Share

Bab 8. Pernikahan Mewah

Ayana menyetuji perjodohan yang direncanakan oleh ibunya, dia bersedia menikah dan menjadi istri dari seorang pengusaha muda yang bernama Diptha Candhana berusia 32 tahun. Setelah menyiapkan beberapa persiapan pernikahan mulai dari gaun pernikahan, undangan, cincin kawin, hari ini Ayana Birdie akan dipersunting oleh seorang pria yang sangat dia sukai yaitu Diptha Candhana.

Pernikahan mereka berdua digadang-gadang akan menjadi sebuah pernikahan termewah tahun ini, hotel mewah bintang lima milik keluarga Candhana akan menjadi saksi terikatnya cinta kasih Ayana dan Diptha. Banyak orang yang mendukung pernikahan mereka, ada pula yang iri dan cemburu melihat dua insan cantik dan tampan dipersatukan menjadi satu. Banyak pria dan wanita yang ingin berada di posisi mereka saat ini.

"Ya ampun, Anda sangat cantik Nona," puji merias wajah dan rambut ketika melihat Ayana sudah siap menemui pangerannya yang sudah menunggu di depan sana.

"Terima kasih," jawab Ayana sambil tersenyum ramah.

Dengan memakai baju penganti adat jawa Ayana berjalan keluar dari ruangan make up untuk menemani Diptha yang sudah siap mengucapkan ijab kabul di meja sana. Semua orang tampak terpana melihat Ayana yang begitu cantik dan anggun, begitupun dengan Diptha yang kedua matanya tidak berkedip ketika melihat Ayana menghampiri dirinya.

"Kamu cantik sekali, Ay," puji Diptha sambil tersenyum.

Acara ijab kabul berhasil dilalui dengan lancar oleh Diptha dan Ayana, acara tersebut berlangsung dengan sangat khidmat dan penuh haru. Keluarga terdekat merasakan perasaan yang bercampur aduk, mereka ikut bahagia atas pernikahan Ayana dan Diptha dan berharap pernikahan yang akan mereka jalani bahagia selamanya.

Malam pun tiba rangkaian demi rangkaian pernikahan sudah berhasil dijalani oleh Ayana dan Diptha dengan penuh cinta, sudah saatnya mereka istirahat sebelum melanjutkan kegiatan esok hari, yang rencananya mereka akan berbulan madu ke Maldives. Mereka memilih beristirahat di Hotel yang sama dan pastinya Diptha memilih kamar yang paling mewah di hotel tersebut.

"Aku tidak menyangka kita akhirnya menikah, Ay," ucap Diptha sambil membuka satu persatu kancing jas dan kemejanya.

"Iya, pertemuan kita yang singkat membawa kita ke moment ini. Aku juga sama sekali tidak menyangka akan menikah di usia muda seperti ini. Aku berharap pernikahan kita bisa bertahan selamanya, Mas."

"Mas? Kamu memanggil aku apa?"

"Mas? Kenapa kamu tidak suka aku memanggilmu seperti itu?"

"Tidak, aku hanya kaget saja. Aku suka kamu memanggilku seperti itu." Diptha tersenyum serta tersipu malu mendengar panggilan barunya itu, membuat detak jantungnya berdebar dengan sangat cepat,

"Ada-ada aja kamu ini. Oh iya, sebelum makan malam aku mau mandi dulu, ya." Ayana berlalu begitu saja melewati Diptha yang berdiri di hadapannya.

"Kamu mau mandi sendirian? Enggak akan ngajak aku gitu?" tanya Diptha.

"Ih apaan sih, Mas! Enggak ah, aku malu." Ayana kembali melangkahkan kakinya dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Kenapa harus malu sih, sayang. Kita udah jadi suami istri, lho." Diphta mengikuti langkah Ayana dan ikut masuk ke dalam kamar mandi.

"Aaaaa Mas, jangan ih malu!" teriak Ayana.

Diptha tidak menghiraukan teriakan Ayana, dia terus menerobos masuk ke dalam kamar mandi sepertinya dia sudah tidak sabar untuk menikmati semua yang ada di dalam tubuh Ayana. Diptha tidak akan menyia-nyiakan sedikit pun malam ini untuk menikmati malam pertamnya dengan Ayana, dia tidak akan melepaskan Ayana dari genggamannya.

***

Sementara itu Arsenio yang sedang berada di Buenos Aires mendengar pernikahan Ayana hari ini, dengan jet pribadinya dia melakukan perjalanan untuk kembali ke Indonesia setelah beberapa bulan dia tinggal di Buenos Aires untuk bisnisnya. Dia membaca berita pernikahan Ayana yang ditulis beberapa penulis di sebuah artikel, dia melihat beberapa foto yang dilampirkan juga termasuk foto Ayana yang tersenyum lebar.

"Dia ternyata sudah menikah," gumam Arsenio sambil menyeringai.

Arsenio mengeluarkan kotak cincin berlian yang sudah dia siapkan di dalam saku jasnya, dia membuka dan mengusap cincin tersebut menunjukan betapa kecewanya dia ketika mendengar pernikahan Ayana. Ketika melihat Ayana untuk pertama kalinya ketika di Bali, dia sudah sangat menyukai sang selebritis itu dan ingin memilikinya. Sebelum kembali ke Indonesia, dia sudah merencanakan untuk melamar Ayana.

"Buang cincin ini. Aku sudah tidak mau melihatnya lagi," perintah Arsenio kepada Sekretaris pribadinya yang bernama Kevin.

"Sungguh Anda ingin membuang cincin ini? Cincin ini sangat mahal harganya."

"Saya tidak peduli. Buang sekarang juga!" Bentak Arsenio.

"Baik, Pak." Kevin langsung mengambil cincin tersebut dan membawanya jauh dari hadapan bossnya itu. 

Arsenio termasuk orang yang kaya raya, dia mampu membeli ratusan bahkan ribuan cicin berlian itu jika dia mau, maka tidak heran tidak ada penyesalan ketika Kevin membuang cincin tersebut. 

"Kevin, siapkan pesta untukku. Aku muak setiap hari bekerja!"

"Baik, Pak."

Kevin tahu apabila Arsenio meminta menyiapkan pesta, berarti dia sedang marah dan amarahnya itu tidak bisa dia bendung sama sekali. Sebagai seorang Sekretaris, Kevin harus menyiapkan pesta tersebut dengan sempurna jangan sampai ada cacat sedikitpun, karena jika ada kesalahan sedikitpun jangankan pesta tersebut yang akan Arsenio hancurkan, tapi perabotan rumah milik Arsenio akan ikut hancur pula dan hal tersebut sering terjadi.

Ibu kandung dari Arsenio sudah sering memberikan nasehat kepada anaknya itu untuk bisa menahan amarah, tetapi amarah Arsenio terkadang sangat sulit untuk dikendalikan. Keluarga besar Arsenio cemas kelemahan itu terbaca oleh para musuh bisnisnya dan takut kelemahan itu dijadikan senjata untuk menghancurkan Arsenio dan juga bisnisnya. Entah siapa dan apa yang bisa mengendalikan amarah Arsenio agar tidak terus menerus membahayakan dan menyeramkan seperti itu.

***

Setelah melewati malam panas penuh gairah bersama, Ayana dan Diptha terbaring di atas ranjang sambil dengan tubuh yang ditutupi sebuah selimut. Tatapan mereka tertuju kepada langit-langit kamar disertai dengan napas tersengal saling bersahutan.

Diptha bangun dari tidurnya, dia langsung menggunakan kaos oblong yang sudah disiapkan dan bertanya, "Siapa yang lebih dulu daripada aku?"

Ayana mengerutkan dahinya terlihat bingung, dia bangun dari tidurnya dan kembali bertanya, "Maksud kamu, Mas?"

Diptha menghela napas kesal, dia berbalik dan menatap Ayana dengan tajam, "Sudah jangan pura-pura, aku tahu kamu sudah tidak virgin lagi. Sekarang kamu jawab siapa pria itu dan aku tidak akan marah."

"Sial! Aku kira Diptha tidak akan menyadari hal itu. Aku yakin, dia pernah tidur dengan wanita lain sebelumnya sehingga dia tahu perbedaanya," dengus Ayana dalam hati kesal, "aku harus mengeluarkan keahlian aktingku untuk menyelesaikan masalah ini."

"Cepat jawab!" bentak Diptha.

"Sebenarnya aku tidak tahu siapa, aku tahu setelah melakukan tes pemeriksaan. Aku mengeluhkan kalau bagian itu sangat sakit dan perih dan setelah Dokter periksa, kalau selaput daraku sudah sobek," jawabku jujur, "pasti kamu tidak akan percaya, tapi itulah yang terjadi. Aku harap kamu tidak lupa kalau aku pencinta wine, mungkin orang jahat memanfaatkan itu untuk melakukan hal keji kepadaku." Ayana meneteskan air matanya, dia menangis terisak seakan meratapi semua yang telah dia alami selama ini.

Sebenarnya Ayana sangat sedih atas apa yang terjadi kepada dirinya. Wanita mana yang tidak sedih dan terpukul, tiba-tiba dia dinyatakan hamil ketika dia sendiri tidak tahu siapa yang tidur dengannya dan tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas bayi tersebut. Namun, Ayana sadar kalau kesedihan itu tidak ada gunanya, dia harus berusaha mencari cara agar bayi yang ada di dalam kandungannya memiliki seorang ayah.

"Sungguh kau tidak tahu siapa pria itu?" tanya Diptha.

Ayana mengangguk pelan dan membiarkan air matanya membasahi selimut putih yang masih menutupi tubuhnya malam ini. Dia terlihat menyedihkan dimata Diptha, dia juga berharap suaminya itu akan percaya dan akan memaafkan semua masa lalunya yang kelam.

"Ok aku maklumi dan aku tidak akan menceraikanmu, tapi jangan harap rasa kecewa ini akan hilang begitu saja dan mulai dari hari ini jangan harap aku akan percaya kepada semua ucapanmu!" Diptha keluar dari dalam kamar dan meninggalkan Ayana.

"Mas! Kamu mau kemana, Mas?" tanya Alana berteriak.

Entah harus sedih atau bahagia ketika malam pertama yang seharusnya dijalani dengan indah dan romantis bersama pasangannya, Ayana justru mendapatkan kecaman dari suaminya dan meninggalkannya begitu saja, tapi dibalik itu semua Ayana merasa bahagia karena Diptha tidak menceraikannya dan anak yang ada di dalam kandungannya akan tetap memiliki seorang ayah.

"Apapun yang akan kamu lakukan, aku akan siap menghadapinya yang penting anak ini memiliki ayah seperti dirimu Mas Diptha," gumam Ayana dalam hati.

Terkesan jahat memang Ayana harus mengkambing hitamkan Diptha untuk bertanggung jawab dari benih seorang pria yang tidak Ayana ketahui sama sekali, tapi percayalah Ayana sangat mencintai Diptha dengan tulus dari pertama kali mereka bertemu.

"Tapi tunggu, apakah Mas Diptha tidak akan memberitahu masalah ini kepada keluarganya? Jika dia memberitahu semua ini, pasti keluarga Chandana tidak akan tinggal diam," gumamku, "apa yang harus aku lakukan jika itu benar terjadi?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status