Candra terlihat terkejut, saat mendapati sosok adiknya berjalan dengan bergegas menghampiri dirinya. Cakrawala, kini berdiri tepat di hadapan Candra. Mencoba berdiri di antara Candra dan Mitha. “Apa yang kamu lakukan pada Mitha?” todong Cakra. Jelas, di dalam kamar Cakra bisa mendengar pertengkaran rumah tangga kakaknya. Awalnya Cakra merasa tidak peduli dan tak ingin ikut campur. Karena dia sendiri merasa bersalah pada kakaknya. Namun, ketika Candra mulai meninggikan suara dan sampai berbuat kekerasan fisik pada Mitha. Sebagai laki-laki tentu saja Cakra tidak bisa tinggal diam.“Cih! Aku lupa kalau ada orang yang menumpang,” cibir Candra, “sudah anggap saja kamu tidak mendengarkan apa-apa. Dan jangan sekali-kali kamu mengadukan ini pada Mama,” ancam Candra.Mendengar perkataan sang kakak, yang terdengar angkuh dan tidak ada sedikit pun terdengar nada bersalah dari perkataannya. Membuat Cakra harus mendengus dan menggelengkan kepalanya. “Mana bisa aku diam saja. Mas, melakukan keke
Dada Mitha bergemuruh, saat mendengar pernyataan Cakra yang terkesan tidak sopan.“Kenapa aku harus menggugat suamiku?” tanya Mitha dengan tatapan membulat.Namun, reaksi Cakra nampak terkejut sekaligus bingung, dengan pertanyaan dari Mitha. “Lho? Bukankah semalam kamu meminta diceraikan pada Mas Candra? Kenapa sekarang kamu malah melemparkan pertanyaan seperti itu?” kata Cakra tak terima. Semalam Cakra mendengar dengan jelas pertengkaran mereka berdua. Cakra juga kini mengetahui alasan kenapa kakak iparnya itu belum terjamah oleh suaminya. “Kamu tidak tahu bagaiman sifat perempuan, ya. Mereka akan bertindak sebelum berpikir panjang,” ucap Mitha. Kalimat yang keluar dari mulutnya itu terasa dingin. Cakra hanya bisa mengerutkan kedua alisnya. “Sudahlah, Cak anggap saja semalam tidak terjadi apa-apa. Aku dan Mas Candra juga sudah baikan. Dia sudah minta maaf padaku dan begitupun sebaliknya,” papar Mitha. Alih-alih ingin menenangkan Cakra, agar dia tidak berpikir macam-macam tentan
“Mas, kamu tahu, hari Senin aku ada kerja paruh waktu di mana?”Seorang wanita bersurai panjang berwarna golden brown, sedang membelai perut lawan jenisnya dengan sangat nakal. Mereka sedang bersantai di sofa sambil menonton tayangan televisi. “Di mana?” sahut pria yang ternyata adalah Candra.“Aurora Foto Produk,” jawabnya sambil mengerlingkan pandangan pada pria yang ada di sampingnya. Seperti sedang menantikan respon orang yang ada di sampingnya. Untuk sesaat, Candra menghentikan aktivitasnya yang sedang memakan buah pemberian dari wanita itu. Kemudian dia menoleh dengan tatapan membulat. “Ngapain kamu kerja di sana?” tanyanya dengan nada bicara yang sedikit meninggi.“Aku menggantikan model yang seharusnya foto di sana. Lumayan, Mas duitnya. Satu jam aku dibayar 200.000 rupiah.” Candra langsung menarik punggungnya dari sandaran sofa. “Tidak usah. Memangnya uang yang aku berikan padamu kurang? Untuk apa juga kamu bekerja paruh waktu di sana, Keyza?”Intonasi bicara Candra sedi
“Halo, Ma?” sapa Mitha pada Rifah—ibu mertuanya.“Halo, Sayang. Apa kabar?” tanya Rifah dengan suara yang sangat terdengar ceria.Mitha tersenyum, ibu mertuanya ini memiliki aura positif yang seketika bisa menular pada dirinya. “Baik, Ma. Mama sendiri?” “Baik juga, Sayang. Kemarin katanya Cakra ke rumah? Maaf, ya adik iparmu merepotkan kalian di sana,” terang Rifah.Senyuman Mitha tiba-tiba menjadi kaku. Otaknya kembali memutar kenangan kelam antara Mitha dengan Cakra, yang kini sudah bisa ia ingat dengan jelas. Bahkan sensasi di malam itu juga masih membekas bagi Mitha. “I-iya, Ma. Tidak, kok, tidak merepotkan,” timpal Mitha. “Terima kasih, ya. Oh iya, kemarin Mama dapat arisan airfryer. Cuman kata koordinator arisannya, barang itu dikirim dari Jakarta.”Mitha mengangguk. Ibu mertuanya memang sering sekali mengikuti kegiatan arisan.“Nah, Mama emang niat kalau dapat arisan barang ini. Mama pengen kasih ke kamu. Soalnya kamu pasti butuh,” papar Rifah.Mata Mitha membulat, dia lang
Rasa cinta Keyza pada Candra begitu besar. Karena hanya dari Candra, dia diberikan cinta yang begitu besar. Keyza selama ini mendambakan sosok laki-laki yang bisa merawatnya bak tuan putri. Dan membutuhkan sosok laki-laki yang tidak peduli dengan latar belakangnya. “Ada. Pasti ada jawaban, tapi tidak sekarang. Aku pasti akan mencari cara bagaimana kamu bisa diterima oleh mama,” ucap Candra.Hal itu membuat hati Keyza menghangat. Setidaknya dia tahu kalau Candra memang masih akan dan terus memperjuangkannya. “Terima kasih, Sayang,” kata Keyza, seraya mencium bibir milik Candra, “apa kita lanjutkan ronde berikutnya?” godanya kemudian.Tidak ada serigala yang akan membiarkan mangsanya lepas. Candra segera menyesap bibir tebal milik Keyza. Kemudian tangganya kembali bergerilya di salah satu bukit kembar milik wanita yang sudah dia cintai sejak lama.“Mmhhh.”Keyza melenguh nikmat. Apalagi saat Candra mulai memilin puncak gundukan dadanya. Sentuhan Candra begitu candu dan menuntut. Tid
Bertanya sama dengan cari mati. Kiranya itu yang ada di pikiran Mitha. Alhasil dia pura-pura tidak tahu dan mengabaikan wangi parfum wanita yang sangat khas dan menempel di pakaian suaminya. “Hari ini pulang, kan, Mas?” tanya Mitha pada Candra, ketika suaminya itu sedang mengenakan dasi kerja. Sebenarnya tadi Mitha sempat ingin membantu memasangkan dasi itu. Akan tetapi, Candra menolak dan lebih memilih mengenakannya sendiri. “Pulang,” jawab Candra singkat. Mitha mengangguk, “Mau aku masakkan apa?” tanyanya. Candra berbalik, lalu dia meraih parfum miliknya yang ada di meja rias. Candra menyemprotkan parfum itu sebanyak tiga kali. Wangi rempah kini menguar di kamar mereka. Mitha bisa merasakan aroma itu menusuk indra penciumannya. Sungguh berbeda dengan aroma yang kemarin Mitha cium dari pakaian yang baru saja dikenakan Candra. Kini pikiran Mitha kembali berkelana. Bagaiamana bisa aroma parfum wanita melekat dengan pekat di pakaian suaminya? Sebenarnya apa yang Candra lakukan da
Tidak salah lagi, ini adalah aroma parfum yang Mitha cium dari baju suaminya. “Adit, Mitha!” panggil Puspa, sambil melambaikan tangan.Mitha sontak menoleh ke arah Puspa. Di samping rekannya itu, sudah berdiri wanita dengan rambut panjang berwarna golden brown. Matanya besar, bibirnya diwarnai dengan gincu berwarna merah. Tak hanya itu, setiap bagian yang menonjol di badannya, terlihat dengan jelas.Mendadak hati Mitha menjadi mengecil. Melihat bagaimana fisik modelnya—yang ternyata mantan pacar suaminya. “Ini Keyza. Model yang hari ini akan difoto,” terang Puspa. “Keyza.” Wanita itu mengulurkan tangannya. Senyuman indahnya, membuat siapa pun yang melihat Keyza akan merasa hatinya bergetar.“Adit. Aku fotografer yang akan memotretmu hari ini. Dan ini Mitha, editor foto sekaligus asisten ku.”Adit menjabat tangan Keyza. Setelah itu bergantian, Mitha yang menyalami wanita itu. Terakhir Mitha bertemu Keyza, sebelum dirinya menikah. Keyza terlihat berubah—semakin cantik. Mitha seketika
Setelah berjam-jam menghabiskan waktu untuk foto season. Keyza kembali mengenakan pakaiannya. Namun, Keyza sempat terdiam. Pikirannya terbawa ke beberapa jam sebelumnya. Dia mencium wangi pakaiannya sendiri.“Tidak ada yang aneh,” gumamnya. Setelah memakai pakaiannya dengan rapi. Keyza pun keluar ruang ganti. Dia segera berpamitan pada pegawai yang ada di sana.“Untuk fee nanti aku kirimkan, maksimal lusa, ya, Mbak,” ucap Puspa.“Oke, Mbak terima kasih,” pungkas Keyza.Sebelum benar-benar pergi, Keyza menyempatkan untuk melirik ke arah Mitha. Untuk beberapa detik, pandangan mereka pun beradu. Mitha nampak melempar senyum, lalu Keyza membalasnya.Ponsel Keyza bergetar di balik celananya. Dia langsung merogoh saku dan mendapati pria yang dicintainya mengirimi pesan. Seulas senyuman langsung mengembang di bibirnya.Keyza segera keluar dari studio foto itu. Ia menuju sebuah mobil yang terparkir tepat di seberang rumah yang baru saja ia pijaki.“Kamu sudah pulang, Mas?” tanya Keyza setel