Share

Bab 6. Aku Ayana Birdie

Ayana tidak mau difitnah begitu saja oleh artis baru terkenal tersebut, dia harus menunjukan siapa dia sebenarnya kepada artis baru itu. Kebetulan dan sepertinya dewi fortuna baru saja berpihak kepadanya, Ayana harus beradegan dengan Briana secara langsung, di adegan tersebut menceritakan Ayana harus menunjukan rasa marahnya kepada Briana dan katanya amarah itu harus terlihat natural dan memuncak.

"Camera! Rol! Action!" teriak Pak Sutradara menandakan Ayana harus memulai keahliannya untuk berakting.

Ayana menatap kedua mata Briana dengan sangat tajam, dengan luka yang ada di wajah dan sekujur tubuhnya dia mulai menampar wajah Briana. Bepura-pura melayangkan tamparan keras tidak dilakukan oleh Ayana, dia melakukan tampan keras itu secara nyata dan membuat Briana benar-benar merasakan sakit dan perih di pipinya.

"Awh sakit," rintih Briana membuat pengambilan gambar kali ini gagal.

"Briana, seharusnya kamu jangan merintih kesakitan seperti itu. Tidak ada dialog 'awh sakit' di naskah!" komplain Sutradara.

"Tapi, Ayana menampar aku sangat keras, Pak."

"Mana mungkin, Ayana pasti paham perbedaan akting dan tidak. Kamu tidak mungkin menamparnya betulan kan, Ay?" tanya Pak Sutradara.

"Tentu saja itu tidak benar. Aku tidak mungkin melukai Artis baru yang katanya pandai berakting ini," jawab Ayana meledek.

"Ya sudah, ayo lanjutkan lagi!"

Ayana menghampiri Briana dan kemudian berbisik, "Kamu harus menerima pembalasan dariku, Bri. Kamu pikir aku akan diam saja ketika kamu memfitnahku, jangan mimpi. Kamu harus paham kalau dunia yang sedang kamu pijak ini sangat keras dan jahat, kamu tidak mungkin bisa mengambil simpati orang-orang dengan sikap murahanmu dan satu lagi aku Ayana Birdie tidak akan bisa kamu geser begitu saja."

"Apa?" kedua mata Briana membelalak kaget, dia tidak menyangka kalau Ayana yang selama ini dia kenal baik hati dan juga lemah lembut tidak jauh dari seekor singa buas yang haus akan darah.

Ayana menampar Briana dengan sangat keras membuat Briana kembali merintih kesakitan dan gambar yang harus di ambil kembali gagal. Adegan itu dilakukan secara berulang dan terilihat pipi Briana memerah, bukan di obati atau dihentikan adegan tersebut akan tetapi luka yang ada adi pipi Briana harus ditutup oleh make up untuk kembali melanjutkan adegan tersebut sampai mendapatkan gambar yang bagus.

"Ok good! Adegan ini selesai dan kami telah mendapatkan gambar yang bagus, tapi untuk Briana tolong berikan penampilan yang bagus untuk kami agar kami tidak mengulang secara terus-menerus adegan tersebut kamu harus ingat waktu yang telah kamu buang barusan. Katanya kamu pintar akting, tapi adegan seperti ini saja tidak becus! Tolong, ya," pinta Pak Sutradara, "sekarang kira beralih ke adegan selanjutnya. Siapkan dirimu Ay, ini akan menguras tenaga."

"Baik, Pak," jawab Ayana, "bagaimana tamparan dariku? Aku melakukannya pelan-pelan, bukan?" tanya Ayana meledek dan kemudian berlalu pergi.

"Sialan!" geram Briana kesal.

Di adegan kali ini semakin menyenangkan bagi Ayana karena dia harus melakukan penyiksaan kepada Briana dengan cara memukul, menendang atau mendorong tubuhnya dengan sangat keras. Ayana melampiaskan amarahnya kepada Briana di adegan tersebut secara natural dan nyata, semua orang banyak memuji akting Ayana di adegan kali ini karena terlihat amarah yang dia tunjukan terlihat nyata, padahal hanya Ayana yang tahu kalau yang dia lakukan di adegan kali ini bukanlah akting melainkan sedang menunjukan sosok dirinya yang sebenarnya.

"Sudah aku katakan, aku Ayana Birdie dan ini diriku," bisik Ayana kepada Briana dan kembali melakukan penyiksaan kepada artis menyebalkan itu di adegan tersebut.

"Ampun, ampun...," teriak Briana.

"Ok bagus! Ayana kamu boleh pulang, syuting hari ini cukup sampai disini dan tolong bersihkan wajah Briana," perintah Sutradara.

Ayana duduk di kursinya dan beristirahat sebentar, dia melihat ke arah Briana yang sedang terbaring kelelahan. Dia menyeringai puas atas apa yang telah dia lakukan kepada Briana kali ini, dia juga berharap Briana menyesal karena sudah mempermainkanya dan jangan sampai ada artis-artis baru menyebalkan seperti Briana kedepannhya.

"Kerja bagus, Ay," puji Septha sambil memberikan sebotol minuman kepada Ayana.

Ayana hanya tersenyum mendengar pujian itu, meskipun begitu Ayana merasa kasihan kepada Briana. Ayana tidak mungkin memulai semua itu jika Briana tidak memulainya duluan.

"Ayana melakukannya semua ini dengan sengaja?" tanya Asisten Briana sambil membersihkan luka yang ada di wajah Briana.

"Iya, dia melakukannya dengan sengaja dan bukan berakting."

"Aku akan melaporkannya kalau begitu."

"Tidak jangan, Ayana itu menyeramkan. Ternyata, dia tidak semudah yang kita kira," tahan Briana, "sekarang lebih baik obati luka ini."

***

Setelah menjalani adegan yang sangat melelahkan dan juga berbahaya, malam ini Ayana yang tahu kalau dia tengah mengandung harus memeriksaan keadaan bayinya ke Dokter Lingga, meskipun bayi tersebut adalah bayi yang tidak diinginkan tetapi Ayana takut ada hal buruk yang menimpa kepada bayi tersebut.

"Dok, bagaimana keadaan bayi itu, Dok?" tanya Ayana yang sedang berbaring di atas ranjang pemeriksaan.

"Bayinya tidak apa-apa, tapi aku sarankan demi kebaikanmu dan juga bayimu agar kamu bisa menjaga kesehatanmu dan jangan terlalu lelah apalagi stress," pesan Dokter Lingga.

"Tapi, aku tidak bisa begitu. Orang akan curiga jika aku diharuskan beradegan kasar dan berbahaya, tapi tiba-tiba aku menolaknya," jawab Ayana.

"Iya aku mengerti, susah juga. Bagaimana kamu sudah menemukan ayah dari bayi ini atau kamu sudah mengingat siapa pria itu?" tanya Dokter Lingga yang terlihat begitu mencemaskan Ayana.

Ayana menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "Belum, aku tidak ingat sama sekali pria yang meniduriku."

"Lantas apa rencanamu sekarang?" tanya Dokter Lingga, "jangan bilang kamu akan menggugurkan kandunganmu ini?"

"Tidak akan, Dok. Aku tidak mungkin berbuat dosa untuk yang ke beberapa ribu kalinya," jawab Ayana sambil turun dari ranjang, "ya sudah, aku pulang dulu," pamit Ayana.

Dua Minggu Berlalu

Hari ini tepat usia Ayana menginjak 29 tahun dan di tahun ini Ayana tidak ingin mengadakan acara ulang tahun yang mewah dan heboh seperti biasanya, kali ini dia tidak memiliki gairah untuk melakukan kegiatan apapun termasuk merayakan hari ulang tahunnya yang biasa diadakan di hotel mewah terkenal dengan mengundang artis papan atas lainnya.

Ayana terlihat sedang berbaring di atas ranjang dengan rambut yang tidak teratur, wajah yang pucat dan pakaian yang lusuh. Ayana memilih beberapa film yang ingin dia tonton, terlihat dari salah satu tangannya yang sedang memegang remote televisi dan menekan beberapa tombol. Ayana terlihat nyaman dengan kondisinya seperti itu, seakan bebas dengan make up tebal dan pakaian yang membuatnya gerah.

"Serius kamu enggak akan mengadakan acara ulah tahun, Ay?" tanya Hanna selaku Manager yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Ayana.

"Enggak ah, Mbak. Aku tidak akan merayakan ulang tahun, bagiku usia 29 tahun ini adalah usia yang paling sial. Jadi, untuk apa aku merayakan hari sial."

"Sial kenapa?"

"Mbak tahu kalau ibu meminta aku bertemu dengan seorang pria yang belum pernah aku lihat sama sekali dan akan menjadikannya suamiku?"

"Iya, Mbak tahu. Terus apa yang akan kamu lakukan?"

"Menuruti permintaan ibu. Apa lagi?"

"Serius? Kamu akan menikah dengannya dan meninggalkan semua pencapaian yang telah kamu raih selama ini, Ay?" tanya Mbak Hanna kaget dan sepertinya dia masih belum bisa kehilangan anak asuh menguntungkan seperti Ayana.

"Aku akan menikah dan bukan berhenti menjadi seorang selebritis," jawab Ayana singkat.

"Oh begitu. Ya sudah menikah saja, lagian aku dengar pria itu kaya raya."

"Iya sih, tapi jika tidak ada cinta diantara kami mau bagaimana?"

"Halah, zaman sekarang cinta itu tidak penting, yang penting duit, Ay," sahut Mbak Hanna, "ya sudah kalau begitu aku pergi dulu, aku akan memberitahu Wartawan alasan kamu tidak merayakan ulang tahun karena sedang sibuk."

"Ok terserah, atur saja sesuai yang Mbak inginkan."

Tepat pukul tiga sore ponsel Ayana berdering menandakan ada panggilan masuk, Ayana yang sedang tertidur tampak terganggu dan terbangun mendengar suara ponselnya itu. Dia langsung mengangkat telepon dari ibunya tersebut dengan mata yang masih terpejam.

"Iya Bu, ada apa?" tanya Ayana.

"Ayana, ibu harap kamu tidak melupakan persyaratan yang ibu berikan kepadamu beberapa hari yang lalu, dan sepertinya kamu masih belum bisa menggandeng pria manapun. Jadi, tepat pukul delapan nanti kamu harus mendatangi tempat yang ibu sebutkan dan kamu harus bertemu dengan pria yang telah ibu siapkan untuk menjadi suamimu," jelas ibu di balik sambungan telepon.

Ayana langsung membuka matanya kaget dan bertanya, "Apa? secepat ini, Bu? Padahal baru hari ini Ayana berusia 29 tahun lho, Bu."

"Ibu tidak mau tahu, pokoknya kamu harus datang dan dandan dengan cantik tanpa kurang sedikit pun!" ucap tegas Laras dan langsung mematikan ponselnya.

"Ya ampun, bisa gila aku! Apa yang harus aku lakukan agar perjodohan ini batal?" tanya Ayana bergumam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status