Share

8. SENJATA TUMPUL

“Jadi malam ini ditraktir Anisa?” tanya seorang perempuan berambut panjang bergelombang, dia adalah Dina.

“Iya. Tapi aku pengin semuanya datang, ya. Males kalau ada yang absen, terus minta traktiran terpisah,” timpal Anisa.

“Mas mas bagimana? Bisa, kan?” tanya Dina, sambil menoleh ke belakang bertanya kepada para pria yang ada di ruangan itu.

“Aku absen dulu sekarang. Adikku datang,” kata Candra, yang sedang sibuk merapikan berkas dan memasukan pada tas hitamnya.

Semua orang di sana kompak berdecak.

“Adik doang, kan? Emangnya adikmu itu masih bocah sampai harus disambut masnya?” cibir Faisal.

“Bukannya di rumah ada istrimu, Mas?” tanya Anisa.

Candra mengangguk.

“Ya sudah, adikmu itu biar jadi urusan istrimu saja. Lagi pula kita tidak akan sampai tengah malam, kok. Menolak rezeki itu tidak baik, Mas Candra,” imbuh Anisa.

Candra terdiam, dia mencoba menimbang. Kemudian dia merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Terdapat pesan dari Mitha, yang memberi tahu kalau Cakra sudah ada di r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status