“Departemen penjualan adalah salah satu departemen terpenting dalam perusahaan.” Widia sengaja menyindir Sinta pada setiap pertemuan rutin, “Ada orang yang memang tidak berbakat dalam penjualan, lebih baik tidak menempati posisi ini dengan memberikan kesempatan pada orang lain yang lebih mampu!”“Perusahaan kita bukan tempat untuk makan gaji buta, jadi sebaiknya kalian mengetahuinya. Seperti orang yang tidak mendapat pesanan satu pun dan hanya bisa mendapatkan gaji pokok saja, benar-benar harus mempertimbangkan arah tujuannya kelak!”Sinta menundukkan kepalanya dan mengerutkan keningnya sepanjang sore itu.Setelah melewati hari yang berat dan melelahkan itu, akhirnya Sinta pulang kerja. Begitu sampai di rumah, Sinta melihat Dani duduk ongkang kaki di sofa sambil memandangi ponselnya. Dani tampak seperti seorang taipan. Sinta masuk ke dapur, meja dapur masih kosong melompong, bahkan saat dia hendak meminum seteguk air hangat pun tidak ada.Semua kekesalan yang Sinta pendam sepanjang har
Sebelum Sinta sempat menolak usulan tersebut, dia sudah diseret keluar rumah oleh Dani.Dalam perjalanan, Sinta tidak mengatakan sepatah kata pun, dalam benaknya dia memikirkan masalah gajinya yang kecil itu, apakah cukup untuk bayar tagihan makanan.Sinta mengintip Dani, membayangkan kalau selama ini kehidupan Dani hidup terisolasi dalam kemiskinan, jadi Dani mungkin saja tidak tahu restoran mana saja yang ada di Kota Semarang?Sesuai dengan kemampuan konsumsi Dani, mungkin warung di pinggir jalan saja sudah bisa mengatasinya.Apalagi ada beberapa warung yang memang bisa bebas menambah nasi putih tanpa batasan, jadi seharusnya cukup untuk dimakan Dani.Sinta menundukkan kepalanya dan tersenyum.Sejak menikah, Sinta selalu menghemat, terutama pengeluaran yang bersifat konsumtif, dia biasanya membeli sayuran yang harganya paling murah untuk memasak. Dia pernah mendengar dari seorang pelayan tua keluarga Wijoyo kalau hal yang paling menakutkan bagi para pasangan muda adalah kehilangan ga
Wajah Sinta berubah dan jantungnya berdebar-debar seperti memainkan drum.Apakah Dani menemukan sesuatu?Apakah dia mendengar orang lain mengatakan sesuatu, misalnya keluarga Wijoyo menggunakan anak perempuan di luar nikah sebagai pengantin pengganti? Mengatakan wanita yang dinikahi Dani adalah Santi yang palsu, bukan putri semata wayang keluarga Wijoyo?Semua pria memiliki gengsi tersendiri, mereka pasti berharap bisa menikahi wanita dari kalangan berada, berparas cantik dan berkulit putih bersih, dari pada wanita seperti dirinya.Sinta sedikit menundukkan kepalanya, kedua tangannya menggosok ujung tepi bajunya dengan gelisah.Sinta berusaha meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak bisa mengakuinya apapun yang terjadi, tetapi Dani pernah dijeblos ke penjara karena berkelahi ....Kalau Dani mempermasalahkannya, sulit diprediksi masalah apa yang akan ditimbulkan Dani nantinya. “Ah? Ceritakan apa?” Sinta menatap Dani dengan mata besar yang cerah, mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraa
Billy benar-benar tampak linglung sekarang.Keluarga Sanjaya mereka memiliki pengaruh besar di Semarang, tetapi bukan berarti perusahaan kecil yang hanya segede biji wijen ini bisa mereka telusuri. Apalagi kalau melacak dengan mengunakan jati dirinya, tidak dipungkiri hal ini pasti akan mengundang perhatian.Bagaimana kalau seperti yang terjadi pada kasus Hendra Wijoyo terakhir kali, ada orang yang salah paham padanya ....Billy berdehem dan berkata dengan senyuman canggung, “Kak Dani, tidak apa-apa aku mencari tahu, tapi aku katakan hal terburuk dulu. Kalau misalnya nanti ada orang yang membuat gosip dan mengatakan kalau aku berselingkuh dengan istrimu, kamu tidak boleh mempercayainya .... Aduh!”Sebelum dia selesai berbicara, kepalanya sudah dipukul Agus.Bulan kedua masuk kerja, Sinta mulai bekerja lebih keras. Sebenarnya dia juga memahami beberapa aturan dalam bertahan hidup ketika pertama kali masuk ke tempat kerja. Dia juga tahu bagaimana menghadapi Widia, saat wanita itu mempers
Jessika tidak tahan melihat Widya mempersulit Sinta di kantor, jadi dia mengajak Sinta keluar untuk mencari peluang bisnis dan memperkenalkan Sinta pada semua kliennya.Dia juga mengajari Sinta trik dalam negosiasi dan cara mendapatkan pesanan.“Kamu harus ingat kalau bisnis tidak dilakukan sekali saja. Kamu mungkin harus bernegosiasi sepuluh atau delapan kali untuk mendapatkan satu pesanan dan itu hal yang wajar.”Sinta sedikit mengangguk.“Di hari biasa, kita harus menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Setelah mengenal mereka, barulah mereka bersedia menandatangani dan memberikan pesanan padamu!”“Ya, aku mengerti itu.”“Tentu saja yang paling penting adalah ... kamu harus tebal muka dalam berjualan! Singkirkan rasa malumu dulu, baru kamu bisa mengisi perutmu! Mengerti?” kata Jessika sambil tersenyum.Sinta tersenyum seperti bulan sabit dengan mata besarnya yang indah. Pada saat ini, nomor pesanan mereka tampil di layar dan Sinta bergegas menuju ke meja counter untuk mengambil maka
“Kak Jessika, kamu tidak tahu.” Sinta tersenyum lembut, “Sebenarnya, dia memperlakukanku dengan sangat baik ….”“Baik?” Jessika mengangkat alisnya dan menunjukkan ekspresi tidak setuju.Pada hari kedua pernikahan, Sinta pergi untuk mengembalikan gaun pengantin tetapi dipermalukan oleh petugas, lalu Dani kesal dan membeli gaun pengantin termahal di toko dan meminta petugas itu untuk berlutut mengukur Sinta. Jessika sudah pernah mendengar cerita ini dari Sinta.Pada saat itu, Jessika merasa pria ini tidak bisa diandalkan, sombong dan sangat mudah tersinggung.Yang paling parah adalah pria itu menggunakan tabungan Sinta untuk bersenang-senang!“Sinta, jika menurutmu dia baik bagimu karena dia membantumu membalas kekesalanmu pada petugas toko pengantin itu dan menyerahkan seluruh harta leluhur padamu, maka kamu terlalu naif dan tidak terlalu memahami makna pernikahan!”“Pernikahan itu membutuhkan dua orang untuk mengaturnya bersama, bukan kamu yang bekerja keras di satu sisi sendirian, tap
Dani sedang duduk di rooftop, area ruang terbuka di lantai teratas Hotel Grand Imperial, rokok di sela-sela jarinya hampir terbakar habis. Permukaan laut tampak berkilau-kilau memandang dari di kejauhan, burung laut berputar-putar di atas langit dan layar putih bertitik, pemandangannya terlihat sangat indah untuk disaksikan.Telepon di atas meja bergetar, itu adalah sebuah pesan transfer dana masuk, enam juta.Billy dan Agus saling memandang sambil tersenyum dan berkata sambil tersenyum lebar, “Kak Dani, kamu benar-benar beruntung! Kakak iparku tidak hanya cantik, tapi dia juga bersedia mengeluarkan uang untukmu, ha ha ha!”“Ini pertama kalinya kamu menghabiskan uang seorang wanita sejak kamu tumbuh besar, 'kan? Bukankah ini sangat menyenangkan?”Dani melirik Billy dan mengembalikan ponselnya ke tempat semula dengan tenang.Meski wajahnya tanpa ekspresi, ada kehangatan di hatinya.Dia tidak menyangka Sinta benar-benar akan mentransfer uang tersebut, Dia menghitung kalau Sinta hanya ada
Dani membungkuk untuk mengambilnya.Tekstur kapas yang lembut dan aroma tubuh yang samar tiba-tiba memberinya perasaan yang aneh.Itu adalah pakaian dalam Sinta, model polos yang sangat sederhana.Dani melengkungkan bibirnya.Dia mengecap bibirnya, tenggorokannya kering, dia tersadar kembali dan bersiap memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci, Saat itu terdengar ketukan di pintu, diikuti oleh suara seorang wanita dari luar.“Dani, kamu di rumah tidak? Huh, aku minum terlalu banyak air sore ini, aku kebelet, aku perlu ke kamar mandi ....”Tiba-tiba keempat mata itu bertemu.Keduanya tercengang.Sinta menatap Dani dengan heran, lalu melihat ke bawah, dia melihat keranjang cucian di sampingnya, tumpukan cucian, mesin cuci dengan pintu terbuka dan ....Sinta menjerit dan seketika wajahnya bagai kepiting rebus, memerah sampai ke pangkal telinganya.“Apa yang kamu lakukan dengan ini!” Sinta bergegas maju dan dengan cepat mengambil celana dalamnya dari tangan Dani dengan malu.Dani juga sediki