kesehatanmu jauh lebih penting dari kesehatanku!" kata Burhan marah.

 

"Hidupku, sudah tidak lama lagi. Aku hanya ingin melakukan hal yang berguna," kata Lukman.

"Berjanjilah, jika anakku lahir maka kau akan menjaganya. Jika dia pria maka akan kau jadikan saudara anakmu, tapi jika anakku perempuan kau akan menjadikannya menantu," kata Lukman memohon.

 

Tanpa menunggu lama, Burhan langsung mengangguk setuju. Ia merasa hidup sahabatnya memang sudah tidak lama lagi. Tak terasa pria yang biasanya dingin itu mengeluarkan air matanya. Lukman memang bukan saudara kandungnya tapi perbuatan mulianya membuat Burhan terharu. 

 

Operasi berjalan dengan lancar, transplantasi ginjal berhasil. Hanya saja, setelah beberapa jam operasi berlalu nyawa Pak Lukman sudah tidak tertolong. Ia memilih menghadap Tuhan. Seseorang yang paling terpukul adalah Yanti. Dalam keadaan hamil tua sudah di tinggal mati suaminya.

 

Yanti berjuang keras membesarkan Angela tanpa dampingan seorang suami. Meskipun harta yang di tinggalkan melimpah, tapi Yanti juga cukup kewalahan mengurus perusahaan yang di tinggalkan suaminya. Ia bersusah payah bagaimana mempertahankan kondisi perusahaan agar tetap stabil.

 

Dua puluh empat tahun telah berlalu, kini Angela sudah beranjak dewasa. Ia menjadi sosok gadis yang berparas cantik, memiliki kulit yang putih bersih dan tubuh ramping semampai bak seorang model profesional.

Angela jatuh cinta pada Yohan teman semasa kuliahnya dulu. Yohan bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai manajer pemasaran. Sepulang kerja Yohan selalu mengajak bertemu Angela untuk sekedar makan atau hang out bareng.

 

 

Selama ini Angela tidak tahu jika nasibnya di tentukan dengan perjodohan yang di buat kedua orang tuanya. 

 

Ia enjoy saja dengan dirinya, pacaran, dan melakukan aktivitas yang di sukainya tanpa beban. 

Namun setelah mendengar bahwa sebentar lagi akan ada seorang laki-laki yang meminangnya. Bukan rasa bahagia yang memenuhi hatinya, melainkan baginya itu merupakan awal petaka.

Gadis mana yang mau menikah dengan pria yang tidak ia cintai, apalagi Angela sudah memiliki seorang kekasih hati yaitu Yohan. Pernikahan apa yang akan ia jalani tanpa landasan cinta. Dan siapa itu Verrel? Angela hanya berharap setelah menikah dengan Verrel ia segera bercerai.

 

Bukankah yang penting ia memenuhi perjanjian itu. Di dalam surat itu tertera mereka harus menikah dan menjadi suami istri. Tapi tidak tertulis berapa tahun mereka menjalani sebuah pernikahan. 

 

Sebuah ide terlintas di benak Angela, ia tidak ingin kehilangan cintanya. Tapi ia juga tidak ingin mengecewakan mamanya. Sepertinya, ia perlu membuat kesepakatan dengan pria itu.

 

**

 

Di sebuah restoran ternama seorang pengusaha tampan sedang berdiskusi dengan wanita cantik yang tengah menikmati kudapannya. Ada rasa khawatir yang memenuhi hatinya.

 

"Helen, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Verrel ragu.

 

Ia mendesah perlahan mengatur cara duduknya.

 

"Ada apa sih, kenapa kau jadi aneh seperti itu?” tanya Helen.

 

"Perlu kau tahu sebentar lagi aku akan menikah,” kata Verrel.

 

 "Sayang ... kenapa kau tidak memberitahukanku. Aku belum mempersiapkannya," kata Helen senang.

 

 "Bukan denganmu ... tapi dengan wanita lain," kata Verrel.

 

"Apa!!" 

 

"Kau sedang berselingkuh? Menghamili anak gadis orang lalu di suruh bertanggung jawab!" tuduh Hellen.

"Pelankan suaramu," kata Verrel.

 

"Aku tidak berselingkuh, ini murni kemauan papaku. Aku tidak tahu jika sedari kecil aku telah di jodohkan dengan gadis lain,” terang Verrel.

 

Wajah Hellen berubah pias ia marah dengan keputusan Verrel yang mengabaikan perasaannya.

 

"Kau pembohong. Katanya kau akan menikahiku nanti, tapi kenapa kau malah menikahi wanita lain." Hellen menangis. 

 

"Jangan begitu sayang, aku juga tidak ingin hal ini terjadi. Tapi aku juga tidak bisa mengecewakan Papaku," terang Verrel.

 

"Lalu bagaimana denganku? Kau ... enak menikah dengan wanita lain, sedangkan aku_." Helen menangis sesenggukan.

 

"Kita tetap akan bersama. Aku tidak akan menyentuhnya. Pernikahan ini hanya kamuflase, setelah aku menemukan alasan yang tepat. Aku akan segera menceraikannya lalu menikah denganmu," terang Verrel.

"Benarkah? Lalu kapan itu akan terjadi?" tanya Hellen mengusap air matanya.

"Setahun, aku butuh waktu setahun untuk menceraikannya.”

“Tidak mungkin, satu bulan, dua bulan, aku menikah lalu bercerai. Karena nama perusahaan juga di pertaruhkan," terang Verrel.

 

"Janji ya, hanya setahun. Bagaimana kalau dia cantik, kau pasti akan tergoda olehnya," kata Hellen.

"Tidak akan ada yang bisa mengalahkan kecantikanmu, sayang," kata Verrel menggenggam jemari Helen.

 

"Sekarang aku lega, setidaknya kau tidak mengkhianatiku," kata Helen.

 

"Tentu saja tidak, hanya kau yang aku cintai,” kata Verrel berusaha meyakinkan Hellen. 

"Sebentar, aku akan membayar tagihannya terlebih dahulu." Verrel memberi isyarat pada salah seorang pelayan.

 

Setelah menyelesaikan tagihannya Verrel mengajak Helen berbelanja di Mall. Ia ingin menyenangkan hati wanitanya agar tidak resah memikirkan masalahnya.

 

"Verrel, aku ingin gaun ini," kata Helen manja.

 

"Ambil saja yang kau mau," kata Verrel. 

 

"Makasih, sayang. Kamu memang yang terbaik." Helen merangkul Verrel.

 

"Kamu pilih-pilih dulu bajunya. Aku mau ke sana sebentar untuk beli minuman dingin," ucap Verrel.

"Okey, sayang," jawab Helen. Ia di sibukkan dengan baju-baju indah di hadapannya yang terpajang di etalase.

 

Verrel berjalan ke arah lantai satu bagian supermarket yang menyediakan keperluan sehari-hari. Ia mencari minuman dingin untuk menghilangkan dahaganya. Perhatiannya tertuju pada seorang gadis yang tengah kesulitan mengeluarkan kain blousenya yang tersangkut di besi troli. 

 

Ia merasa kasihan, gadis itu terlihat panik.

 

"Bodoh, kenapa hal seperti itu tidak meminta tolong pada orang lain," batin Verrel.

 

 

Verrel melangkah mendekatinya.

 

"Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Verrel sopan.

 

 

"Eh, tidak. Iya, kain blouse terangkut sedikit. Tapi ... biar aku betulkan sendiri saja,” kata gadis itu.

 

 

Verrel diam, ia ingin menolong tapi si empunya malah tidak mau di tolong.

 

 

"Maaf," Verrel memaksa dirinya membantu gadis itu. Menarik kain blouse itu perlahan tapi malah robek.

 

"Oh, maaf ... bukan maksud saya_"

 

Gadis itu wajahnya memerah karena malu. 

 

Buru-buru Verrel melepaskan jaketnya untuk menutupi blouse gadis itu yang telah robek.

 

"Pakai saja," kata Verrel seraya bergegas pergi karena sudah mendapatkan minuman ringan yang di inginkannya.

 

Gadis itu bingung, ia melihat jaket yang tersampir di pundaknya.

 

"Orang aneh." 

 

----Bersambung---

Komen (3)
goodnovel comment avatar
NHARMYLoveBTS7
kayaknya seru banget ini cerita ,siap melanjutkan cerita
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
kelitanya cerita nya menarik ,tapi kenapa lagi lagi wanita jadi korban lagi
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
menarikkkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status