Share

Bab 7. Seorang Pengusaha Sukses

Sesuai dengan permintaan sang ibu malam ini Ayana bertemu dengan seorang pria pilihan ibunya yang akan dijodohkan dengannya. Pria tersebut tampaknya tahu kalau wanita yang akan di kunjungi adalah seorang selebritis terkenal, sehingga dia memesan tempat makan malam di sebuah ruangan VIP yang tertutup dan dijaga ketat oleh para petugas keamanan, tidak sembarangan orang bisa masuk di tempat makan tersebut yang tempatnya di hotel bintang lima yang berada di tengah kota Bandung.

Ayana terlihat berpakaian rapih, cantik dan anggun. Dia memakai midi dress berwarna hitam, sepatu high heels hitam dan tas merah tua yang elegan, tidak hanya itu dia juga memakai riasan wajah yang terlihat sexy terlihat dari warna lipstik yang dia gunakan berwarna merah darah.

"Nona Ayana Birdie?" tanya salah seorang pria berpakaian rapi berdasi seorang Manager Hotel.

"Iya, saya."

"Mari ikut saya, Nona," ajaknya dengan sangat ramah.

Tidak lama Ayana berhenti di depan sebuah pintu tinggi yang sudah ada dua penjaga di samping kiri dan kanan pintu tersebut. Manager Hotel tersebut membukakan pintu dengan sangat sopan dan berhati-hati, tidak lupa Manager itu selalu memberikan senyuman ramahanya kepada Ayana.

"Silakan masuk Nona, Tuan Diptha sudah menunggu."

"Terima kasih."

Ayana sudah tahu dari ibunya tadi siang kalau nama pria yang akan dijodohkan dengannya adalah Diptha Candhana. Dipta seorang pewaris utama di perusahaan yang kedua orang tuanya miliki, Ayana juga mendengar kalau hotel yang saat ini dia kunjungi adalah salah satu hotel milik keluarga Candhana, tidak heran jika dia diperlakukan dengan baik oleh para petugas hotel.

Sang selebritis itu penasaran dengan wajah Diptha Candhana karena selama ini hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat wajah Diptha. Banyak orang mengatakan kalau dia seorang pria yang tampan tapi, tidak sedikit juga orang banyak mengatakan kalau Diptha itu seorang pria yang jelek, katanya saking jeleknya Diptha tidak mau menunjukan wajahnya ke semua orang.

"Aku penasaran seperti apa wajah Diptha itu!" ucap Ayana dalam hati. 

Ayana melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Seketika kedua matanya membelalak ketika melihat seorang pria di hadapannya, pria tersebut menyambut Ayana dengan senyuman yang begitu ramah.

"Benar kata orang, dia jelek!" ucapnya kembali dalam hati, "masa iya ibu menjodohkan aku dengan pria seperti ini? Mana culun lagi!"

"Selamat datang Nona Ayana. Perkenalkan saya Chiko Andrian, saya Sekretaris Pak Diptha Chandana. Silahkan masuk."

"Ah i-ya," jawabku sedikit lega, "aku kira dia yang namanya Diptha. Gila aku harus masuk ruangan lagi, seberapa tertutup dan privasinya ruangan ini?" tanyaku heran dalam hati.

Setelah dibukakan pintu oleh Chiko, Ayana melihat seorang pria yang tengah berdiri di depan jendela besar berhiaskan beribu kelap-kelip lampu yang ada di luar sana. Dia berdiri dengan gagah membelakangi Ayana, dia tampak memasukan kedua tangannya kedalam saku celana miliknya.

"Dari postur tubuhnya keren, sih. Tapi, apakah akan sekeren wajahnya?" tanya Ayana.

Bagi Ayana wajah itu sangatlah penting karena itu akan mempengaruhi kehidupannya di masa depan, dia ingin memiliki anak yang cantik atau tampan pula agar dia bisa menjadikan anak-anaknya penerus Ayana di masa yang akan datang. 

"Saya datang, Tuan Diptha," ucap Ayana sambil berdiri dengan penuh percaya diri disertai dengan senyum indahnya.

Diptha berbalik dan berkata, "Akhirnya kamu datang juga, Ayana."

Seketika Ayana terpana dan terpesona melihat ketampanan Diptha, dia merasa tidak sia-sia menyetujui unuk menemui Diptha malam ini. Dari sekian artis pria yang beradu akting dengannya, baru kali ini dia melihat seorang pria yang tampan mempesona. Kulitya putih mulus, postur tubuhnya bak model, dan juga senyumannya begitu menenangkan.

"Tunggu, apakah pria setampan ini memiliki sikap yang baik pula?" tanya Ayana dalam hati, "fokus Ayana, kamu jangan terkecoh dengan penampilannya saja," tambahnya.

"Silahkan duduk," ajak Diptha menarik kursi yang akan Ayana duduki secara perlahan.

"Terima kasih."

"Anda mau pesan apa?" tanya Diptha, "saya dengar kalau Anda sangat suka dengan dengan wine, kebetulan saya sudah menyiapkannya untuk Anda."

Dua orang pelayan berseragam rapi dan lengkap menghampiri Ayana dan juga Diptha, mereka menyiapkan dua buah gelas dan satu botol wine. Awalnya Ayana tidak melihat jenis wine yang para pelayan itu siapkan, pandangannya masih terpaku kepada Diptha yang kini berada di hadapannya. 

"Petrus!" ujarnya kaget ketika melihat wine petrus telah tersaji di mejanya. Ayana yang semula anggun dan terlihat pendiam tiba-tiba berubah ketika melihat sebotol wine langka di dihadapannya, karakter anggun dan pendiamnya seketika hilang.

Sebagaian besar mengatakan kalau wine pertus ini memiliki keistimewaan tersendiri bagi penikmat anggur. Wine petrus memiliki harga yang sangat mahal, tidak hanya itu rasa dari wine ini memiliki rasa yang sangat berbeda dari rasa wine yang lain. Ayana juga mendengar kalu wine jenis petrus ini tidak banyak di produksi.

"Iya, ini wine petrus," jelas Diptha sambil tersenyum.

"Wine harga 14 miliar lebih Anda berikan kepadaku? Apakah Saya sangat spesial?" tanya Ayana.

"Tentu saja, Anda sangat spesial bagi saya. Minumlah, saya yakin Anda tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."

Ayana dan Diptha menikmati wine mahal tersebut dan beberapa hidangan lezat yang sudah tersaji di meja. Ayana dan Diptha banyak berbincang mengenai pekerjaan dan kegiatanan mereke sehari-hari, membuat mereka berdua semakin dekat dan menghilangkan rasa canggung di antara mereka terlihat dari panggilan yang mulai berubah.

"Ah iya aku lupa. Kamu ulang tahun hari ini, kan? Aku sudah menyiapkan hadiah untukmu, tidak bagus tapi aku harap kamu suka." Diptha mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam yang dibalut dengan pita berwarna emas.

"Apa ini?"

"Buka saja."

Ayana membuka kotak hadiah tersebut, dia begitu kaget ketika melihat sebuah kalung berlian yang indah terpampang nyata dihadapannya. Ayana tahu betul berapa harga kalung berlian itu, mungkin butuh satu bulan lebih dan bekerja tanpa henti untuk Ayana membeli kalung berlian tersebut.

"Ini untukku?" tanya Ayana bingung karena takut Diptha salah memberikannya.

"Iya, itu untukmu. Bagaimana kamu suka?"

"Tentu saja, ini sangat indah," puji Ayana dengan kedua matanya yang berbinar, "ini akan menjadi hadiah ulang tahun terindah selama hidupku."

"Biar aku pakaikan." Diptha mengalungkan kalung tersebut di leher indah Ayana, Diptha sedikit terkagum melihat pundah Ayana yang indah dan juga mulus itu.

"Terima kasih."

Melihat Ayana memakai kalau berlian itu tampak begitu cocok, kalung berlian itu tampak begitu indah ketika dipakai oleh Ayana. Diptha yang melihatnya pun tampak begitu senang, dia bangga karena hadiah yang dia berikan kepada Ayana tidak salah.

"Kamu mau langsung pulang?" tanya Ayana.

"Iya, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kenapa? Apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi setelah pulang dari sini?" 

"Tadinya ada, sih. Tapi, setelah aku dengar kalau kamu masih banyak pekerjaan, rasanya aku harus menundanya, deh."

"It's ok. Aku bisa mengerjakan pekerjaan itu nanti. Sekarang katakan kemana kamu ingin pergi?"

"Tidak, nanti saja. Sekarang lebih baik kita pulang saja, lagian besok aku harus pergi pagi karena ada pemotretan."

"Ya sudah, ayo aku antar kamu pulang."

Ayana dan Diptha satu mobil bersama, Ayana duduk tempat di samping Diptha. Ayana terlihat begitu canggung, dia merasa tidak nyaman duduk di samping seorang pengusaha sukses itu. Namun, Ayana sedikit tenang ketika melihat pemandangan di luar jendela sana. Ketenagan Ayana tidak berlangsung lama, dia kembali di buat berdebar ketika Diptha memulai pembicaraan.

"Ay, kamu tahu tujuan kedua orang tua kita mempertemukan kita seperti ini?" tanya Diptha.

"Iya, aku tahu," jawab Ayana singkat.

"Setelah kita bertemu dan banyak berbincang bersama. Apakah kamu akan menerima perjodohan ini?" taya Diptha.

"Menurutmu? Apakah aku pantas untuk dijadikan istrimu? Rasanya mustahil aku memiliki seorang pria seperti kamu, Dip. Aku hanya seorang selebritis yang mungkin penghasilanku tidak berarti apa-apa bagimu."

"Kamu sangat pantas untuk aku jadikan istri, Ay. Asal kamu tahu kalau aku tidak peduli mengenai penghasilanmu dan setelah menikah nanti, jika kamu sudah lelah kamu bisa berhenti kapan saja dari pekerjaanmu," jawab Diptha yakin, "jadi, apakah kamu akan menerima perjodohan ini?"

Ayana terdiam dia kembali teringat akan kehamilannya yang sudah menginjak enam minggu ini, dia takut keluarga Diptha dan Diptha sendiri tahu kalau dia tengah mengandung anak orang lain dan bukan anak kandungnya. Ayana tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada hidupnya jika rahasia itu terbongkar.

"Aku akan memikirkannya terlebih dahulu, aku harap kamu sabar menunggu jawaban dariku."

"Baiklah, aku akan bersabar menunggu."

Keesokan Harinya

Kecemasan Ayana untuk menerima perjodohan terbawa sama pagi, dia sangat menginginkan Diptha karena selain tampan, baik hati, Diptha juga kaya raya, Ayana pikir dia akan menjadi seorang suami sempurna untuknya. Namun, apa yang harus dia lakukan dengan kandungannya?

Ayana menceritakan semua yang terjadi kepada Dokter Lingga, hanya Dokter tersebut yang pasti akan mengerti keadaan hatinya. Ayana duduk berdampingan di rumah Dokter Lingga karena kebetulan hari ini Dokter Lingga tengah libur.

"Seharusnya kamu senang karena ada pria yang mau menikahimu, Ay. Apalagi dia seorang Diptha Candhana, semua orang tahu siapa dia," kata Dokter Lingga.

"Iya aku juga senang, tapi bagaiamana dengan kandungan ini, Dok? Bagaimana kalau mereka tahu mengenai kandungan ini?"

"Kamu tenang saja, kehamilanmu bisa aku rahasiakan. Jika nanti kamu menikah dengan Diptha, kamu bilang kalau kamu hamil dan mengandung anaknya."

"Tapi usia kandungan ini lebih dulu dari pada usia pernikahan kita nanti, Dok. Pasti keluarga Diptha akan curiga."

"Itu dia! Yang harus kamu lakukan setelah itu, melakukan pemeriksaan kehamilan hanya kepadaku dan jangan ke Dokter lain. Aku akan membantumu."

"Serius? Kamu akan bantu aku?" tanya Ayana senang.

"Iya. Kamu tenang saja, rahasia kamu akan aku jaga dengan baik."

Senang bukan kepalang, masalah Ayana berhasil diselesaikan dengan baik. Selain anak yang ada dalam kandungannya bisa memiliki seorang ayah, dia juga bisa mendapatkan bonus memiliki suami yang sempurna yang banyak diinginkan para kaum hawa. Pikir Ayana, hidupnya akan sempurna, hidupnya akan terjamin dan akan akan baik-baik saja. Akanakah berjalan seperti itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status