MasukRowan terkejut dengan perkataan Alice yang terdengar naif baginya. dengan mudahnya wanita itu berkata demikian kepada seorang pria.
"Saya tidak bisa melakukan hal seperti itu kepada adik ipar majikan saya," ucap Rowan berusaha tetap tenang."Kita bisa merahasiakannya jika kamu mau. Jangan dijawab sekarang, jawab nanti saja. Aku harap kamu mempertimbangkannya. A–aku tidak berbohong dengan perkataanku, Kak," balas Alice dengan nada sedikit rendah dan tatapan wanita itu yang terlihat sendu.Lagi-lagi Rowan dibuat terdiam. Tentu saja ia ingin menolak tapi saat Alice memintanya untuk mempertimbangkan membuat Rowan sedikit berharap. Pria itu bimbang, ia berusaha untuk tidak terpengaruh tapi Alice selalu berhasil meruntuhkan sedikit demi sedikit batasan yang dibuat Rowan.Setelah perkataan itu, mereka berdua makan dengan canggung tanpa ada yang berani lagi memulai pembicaraan. Dari tadi Rowan berusaha memutar otak dan mencari kata-kata penolakan yanSarapan sudah siap. Anya meminta Lucas agar sarapan bersama sebelum pria itu pergi. Rowan yang sudah terbiasa dengan keadaan juga ikut sarapan. Dari tadi rasanya sangat canggung. Felix hanya diam setelah memperkenalkan Anya kepada Lucas. Adapun Rowan yang juga diam saat Alice secara terang-terangan selalu memandang ke arahnya. Lucas menyadari ada yang tidak beres dengan rumah tangga Felix. Mana ada seorang istri berbicara formal kepada suami, apa mereka tidak dekat? Pertanyaan seperti itu muncul dibenak Lucas. Felix mungkin berengsek, tapi sangat tidak masuk akal jika Felix menyia-nyiakan wanita secantik Anya. Lucas saja, tertarik dengan wanita secantik itu apalagi Anya sangat sopan dan terlihat berkelas.Felix sadar dari tadi Lucas mengawasinya seolah pria itu akan memburu banyak pertanyaan untuk Felix saat ia keluar dari siatuasi ini. "Sayang, bukankah sudah kubilang untuk berhenti berbicara formal. Orang yang tidak tahu pasti akan salah paham dan mengira hubungan kita tidak bai
Tak lama saat Lucas membicarakan tentang Rowan, pria itu datang dengan setelah jas kerja yang lengkap seperti biasa. Rutinitas yang tidak berubah, menjemput Felix untuk pergi ke kantor bersama. Felix mempercayakan Rowan dengan tugas itu, karena menurut Felix, jika memperkerjakan supir ia merasa kesulitan untuk menjelaskan. Rowan yang paling dekat, makanya ia akan nyaman memperkerjakan Rowan karena Rowan yang paling tahu tentang Felix. Rowan sedikit terkejut saat melihat ada Lucas di sana terlebih lagi, dia tampak dekat dengan Alice. Tawa Alice yang merekah sebagai bukti kedekatan mereka. Alice yang melihat kedatangan Rowan langsung berdiri dari duduknya. Wanita itu seolah kedapatan berkhianat padahal tatapan Rowan sekarang terlihat seperti biasa. "Kak Rowan, kapan kamu datang?" tanya Alice langsung menghampiri. "Barusan," jawab Rowan singkat dan padat. Lucas tersenyum dan langsung ikut menghampiri. "Kamu panjang umur. Kami barusan membicarakanmu."Rowan hanya membalas anggukan ka
Felix benar-benar menjamu Lucas dengan baik. Di ruang tamu, Lucas membahas banyak hal juga selalu menyindir Felix karena Felix tidak pernah sekalipun mengajaknya main lagi. Bagi Lucas itu memang wajar karena Felix sudah punya istri. Adapun Alice dari tadi hanya menatap sesekali ke arah Felix dan seorang pria yang duduk di ruang tamu. Poppy menjelaskan siapa pria itu padahal Alice tidak bertanya. "Dia itu dokter. Dulu sebelum Tuan menikah dengan Nyonya, Dr. Lucas sering datang kesini untuk mengajak main," ucap Poppy yang terlihat mengagumi Lucas. Alice hanya mengangguk. Pria yang ternyata bernama Lucas itu memang menarik bahkan sangat tampan tapi tetap saja, Alice tidak akan tertarik karena baginya Rowan tetap utama. Mengingat kejadian semalam membuat pipi Alice memerah. Dia dan Rowan resmi pacaran, semalam Rowan menerima permintaan Alice untuk berusaha menarik hati pria itu, bukankah itu berarti mereka kini pacaran? Tanpa sengaja Alice menoleh melihat Lucas yang ternyata juga mem
Pagi hari pukul 05.30Felix perlahan membuka mata berusaha untuk melawan kantuk. Ia harus segera bersiap-siap. Pria itu menoleh melihat Anya uang masih tertidur lelap di sampingnya dengan alis sesekali mengerut seolah ada sesuatu yang mengganggu wanita yang tertidur itu. Sentuhan Felix di pipi Anya membuat wanita itu melenguh membuat Felix mengukir senyum. Akan tetapi senyum Felix memudar saat lenguhan itu tidak terdengar lucu lagi baginya. Anya terlihat meringis kesakitan dengan posisi meringkuk memegangi perutnya. Melihat itu Felix langsung bangun dari baringnya. Betapa terkejutnya Felix saat melihat ada darah di spray dan juga di selimut. Felix berusaha berpikir keras dan pria itu menyalahkan diri karena tadi malam ia melakukannya dengan kasar dan dia mengakui hal itu. "Sial! Aku tidak mungkin melukai area itunya 'kan?" Felix bertanya-tanya. Felix dengan cepat menelpon temannya yang seorang dokter. Tentu saja Felix tahu akan dijata-katai tapi ia tidak punya pilihan lain selain
Rowan terkejut dengan perkataan Alice yang terdengar naif baginya. dengan mudahnya wanita itu berkata demikian kepada seorang pria. "Saya tidak bisa melakukan hal seperti itu kepada adik ipar majikan saya," ucap Rowan berusaha tetap tenang. "Kita bisa merahasiakannya jika kamu mau. Jangan dijawab sekarang, jawab nanti saja. Aku harap kamu mempertimbangkannya. A–aku tidak berbohong dengan perkataanku, Kak," balas Alice dengan nada sedikit rendah dan tatapan wanita itu yang terlihat sendu. Lagi-lagi Rowan dibuat terdiam. Tentu saja ia ingin menolak tapi saat Alice memintanya untuk mempertimbangkan membuat Rowan sedikit berharap. Pria itu bimbang, ia berusaha untuk tidak terpengaruh tapi Alice selalu berhasil meruntuhkan sedikit demi sedikit batasan yang dibuat Rowan. Setelah perkataan itu, mereka berdua makan dengan canggung tanpa ada yang berani lagi memulai pembicaraan. Dari tadi Rowan berusaha memutar otak dan mencari kata-kata penolakan yan
Anya terdiam saat mendengar perkataan Felix yang begitu menusuk. Mood pria itu berubah buruk lagi padahal Anya tidak melakukan hal yang melewati batas sampai harus merusak mood seseorang. "Maafkan saya," ucap Anya dengan nada rendah. Anya hanya sakit perut dan tidak berani mengatakannya lagian Felix mungkin tidak akan peduli padanya. "Lakukan dengan benar!" pinta Felix dengan ekspresi wajah yang masih datar. Anya mengangguk pelan dan mulai menyentuh lembut pipi Felix. Wanita itu perlahan mencecap dengan pelan akan tetapi Felix membalasnya dengan kasar. Napas Anya mulai tidak beraturan saat Felix turun menikmati area leher wanita itu. Ia bahkan sengaja membuatnya berbekas. dengan tergesa-gesa, Felix menggulung baju tidur yang dipakai Anya ke atas untuk membukanya membuat wanita itu gugup dengan hanya memakai dalaman yang senada. Felix menatap tubuh wanita yang masih berada di atas pangkuannya itu. Anya benar-benar seksi dengan tubuh semulus itu. 'Jika dibandingkan dengan Casey,







