Share

Bab 8 Kuli

Senyuman Sinta tiba-tiba membeku, ada sebekas kesedihan yang muncul di hatinya.

Ucapan Jessika memang benar, pernikahan ini adalah masalah seumur hidup, dia tanpa berpikir panjang langsung menerima tawaran pernikahan ini. Dia bahkan belum pernah pacaran. Bukankah ini termasuk mempertaruhkan kebahagiaan Sinta untuk seumur hidup?

Akan tetapi ....

Sinta menyesap bibirnya dan tersenyum lembut di telepon, "Tidak setragis itu, deh?"

Sebenarnya aku juga ingin berterima kasih pada Dani. Jika bukan karena dia menikahiku, aku juga tidak akan mendapatkan enam ratus juta ini.

Asalkan penyakit ibunya membaik, adiknnya bisa giat belajar dan hidup dengan baik, semua ini sudah merupakan kebahagiaan terbesar Sinta.

"Sudah yah, kita ngobrol lagi nanti!" Sinta buru-buru ingin menyelesaikan panggilan itu dan berkata, "Hari ini, aku pulang untuk mengambil uang, nanti setelah aku mendapatkan uang itu, aku akan memberitahumu kabar baik ini."

Sinta menutup ponselnya dan memasukkannya kembali ke ranselnya. Tak lama kemudian, dia pun berada di pusat SCBD Semarang. Dia berdiri di pinggir jalan, menatap berbagai jenis kendaraaan yang lalu lalang, tiba-tiba dia merasa asing dengan tempat ini.

...

"Aduhai, adikku sudah kembali!" Terdengar suara melengking Santi Wijoyo yang seperti sedang mengejek kedatangan Sinta. Santi berjalan turun dari tangga dan dengan angkuh dia melirik Sinta dari ujung kepala hingga kaki dengan ekor matanya.

Entah bagaimana Sinta melewati hari-harinya selama beberapa hari terakhir ini?

Begitu memikirkan orang yang dinikahi Sinta adalah preman kampung yang dikenal miskin melarat dan tidak punya uang sama sekali, Santi pun tidak kuasa menahan rasa girang yang muncul.

Sejak kecil sampai mereka dewasa, Santi tampaknya tidak dapat menandingi Sinta.

Walaupun Sinta hanya memakai pakaian bekas Santi, tetap ada orang yang memuji Sinta cantik.

Sinta memiliki kepribadian yang lembut dan semua orang senang mendekatinya.

Bahkan prestasi belajar Sinta juga jauh lebih unggul dibanding Santi.

Sejak kecil, Santi telah menganggap Sinta sebagai duri dalam dagingnya, meskipun Sinta tidak pernah berniat menyakitinya, Santi selalu mengambil setiap kesempatan dan segala usaha untuk mempermalukan Sinta.

Kali ini, Sinta menggantikan Santi menikah, sudah membantu Santi menyingkirkan Sinta. Akan tetapi Santi masih belum puas, dia ingin melihat Sinta hidup merana.

"Dik, bagaimana rasanya menikah?" Santi menarik tangan Sinta dan berpura-pura ramah menyambut kedatangan Sinta. Ada sesuatu di balik senyuman Santi, dia berkata, "Katanya orang dulu menikah atas perintah orang tua. Sebelum menikah, kedua pasangan itu bahkan tidak pernah bertemu satu sama lain .... Haha, pernikahanmu ini benar-benar klasik!"

Sinta tersenyum kaku, dia menarik tangannya dari Sinta dengan lembut.

Dia tidak memiliki kesan yang baik terhadap keluarga ini. Sinta hanya ingin mengambil uang yang dijanjikan itu dan segera pergi dari rumah ini. Kelak, dia sudah tidak punya ikatan apapun dengan keluarga Wijoyo ini.

"Dengar-dengar, Adik iparku suka berkelahi, dia bahkan pernah dijebloskan ke penjara beberapa kali." Mata Santi menjeling, bibirnya mencemooh," Jadi apa yang dia lakukan sekarang? Apakah dia punya pekerjaan yang layak? Jika tidak ada, bagaimana dia menghidupimu?"

"Kalau Adik Iparku susah menemukan pekerjaan, Kakakmu ini bisa membantunya, sih! Ehm, aku akan memperkenalkan beberapa pekerjaan yang baik padanya, misalnya menjadi kuli angkat batu di tambang atau jadi kuli angkut barang di dermaga. Pekerjaan seperti ini sangat cocok dengannya, 'kan? Kalau tidak, suruh dia datang ke perusahaan. Kebetulan ada satpam yang kehilangan seekor anjing, biarkan suamimu menggantikan dulu!"

Sinta mengangkat kepalanya dan melototi Santi.

Jantung Santi agak berdebar-debar, bukankah selama ini Sinta selalu tunduk padanya. Bahkan Sinta dicubit dan dipukul pun tidak melawan.

Akan tetapi, sorotan mata Sinta hari ini sedikit berbeda.

Sinta menghela napas dalam-dalam, dia melototi Santi dan berkata dengan tegas, "Meskipun suamiku punya kekurangan, itu tidak mempengaruhi kemampuannya untuk menghidupi keluarganya. Tak hanya itu, bahkan jika dia benar-benar ingin cari kerja, dia juga tidak perlu sampai datang memohon padamu. Pekerjaan layak yang kakak sebutin itu, siapkan buat calon Kakak Iparku saja."

"Kamu ...."

Wajah Santi langsung berubah, dia berkata, "Sinta, kamu ngomong dengan siapa, sih?

"Kenapa?" Sinta berkata dengan datar, "Kuli angkat batu di tambang, Kuli angkut di dermaga, dan menjadi anjing satpam ... bukankah semua pekerjaan ini, kakak merasa pekerjaan yang cukup bagus? Kamu meminta suamiku melakukan pekerjaan ini untuk membantu kami. Aku meminta kakak menyiapkan pekerjaan itu untuk calon kakak iparku, apa itu bukan termasuk menjunjung tinggi tali persaudaraan kita?"

Santi sangat kesal, dia belum pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Ternyata mulut Sinta juga sangat tajam.

"Hegh, pria semacam itu, kamu melindunginya seperti sangat berharga saja!"

Santi mengerling dan mencibir ke Sinta, lalu melenggok pinggangnya dan berjalan ke loteng, sambil berjalan sambil mendengkus, "Jangan pikir aku tidak tahu tujuanmu kembali hari ini ..., Hehe, tapi ayah tidak di rumah, sia-sia saja datang kemari!

"Apa kamu bilang?"

Jantung Sinta berdegup kencang, dia punya firasat buruk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status