Angela masih memakai jaket yang diberikan oleh pria yang baru saja di temuinya. Lalu muncullah Yohan, sedang membawa beberapa barang yang sudah di pilihnya untuk di masukkan ke troli yang sedang di dorong Angela.
"Ada lagi yang kamu perlukan?" tanya Angela.
"Bagaimana kalau ini?"goda Yohan memegang satu pack kondom.
"No ... no ... no, letakkan kembali di tempatnya," cegah Angela.
"Aku juga hanya bercanda sayang," kata Yohan cengengesan.
"Oh, ya. Jaket siapa yang kau pakai?" tanya Yohan.
"Oh ... ini, jaket teman," kata Angela gugup.
"Tapi ... tadi kau ke sini tidak memakai jaket, sayang," kata Yohan."Dia ... baru saja mengembalikannya. Kami tidak sengaja bertemu tadi," kata Angela berusaha berbohong.
"Ooh, kalau begitu lepaskan jaketnya. Kamu kelihatan gemuk jika memakai jaket itu," ucap Yohan.
"Di sini sangat dingin, aku tidak kuat AC- nya," kata Angela beralasan lagi.
Ia tidak mungkin menunjukkan pada Yohan jika bagian blouse yang di pakainya ada yang robek."Ya, sudah. Kita pulang dulu ke apartemenku," kata Yohan."Baik sayang, aku nanti akan memasak yang spesial untukmu," kata Angela.
"Tidak usah sayang, hari ini kau sudah cukup lelah mengantarku berbelanja, kita pesan makanan saja," kata Yohan.
"Terima kasih sayang," ucap Angela.**Sesampainya di apartemen Yohan bersama Angela mengeluarkan semua barang belanjaan mereka lalu membawanya masuk ke dalam kamar apartemen Yohan.
Ya, Angela memang selalu meluangkan waktu untuk belanja bulanan dengan Yohan. Ia selalu memikirkan apakah kebutuhan Yohan di apartemen tercukupi. Angela yang tinggal bersama Mamanya tentunya tidak pernah belanja untuk keperluan sehari-harinya, semua kebutuhannya sudah terpenuhi oleh Mamanya.
Angela membantu Yohan menata barang belanjaannya sesuai dengan tempatnya. Ia memang suka jika menata pernak-pernik segala macam kebutuhan Yohan. Sementara Yohan sibuk memesan makanan untuk mereka lewat aplikasi."Sudah selesai sayang? Atau ada yang perlu aku bantu?" tanya Yohan.
"Sudah," jawab Angela."Kau sedang apa?" tanya Angela melihat Yohan mengetikkan sesuatu di ponselnya."Memesan makanan buat kita," jawab Yohan."Oooh, baguslah ... kalau begitu aku buatkan minuman hangat dulu," kata Angela.Yohan menarik lengan Angela. Yohan menguncinya dalam dekapan. Ia bermaksud mencium Angela, namun tiba-tiba terdengar bunyi getar telepon dari sakunya."Maaf ... tunggu sebentar," kata Angela merogoh sakunya. Ia mendekatkan benda pipih itu di dekat telinganya.
Sementara Yohan mengendus leher Angela. Membuat gadis itu agak kelimpungan ketika menjawab suara penelepon.Selesai menelepon, Angela melepaskan diri dari pelukan Yohan.
"Mau kemana sayang?" tanya Yohan.
"Maaf, tiba-tiba aku di suruh pulang oleh Mama," kata Angela."Nanti saja gimana?" tanya Yohan. Ia masih ingin meneruskan hasratnya.
"Tidak bisa ...," katanya penting," jawab Angela.
"Maaf, ya sayang ... lain kali aku pasti ke sini lagi," kata Angela."Dah," kata Angela seraya mengecup kening Yohan. Sang lelaki diam mematung, karena jengkel ia menendang tempat sampah yang ada di ruangannya.
Yohan menghubungi seseorang lewat telepon. "Kesini sekarang! Aku membutuhkanmu," kata Yohan dengan nada tinggi.
Tak lama kemudian seorang pengantar makanan datang membawa pesanan Yohan. Ia langsung pergi sesaat setelah menyerahkan bungkus makanan pada pemesannya.Tapi bukan driver makanan yang di tunggu Yohan, melainkan seorang gadis seksi yang sekarang berdiri di ambang pintu kamarnya setelah driver makanan itu pergi.
Yohan langsung tersenyum nakal ketika yang di nantikannya tiba tepat waktu. Gadis itu menendang pintu kamar Yohan hingga tertutup rapat kembali. Ia meletakkan tas mungilnya di atas sofa, lalu ia duduk menyilangkan kakinya. "Kau merindukanku?" tanya Helen."Tentu saja sayang ...," kata Yohan langsung duduk di dekat Helen. Mereka langsung berpelukan. Helen yang hanya mengenakan dress model straples ketat bergelayut manja di dada Yohan.Tanpa basa-basi Yohan langsung melumat bibir Hellen, sementara Hellen naik ke atas pangkuan Yohan. Bibir mereka bertemu merasakan manisnya gairah yang meletup-letup di dada.
Yohan menghentikan aksinya ia lalu membopong Helen ke pembaringan. Di atas ranjang yang empuk berukuran king size, tidak tahu entah berapa kali mereka memadu cinta.Setiap kali Helen datang, mereka menghabiskan malam bersama. Bahkan seharian mereka bisa di kamar hanya melakukan kegiatan itu saja. Angela memang tidak pernah melakukan adegan ranjang bersama Yohan.Ketika Yohan merajuk, berbagai alasan di kemukakan Angela untuk menghindar agar tidak melakukan hubungan itu. Alasannya macam-macam sampai membuat Yohan jengah.
Hingga pada suatu ketika Yohan bertemu dengan Helen mantan pacarnya dulu waktu SMA. Di sekolah menengah mereka sudah pernah melakukan hubungan itu. Pada saat bertemu tanpa basa-basi Yohan menyatakan kerinduannya pada Helen. Gayung bersambut ... mereka sering melakukan pertemuan diam-diam untuk melakukan itu tanpa sepengetahuan Angela.Suara desahan yang saling bersahutan terdengar lirih ketika mereka saling bercumbu menikmati gejolak asmara yang sedang menggebu-gebunya.
Yohan menurunkan sedikit dress ketat yang di pakai Helen, ia menangkup dada Helen yang bulat sempurna. Tanpa basa-basi Yohan segera menghisap ujungnya. Terdengar erangan Helen yang membuat Yohan makin bersemangat menghisap puncak dada itu bergantian.Tangan kanannya meremas dada satunya sementara bibirnya masih asyik melumat ujung dada satunya.
Setelah puas menghilangkan dahaganya. Lidah Yohan bermain di bagian bawah Helen. Ia memainkan lidahnya di bawah sana hingga basah. Setelah di rasa cukup basah, Yohan mengecek dengan jarinya. Sontak membuat Helen mengerang keras, ketika jari Yohan bermain di lubang sensitifnya.Ia sudah tidak sabar lagi ... junior Yohan masuk ke dalam sana. Pasti sangat menyenangkan.
Yohan membuka sendiri celananya lalu ia melempar asal kemejanya, kini tubuhnya sudah tidak memakai sehelai benang pun.
Tanpa menunggu lama ia melesatkan miliknya menerobos masuk ke area sensitif Helen yang sudah basah.
Keduanya saling memacu mengeluarkan suara desahan -desahan yang mendayu-dayu. Tangan Yohan memegang kedua benda kenyal Helen seraya memompanya.Helen semakin menggila, ia selalu puas dengan Yohan.Mereka kemudian beralih posisi,
berbagai model gaya mereka lakukan untuk memuaskan pasangan. Tubuh mereka polos, sementara selimut dan seprei sudah acak-acakan. Yohan terus menggerakkan miliknya membuat Helen mendesah hebat.Lalu Yohan merapatkan tubuh Helen di dinding. Ia naikkan kedua kakinya di pinggangnya. Kembali ia menancapkan juniornya ke dalam area sensitif wanita itu. Ia pun kembali memompa Helen, sementara kedua tangan wanita itu merangkul leher Yohan. Sesekali Yohan menghisap ujung dada Helen secara bergantian.
"Aargh!!"
Keduanya merasakan klimaks bersamaan, cairan kental nan hangat berhasil menerobos masuk.
Tentu saja Helen sudah lihai dalam hal ini, ia sudah meminum obat kontrasepsi sebelumnya. Ia hanya sekedar bersenang-senang dengan Yohan, tidak ada sedikit pun niat membawa hubungan mereka dalam jenjang pernikahan. Karena yang di inginkan Angela adalah menikah dengan Verrel sang pengusaha kaya raya, tajir melintir dan memiliki ketampanan paripurna.---Bersambung---
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat
"Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,
Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar
"Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas
Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem