Pas gagal ujian skripsi, pas juga Hanum memutuskan untuk magang lagi sebagai pelarian kegagalannya. Siapa sangka, baru sebulan magang, dia sudah membuat sebuah kesalahan? Tidak, bukan dirinya sebenarnya. Ini semua karena Hana-kakak angkatnya yang sudah menjadi pegawai tetap di sana mengkambinghitamkan dirinya. Alhasil, seluruh perusahaan menyudutkan dia yang telah dikira menilap uang klien sebesar 100 juta.
Dia pun dipanggil ke ruang pimpinannya."Aku tidak peduli!"Suara itu tegas dan dingin.Hati Hanum sudah berdegup kencang, padahal bos-nya masih duduk membelakanginya di balik kursi kerja. Namun, dia sudah takut saja.Hajin Pradanipa ... CEO perusahaan yang baru menjabat selama 2 tahun, tapi mampu membawa perusahaan mendapatkan keuntungan 2 kali lipat dan meluaskan volume produksi. Itu karena dia yang berdarah dingin dan tidak punya ampun. Ada prinsip tak tertulis sejak dia ada di sini.Asalkan kamu bisa menghasilkan uang, kamu selamat. Jika tidak, akan langsung di pecat.Jadi, semua karyawan yang pernah menghadapnya, baik untuk melapor atau hal lain pasti kena mental. Padahal, belum pernah ada yang benar-benar melihat wajahnya selama ini. Dia hanya berbicara di balik kursi kerjanya, tetapi tekanan yang dia buat sudah bisa membuat para karyawan kena mental.Apalagi jika karyawan yang dipanggil adalah mereka yang bermasalah, mereka pasti sudah menderita trauma berat setelah keluar dari ruangannya. Tidak peduli bahwa sebelumnya orang itu sudah loyal dan punya prestasi di perusahaan. Karena kinerja seorang karyawan adalah sekarang dan untuk masa depan, bukan kejayaan di masa lalu.Saat ini Hanum harus berhadapan dengan CEO kejam itu untuk meluruskan tentang hilangnya uang perusahaan. Akan tetapi, bagaimana dia bisa bicara dengan benar, jika belum-belum dia sudah gemetaran? Dengan sisa keberaniannya, Hanum pun berbicara. Dia tidak mau menanggung kesalahan yang tidak dia perbuat."Mohon maaf, Pak. Tapi, sungguh bukan saya yang menangani klien dari Salatiga itu. Yang berkonsultasi dan memproses pesanannya adalah Kak Husna, marketing dari divisi pertama. Jadi, saya tidak tahu juga bagaimana pelunasan untuk uang 100 juta itu bisa hilang. Saya-"Belum sempat Hanum menyelesaikan bicaranya, Hajin sudah menyahut lagi."Saya bilang, saya tidak peduli bagaimana ceritanya. Seseorang harus bertanggung jawab dalam masalah ini dan orang itu adalah kamu, Hanum. Namamu yang ada di surat order klien."Seketika Hanum kian bertambah gemetar dan deg-degan dengan fakta itu. Sungguh, begitukah kakaknya-Husna, menjebak dirinya?Dasar, sialan! maki Hanum dalam hati."Pak, bukan saya. Saya bersumpah. Saya juga tidak tahu bagaimana nama dan tanda tangan saya ada di surat order. Lihat penampakan surat order 100 juta saja saya tidak pernah."Hanum berusaha mengelak. Tangan Hajin kemudian melempar surat order ke mejanya tanpa membalikkan kursi. Dia lantas berkata,"Lihat sendiri!"Hanum hanya bisa terdiam dan mengeratkan giginya sembari melihat surat order yang ada stempel perusahaannya itu. Ini benar sungguh nama dan tanda tangannya. Tapi, bagaimana bisa?"Kalau kamu tidak buta, kamu pasti bisa melihat. Sebuatkan nama siapa yang ada di sana."Hajin berbicara dengan dingin sekaligus geram. Hanum menelan ludahnya dan dengan polos, nyaris pasrah juga."Itu nama saya, Pak ..."Seketika terdengar helaan napas yang keras dari Hajin."Jadi, kamu sudah mengakui kalau kamu yang bertanggung jawab dengan masalah ini, kan? Hanum Thana?"Deg! Deg! Deg!Jantung Hanum berdebar dengan tidak karuan karena takut. Apalagi setelahnya Hajin membalikkan diri dan menatapnya penuh intimidasi. Ternyata tidak sesuai bayangannya tentang CEO yang tua dengan perut buncit, Hajin justru menawan dengan tubuh yang sangat bidang. Namun, karena itulah Hanum jadi kian gemetar. Sebab tatapan tajam dari pria tampan dan mapan sungguh mengerikan."Apa Bapak akan memecat saya?" Hanum bercicit.Dia takut sekali dengan tatapan Hajin saat ini. Namun, di luar perkiraannya, Hajin justru memakinya."Kamu gila? Kamu menghilangkan uang perusahaan dan kamu berharap lepas begitu saja? Jangan mimpi! Di dunia ini tidak ada yang gratis, Nona!"Hajin mengetukkan tangannya di meja. Kaca yang menjadi pelapis atas meja membuat ketukan itu terasa seperti genderang di telinga Hanum. Dia kaget. Namun, dia lebih terkejut lagi saat Hajin bangkit dari kursi kerjanya lalu duduk di depan meja, tepat di sebelahnya. Tubuh Hanum langsung menegang, atmosfir di sekitarnya pun berubah panas. Tatapan Hajin sekarang seperti api yang siap menggoreng dan menghanguskan nyali Hanum.Kini, Hanum sudah tidak berani menatap bosnya."Lalu, apa saya akan dipenjara? Saya tidak punya uang sebanyak itu, Pak."Hanum berbicara dengan matanya yang mulai berkaca."Apa kamu takut dipenjara?" tanya Hajin."Memang ada orang suka dipenjara, Pak?"Hanum masih menjawab meski takut-takut. Dia bahkan menggeser tubuhnya lebih ke samping. Aura Hajin sungguh membuatnya seperti tertimpa beton, sangat tertekan."Jika ada pilihan lain, semua orang pasti lebih memilih untuk tidak tinggal dilapas," lanjut Hanum pelan.Di titik itu entah kenapa Hajin jadi tersenyum saat melihat Hanum. Dia menelusuri penampilan Hanum dari atas sampai bawah baru berbicara lagi."Kalau kamu tidak punya uang dan takut dipenjara, tapi tetap harus ganti rugi ..."Hajin menjeda ucapan pelan dan menyedekapkan kedua tangannya."Baiklah. Aku mau tubuhmu sebagai ganti uang itu."Deg!Seketika Hanum merasa jantungnya lepas dari tubuh dan dia kehilangan kemampuannya untuk bernapas sejenak."A ... Apa maksud, Bapak?"Suara Hanum bergetar dan gugup. Dia menutup tubuhnya sendiri dengan tangan dan dengan gerakan peralahan dia bangkit dari kursi lalu menjauh dari Hajin.Pria itu mendengus senyum dan menatap Hanum dengan remeh."Apa kamu sedang jual mahal? Padahal, kamu tidak punya apapun untuk ganti rugi selain tubuhmu. Ha, wanita zaman sekarang apa memang begitu?"Hajin menyibak rambutnya ke atas dengan wajah kesal.Hanum tidak tahan, tetapi dia juga takut."Saya ... perempuan berhijab, Pak. Gimana Bapak bisa mengatakan hal seperti itu?""Jadi, karena berhijab ... hutang tidak penting?" sarkas Hajin."Hanum, kamu harus realistis. Hidup terlalu lurus juga gak membawamu kemana-mana malah bisa hancur."Hajin lalu menegakkan diri."Hah, sudahlah. 10 juta untuk setiap pertemuan, setelah 10 kali bertemu, hutang itu lunas. Ini penawaran terakhirku. Kamu tahu, aku biasanya tidak sebaik itu sampai mau bernegosiasi, bukan? Jadi, pikirkan baik-baik. Mau hancur di tanganku atau hancurkan sendiri egomu."Hanum menatap Hajin kesal sekali. Mentang-mentang orang berkuasa, apa boleh dia merendahkan perempuan seperti bukan apa-apa?Hanum lantas keluar dari ruangan Hajin dengan cepat lalu menangis di toilet. Dia menangisi takdirnya yang sangat tidak beruntung. Namun, sepatah apapun dirinya sekarang, dia berjanji tidak akan menggadaikan dirinya dan keyakinannya pada Hajin.Itulah yang Hanum pikirkan sebelumnya.Siapa sangka karena suatu hal, Hanum akhirnya menghampiri Hajin lagi dengan kakinya sendiri?Hanum masih mematung di tempat saat Salsa menunjukkan foto dirinya dengan Hajin di sebuah hotel. Sementara itu terlihat Hajin masuk ke lobi dengan diikuti oleh seorang perempuan muda dengan blouse dan rok panjang modis khas seorang putri kaya. Dia adalah Yuna Sanjaya. Sudah sejak turun di depan gedung, gadis itu mengikuti Hajin. Namun, Hajin mengabaikannya sehingga Yuna merasa kesal. Dia pun menyentak dengan suara nyaring untuk menarik perhatian Hajin."Kak Hajin!"Namun, bukannya Hajin yang menghentikan langkah dan mulai memperhatikannya, orang-orang yang ada di lobi lah yang menatap Yuna, termasuk Hanum.Karena kesal tetap diabaikan oleh Hajin, akhirnya Yuna pun berbicara dengan sembarangan."Kak Hajin, apa kamu benar-benar mau mengabaikanku seperti ini? Apa kamu gak keterlaluan? Aku masih 19 tahun dan kehamilan tanpa pernikahan adalah hal yang sulit. Kamu benar-benar mau tega sama aku kayak gini? Kakak ..."Suara Yuna menjadi parau di akhir.Sementara itu semua orang menjadi tercen
Hanum benar-benar makan malam di luar dengan Hajin. Usai menyelesaikan makannya, Hajin berbicara dengan Hanum. "Besok, kita ke dokter, periksa." Hanum hanya mengangguk dengan senyuman. Sejujurnya dia merasa sangat lega karena sudah memberitahukan tentang kehamilannya pada Hajin. Apalagi respon Hajin juga cukup baik. Hati Hanum menjadi sangat tenang saat ini. "Hm, mau jam berapa? Kalau ke rumah sakit kan biasanya lama. Mau izin kerja?" Hanum memastikan. "Agak siang.""Okay."Setelah menjawab dengan cepat, Hanum kembali melihat meja makannya dan ingin membawa pulang dessert dan cake."Bapak, aku mau dessert sama cake buat dimakan di rumah." "Ya, boleh."Hajin lantas menekan tombol di meja dan seorang waiterss menghampiri mereka. Hanum menyebutkan makanan-makanan yang ingin dia pesan untuk dibawa pulang. Bersamaan dengan itu, ponselnya menyala. Sebenarnya sudah sejak tadi, panggilan dari orang yang sama itu masuk, tetapi Hajin malas mengangkatnya. Ini bukan telefon dari Yuna, mela
"Ada apa? Kamu sama Bi Inah kok ngelihatin aku kayak gitu?"Tingkat kepekaan Hajin yang tinggi membuat pria itu bertanya tanpa basa-basi. Hanum mengambil tangan Hajin untuk disalimi sebelum memberikan jawaban apa-apa."Ada yang mau ditanyain Non Hanum, Tuan muda."Akhirnya Bi Inah yang memulai obrolan. Hajin lantas duduk di samping Hanum. Bi Inah pergi untuk memberi ruang pada suami-istri itu."Ada masalah apa? Apa ada yang gangguin kamu di kantor? Atau Husna neror kamu?" Hajin bertanya seraya menatap Hanum yang menghindari matanya."Gak, bukan apa-apa. Gak ada yang gangguin aku kok." Hanum mengelak. Entah kenapa dia jadi ragu untuk mengungkapkan isi hatinya. Padahal, beberapa waktu lalu dia masih resah dengan sosok tunangan Hajin. Namun, setelah dia pikirkan kembali, Hanum merasa dia tidak perlu menanyakannya. Karena bisa jadi benar apa kata Bi Inah, Hajin saja tidak menganggap bahwa dirinya memiliki tunangan. "Katanya, di kamus cewek itu kalau gak ada apa-apa, artinya ada sesuatu.
Persidangan Husna atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Hanum berlangsung dengan gaduh. Pasalnya Husna mengelak tuduhan itu dan mengkambinghitamkan anak buahnya. Sampai-sampai bawahannya itu mengaku bahwa dialah yang berinisiatif mencelakai Hanum. "Ya, benar. Apa yang dikatakan Nona Husna, Pak Hakim. Saya yang melakukan kejahatan itu sendiri karena saya benci dengan Nona Hanum. Saya dipecat dari pekerjaan saya sebab Nona Hanum sehingga istri saya … istri saya meminta cerai dan keluarga saya jadi berantakan …"Hajin menghela napas kasar menyaksikan pria paruh baya itu memberikan pernyataan dengan suara gemetar. Seharusnya melihat gestur tubuh sopir itu, hakim meragukan pernyataannya. Namun, pengacara keluarga Thana berdalih bahwa sopir itu gugup dan ketakutan. Jaksa penuntut dari Hajin pun meminta penyelidikan lebih lanjut dan persidangan ditunda. Hajin segera keluar dari pengadilan setelahnya. Walaupun ada Arvin yang memanggil-manggil namanya, Hajin mengabaikan sepupunya itu be
Hanum tampil cantik dengan long dress berwarna sage. Baju dengan perpaduan kain tile yang elegan itu tampak membalut tubuhnya dengan sangat pas. Sedikit berlebihan menurut Hanum jika ini hanya untuk makan malam klien.Hanum pun bertanya pada sopir."Pak, tahu gak nanti aku sama Pak Hajin bakal ketemu siapa?"Edo, sang sopir pun menggeleng."Mohon maaf, Nyonya. Saya cuma disuruh Tuan buat nganterin Nyonya ke tempat tujuan. Soal bertemu siapa dan keperluan apa, saya kurang tahu."Hanum mengangguk pelan dan bersandar di jok penumpang."Baiklah, Pak."Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dalam keheningan. Sesampainya di depan hotel bintang 5, Edo membukakan pintu mobil. Hanum keluar dan langsung disambut oleh karyawan. Perasaannya agak aneh. Dia diperlakukan terlalu baik untuk ukuran pertemuan binis. Hanum jadi penasaran sebenarnya siapa klien yang akan dia temui bersama Hajin.Karyawan hotel mengantarnya ke restoran dan didapatinya Hajin sedang menunggu sendirian. Hanum pun memanggilny
Siang hari ini persidangan pertama antara Prana Packaging dan Artaya Packaging telah digelar. Meskipun agak riweh dengan bantahan-batahan oleh Arvin, pada akhirnya pihak Prana Packaging lebih memiliki cukup bukti atas hak milik produk bio nature.Tok! Tok! Tok!Terlihat hakim mengetok palu untuk memberikan keputusan."Baik, atas bukti-bukti baru yang diberikan oleh penggugat, Pengadilan akan mempelajari dan memverifikasi bukti tersebut. Jika terbukti bahwa Artaya Packaging telah melakukan plagiat atas desain dan peluncuran produk, pihak tergugat akan dihukum sebagai mana mestinya. Untuk itu keputusan persidangan hari ini ditunda."Mendengar ucapan hakim, Arvin mengumpat pelan. Sementara itu Hajin mendengus napas kemudian pergi setelah persidangan ditutup. Tanpa dia sangka, di luar gedung pengadilan telah berjajar para wartawan yang ingin menemuinya. Reyhan dengan sigap menghadang para wartawan itu. Namun, mereka masih tetap memaksa untuk mengajukan pertanyaan."Pak Hajin ... setelah l
"Pelan-pelan makannya, Hanum. Gak ada yang minta."Hajin mengingatkan sembari menyeka bibir Hanum yang belepotan saat memakan tteobokki. Hanum meringiskan senyumnya. "Habis enak, Pak. Bapak yakin gak mau?" tanya Hanum memastikan. "Lihat kamu makan aja udah kenyang ak-"Belum sampai Hajin menyelesaikan kata-katanya, Hanum sudah menyuapinya. Hajin sedikit terkejut, sedangkan Hanum hanya meringis. "Pedes ya, Pak?"Dia lalu mendekatkan minuman pada Hajin. Pria itu menelan makanannya kemudian minum."Gak terlalu," jawab Hajin dengan singkat."Mau lagi?""No."Hajin menggeleng. Hanum kemudian mengambil Bugoppangnya."Mau yang ini? Isinya kacang merah, pasti manis." Dia menawarkan. Hajin menggeleng kembali. "Buat kamu aja."Hanum kemudian mengerucutkan bibir dan mulai mengeluarkan kue yang masih panas itu dari wadahnya. "Ya udah, aku makan sendiri aja kalau gitu."Hanum lantas menikmati makanannya dengan gigitan sedang seperti biasa. Hajin hanya memperhatikannya dengan tatapan dalam se
Sinar blitz dan suara kamera memenuhi ruang konferensi pers yang diadakan oleh Yi Jin. Pria itu terlihat tampan dengan setelan jas formal yang mahal. Aktor Korea populer yang telah merambah ke Hollywood itu menggemparkan para fans dengan isunya yang akan berhenti dari aktivitas entertaiment. Dia dikabarkan ingin berfokus pada bisnisnya. Karena itu dia mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasi isu yang ada.Yi Jin tersenyum tanpa gugup di depan kamera. Dia juga melambaikan tangannya pada penggemar yang ikut datang hari ini. Sementara itu Hanum hanya bisa mengamati Yi Jin dari jauh dengan topi dan masker bersama Reyna.Sejak awal Hajin mengajaknya ikut ke Seoul bukan untuk menunjukkan Hanum pada publik, melainkan mengamankan wanita itu di sisinya. Jadi, hanya Hajin sendiri yang akan tampil di depan kamera hari ini. "Halo, saya Kim Yi Jin. Isu tentang saya akan berhenti dari dunia hiburan dan berfokus untuk bisnis saya memang benar."Yi Jin memulai konferensi persnya. Dia tetap tenang
"Bapak mau bicarain apa? Kayaknya serius banget?"Hanum bertanya di antara kegelisahan hati yang coba dia sembunyikan. Hajin kini sudah duduk di seberang sofa depannya."Minggu depan kamu harus ikut aku ke Seoul. Yi Jin bakal ngadain konferensi pers buat perilisan perusahaan mobil dan aku akan datang sebagai investor utama."Penuturan Hajin membuat keresahan Hanum hilang dan berganti rasa penasaran."Investor utama? Bukan owner?" Hanum memastikan bahwa dia tidak salah dengar."Ya, investor. Aku gak jadi pindah ke Seoul. Karena satu dan hal lain, aku mutusin buat ikut pemilihan suksesor ketua Prana Group."Seketika Hanum tercengang."Apa? Prana Group yang itu?" kata Hanum masih terkejut."Maksud Bapak, Bapak mau ikut perebutan posisi ketua grup?" lanjut Hanum berusaha meluruskan pikirannya.Hajin mengangguk dengan mantap. Hanum justru mengerutkan dahinya."Kenapa tiba-tiba?" Hanum bertanya, terlihat dia begitu khawatir pada Hajin."Bapak bilang gak mau terikat dengan Prana Grup lagi. T