Entah apa yang sudah Diptha lakukan semalam yang jelas dia tidak pulang kembali ke Hotel setelah dia mengetahui hal yang mengejutkan semalam. Ayana yang baru saja selesai mandi tampak sedang duduk di kursi dengan hidangan sarapan tepat di hadapannya, kedua matanya tertuju kepada sebuah pantai yang menghampar luas di luar jendela besar sana.
Pikiranya di penuhi dengan ke khawatiran dan juga kegelisahan tentang Diptha yang akan menerimanya atau justru malah melepaskannya setelah Diptha tahu kalau Ayana tidak sesuai dengan apa yang suaminya itu bayangkan. Apa yang akan di katakan orang jika baru satu malam saja menikah Ayana bercerai? Dan bagaimana bayi yang ada dalam kandungannya?
Lamunan Ayana buyar ketika dia mendengar seseorang masuk dan membuka pintu, Ayana menoleh dan melihat ternyata yang datang itu suaminya.
"Kamu pulang, Mas?" tanya Ayana disertai dengan senyumanya yang hangat.
Diptha tidak menjawab sama sekali, dia malah masuk ke dalam kamar dengan raut wajahnya yang dingin tanpa senyum sama sekali. Ayana tahu kalau suaminya itu menyimpan sebuah kecewa besar, sehingga Ayana harus bersabar menghadapi Diptha. Wanita cantik itu mengikuti Diptha dan masuk ke dalam kamar, dia melihat suaminya tengah mengganti bajunya.
"Malam ini ada acara makan malam keluarga besar keluarga Chandana. Acara makan malam seperti ini biasa dilakukan untuk menyambut keluarga baru, aku harap kamu bersiap." Diptha berkata demikian tidak menatap atau berbalik melihat Ayana yang tengah berdiri di belakangnya.
"Iya, baiklah."
"Jam tujuh malam kamu harus sudah siap, aku jemput nanti di rumah. Hari ini aku harus pergi ke Kantor, kamu akan di jemput oleh Sopir dan akan mengantarkan kamu ke rumah baru kita," jelas Diptha.
"Kamu tidak ikut bersamaku?" tanya Ayana ragu terlihat dia menanyakan hal tersebut sambil meremas sisi bajunya.
"Tidak, hari ini aku sibuk." Setelah selesai berganti baju dan berbicara dengan Ayana, Diptha langsung keluar dari kamar dan berlalu melewati Ayana.
"Kamu tidak sarapan dulu?"
Diptha sama sekai tidak menjawab pertanyaan dari Ayana, dia lansung keluar dari kamar hotel dan pergi begitu saja tanpa pamit, tanpa senyum dan tanpa kecupan mesra dari Diptha. Entah harus apa yang Ayana lakukan agar Diptha kembali hangat seperti pertama kali bertemu, melihat sifat Diptha kepadanya satu hal yang sudah Ayana dapat pastikan kalau hubungan rumah tangganya dengan pria kaya raya nan tampan itu tidak akan berjalan dengan baik.
"Ok tidak apa-apa, yang penting bayi yang ada di dalam kandunganku ini memiliki seorang ayah," gumam Ayana yang duduk kembali di sebuah kursi yang semula dia tempati. Tidak seperti pengantin baru lainnya yang melewati pagi hari dengan sangat romantis, Ayana duduk sendiri di keheningan dan luasnya kamar hotel yang mewah sambil menikmati sarapan paginya.
Selang beberapa jam kemudian terdengar suara ketukan pintu dan Ayana langsung membukanya, ia mengerutkan dahinya ketika ada dua orang wanita dan dua orang pria tengah berdidi di hadapannya dengan seragam serba hitam dan rapi.
"Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya Ayana.
"Kami diperintahkan oleh Pak Diptha untuk membantu Anda mengemas barang. Jika Anda sudah siap, sopir pribadi Anda sudah menunggu di lobi."
"Ah begitu. Tadinya saya mau mengemasnya sendiri."
"Tidak. Biar kami saja yang melakukannya." Setelah dipersilakan oleh Ayana, ke empat orang itu langsung masuk untuk mengemas baju Ayana dan juga Diptha.
Ponsel Ayana berdering menandakan ada panggilan masuk, setelah melihat layar ponsel miliknya itu dia melihat kalau ternyata ibu mertuanya yang meneleponnya. Ayana kaget bukan main karena hari ini baru pertama kali ibu mertuanya itu menelepon dirinya secara langsung.
"Tumben, biasanya lewat asisten pribadinya," gumam Ayana dalam hati, "hallo, Ma."
"Ayana, cepat turun ibu sudah ada di Lobi. Kita harus pergi ke suatu tempat," ucapnya dalam telepon.
"Tempat?"
"Sudah cepat turun," perintahnya.
Ayana melihat sebuah mobil mewah sudah terparkir di depan Lobi hotel, mobil pribadi milik Diptha dan mobil pribadi milik ibu mertuanya. Dari kejauhan dia juga melihat ibu mertunya sudah menunggu dirinya sambil melambaikan tangan.
"Sudah lama Mama nunggu Ayana?" tanya Ayana.
"Tidak sayang, ayo masuk," ajak ibu mertua Ayana.
Ibu kandung Diptha bernama Firda Roselline-55 dia lahir dari keluarga terpandang dan kaya raya, kekayaan keluarganya bertambah ketika dia di jodohkan dengan ayah Diptha yang bernama Evan Chandana-65 yang terlahir dari keluarga kaya raya juga. Keluarga tersebut semakin kuat setelah melahirkan anak pertama laki-laki yaitu Diptha, sesuai dengan aturan keluarga cucu laki-laki dari anak pertama lah yang berhak menjadi pewaris utama di keluarga tersebut.
"Mama akan mengajak saya pergi kemana?" tanya Ayana yang sudah duduk bersebelahan dengan Firda di dalam mobil.
"Tunggu, aturan pertama ketika sudah menjadi menantuku adalah bicara dengan santai. Mama tidak suka mendengar kamu bicara kaku seperti itu!" tegas Firda.
"Maafkan saya, saya akan mencoba membiasakan diri."
"Ok bagus. Oh iya, hari ini Mama akan mengajak kamu ke Grand Mall," jawabnya, "pasti Diptha sudah memberitahumu kalau malam ini akan ada acara malam malam keluarga besar Chandana dan Mama tidak mau terlihat biasa saja, Mama harus membeli barang terbaru dan yang pastinya harus mewah."
Ayana sempat membaca sebuah artikel kalau Firda Roselline adalah seorang pewaris tunggal yang resmi pemilik Grand Mall yang ada di Jakarta. Kekayaanya hampir setengah dari keluarga Chandana yang bergerak di bidang resort dan hotel, tidak heran kalau orang banyak mengatakan kalau semua kekayaan yang akan Diptha tidak akan habis sampai tujuh turuanan, terlebih lagi Diptha seorang pria yang sangat cerdas dan pintar dalam berbisnis.
"Bukan hanya Mama, malam ini kamu juga harus tampil lebih cantik lagi. Belilah barang yang kamu suka, kamu tidak perlu memikirkan harganya," tambah Firda yang sudah tidak sabar sampai di Mall.
"Baik, Ma."
Ayana serasa dapat durian runtuh, dia tidak menyangka akan ada moment seperti ini dalam hidupnya dimana dia akan membeli barang tanpa harus mementingkan harganya. Meskipun dia seorang Selebritis terkenal, tetapi Ayana masih memperhitungkan barang yang ingin dia beli.
"Tapi Ma, aku takut ada Wartawan yang mengganggu Mama berbelanja hari ini. Aku takut Mama risih karena jepretan kamera nantinya."
"Kamu benar, Ay. Hmm..., tapi kamu tenang saja dan kamu jangan khawatirkan itu," ucapnya dengan santai.
Ayana terdiam dia gelisah karena dia tahu para Wartawan pasti akan mengejar dirinya dengan memberikan beberapa pertanyaan ketika bertemu dengannya, apalagi dia baru saja menikah dan pasti jawaban dari Ayana adalah sesuatu hal yang paling semua orang tunggu dan nantikan.
Tidak tinggal diam dan tidak mau jadwal beberlanjanya di ganggu oleh para Wartawan, dia segera menghubungi Manager dan Asisten pribadinya untuk melakukan pengawalan ketat di area Mall. Dia mengetik dengan sangat lancar di layar ponselnya.
"Aku harap Mbak Hanna dan Septha langsung melakukan tugasnya. Tidak enak jika ibu mertuaku ikut kejar-kejaran dengan para wartawan," gumam Ayana dalam hati, "bagaimana kalau dia kelelahan? bagaimana kalau dia pingsan nanti? Tidak, tidak," tambahnya.
"Kamu kenapa geleng-geleng kepala, Ay?"
"Aah ti-dak, ti-dak," jawab Ayana tersipu malu.
Tinggal beberapa meter saja Ayana sampai di Grand Mall dia mendapati kabar dari Septha kalau entah dari siapa para Wartawan tahu kalau hari ini dia dan ibu mertuanya akan mengunjungi Mall terbesar yang ada di Jakarta itu dan benar saja dari kejauhan Ayana sudah melihat para Wartawan memadati area depan Mall.
"Ma, lebih baik kita pulang saja. Aku tidak mau Mama kelelahan karena ada para Wartawan," paksa Ayana.
"Kamu tenang saja, sayang. Kita sudah sampai, ayo kita turun dan mulai berbelanja."
Ayana tahu kalau keinginan ibu mertuanya itu sudah bulat, dia ingin berbelanja hari ini juga dan tidak peduli dengan resiko apa yang akan dia hadapi nantinya. Mungkin, Ibu mertuanya itu ingin membiasakan diri karena sekarang memiliki artis papan atas terkenal.
"Ayo kita masuk," ajak Farida sambil menuntun tangan Ayana.
"Wahh...," bisik Ayana kagum.
Bukan ibu mertuanya yang dibuat kaget karena kedatangan para wartawan, tetapi Ayana dan para rekannya yang dibuat kaget oleh kejadian hari ini. Tampak beberapa pria berkemeja putih, berjas hitam, berdasi hitam, kacamata hitam dan sepatu kulit hitam tampak berbaris membentuk pagar di depan pintu masuk Mall. Mereka seakan membuat pagar pembatas agar membiarkan Ayana dan ibu mertuanya masuk dengan tenang, tidak hanya itu sebagian para pria yang memakai pakaian serba hitam itu menahan para Wartawan yang hendak menghampiri Ayana dengan kekuatan dan keahliannya.
"Sudah Mama katakan, kamu tidak usah cemas, Nak,'" bisik Farida.
"Iya, Mama. Aku sekarang percaya." Ayana tersenyum, dia bangga kepada ibu mertuanya dan bahagia karena dia telah memiliki ibu mertua yang baik hati.
***
"Jadi, hari ini Ayana pergi berbelaja bersama Mama?" tanya Diptha.
Diptha yang pandangannya tertuju kepada salah satu dokumen yang di hadapannya langsung mengalihkan pandangnnya ketika mendengar nama Ayana disebut. Dia menatap tajam sekeretaris pribadinya itu disertai dengan raut wajah yang dingin.
"Iya, Pak."
"Terus apa yang gawat? Bukankah itu hal biasa?" tanya Diptha kembali bingung.
"Tapi tidak menurut orang lain. Ini ada artikel yang harus Anda baca, Pak." Chiko memberikan Ipad kepada Diptha.
'BUKANNYA PERGI BERBULAN MADU. AYANA BIRDIE, ARTIS CANTIK DAN TERKENAL KINI MALAH PERGI BERBELANJA DENGAN IBU MERTUANYA. APAKAH BENAR PERNIKAHAN MEREKA HANYA SETTINGAN BELAKA DEMI MENGEMBANGKAN BISNIS KELUARGA SUAMINYA?
Kedua mata Diptha membelalak membaca artikel tersebut, dia tidak menyangka kalau apa saja yang Ayana lakukan akan menjadi sebuah pemberitaan yang belum tentu kebenarannya. Diptha terlihat marah dan kesal, baru kali ini namanya disebut dan digirng ke sesuatu yang buruk.
"Cari tahu darimana sumber artikel ini dan hapus. Saya harus pergi, saya harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat," ujar Diptha sambil memakai jasnya dan berlalu pergi.
"Baik, Pak!" jawab Chiko patuh, "apa yang akan Pak Diptha lakukan?"
Semua mata tertuju kepada Ayana, tidak sedikit pengunjung Mall secara diam-diam mengambil foto dan video Ayana yang tengah berbelanja dengan ibu mertuanya. Ada yang senang melihat Ayana seorang selebriti terkenal secara langsung, ada juga yang iri melihat Ayana yang hidupnya dirasa sempurna. Namun, kekaguman mereka tiba-tiba berubah ketika ada sebuah artikel yang mengatakan kalau hubungannya dengan suaminya hanya sebatas bisnis dan tidak ada cinta di antara mereka. Sontak hal tersebut pun membuat kaget Hanna dan Septha selaku orang yang selama ini kenal kepada Hanna. "Mbak, kenapa orang-orang usil seperti ini sangat cepat membuat opini yang buruk?" tanya Septha."Aku juga enggak tahu, mungkin mereka iri karena setelah menikah dengan keluarga Chandana karir Ayana akan semakin melejit," jawab Hanna yang masih membaca dengan teliti artikel tersebut, "apa yang harus aku lakukan dan bagaimana caraku memberitahu Ayana mengenai berita ini?""Sulit Mbak, lihat saja penjagaan yang dilakukan
“Jadi, kau sungguh akan pergi dariku?” tanya seorang wanita cantik dengan air mata yang ada sudah mengisi setiap relung matanya. “Maafkan aku, aku tidak bisa mempertahankan kisah cinta kita. Aku harus menikah dengan wanita pilihan kedua orang tuaku. Selamat tinggal,” balas seorang pria yang menggunakan jas lengkap berdasi.“Tidak. Aku mohon jangan pergi! Lantas bagaimana denganku?” tanya si wanita yang menggenggam erat tangan si pria.Si pria menghempaskan genggaman tangan wanitanya dan kemudian berkata dengan lirih, “Maaf.”Wanita cantik itu berlutut melepaskan kepergian sang kekasih, dia menangis terisak seorang diri di pinggir jalan tanpa memperdulikan banyaknya orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Wanita berambut panjang itu merasakan sakit yang begitu luar biasa di dalam hatinya dan sesak di dalam dadanya, dia masih tidak menyangka seorang kekasih yang sudah menjalin hubungannya sejak lama meninggalkannya karena terhalang restu kedua orang tuanya. “CUT!” Sang Sutradara bert
Ayana sedang bersiap untuk pergi ke pesta makan malam yang diadakan oleh Pak Sutradara, hal tersebut membuat Ayana sibuk dan melupakan masalah semalam yang sampai saat ini masih belum dia ingat siapa pria tersebut. Dia pikir selama tidak ada perubahan dalam dirinya yang begitu jelas dan signifikan, dia rasa itu semua akan baik-baik saja. “Ya ampun Mbak Aya! Kamu masih belum siap juga? Pak Sutradara sudah menunggumu dari tadi,” kata Septha yang menerobos masuk ke dalam kamar hotel yang Ayana tempati. “Iya, iya. Ayo kita pergi sekarang,” sahut Ayana sambil sedikit merapikan kembali riasan wajahnya. Acara penutupan malam ini diadakan di sebuah restaurant mewah tepat pinggir pantai. Karena acara makan malam ini tidak diliput oleh media sama sekali, Ayana berani mengenakan baju seksi berwarna putih. Dia menggunakan pakaian berjenis one shoulder dress. Dress yang Ayana kenakan membuat satu sisi bahu yang mulusnya terbuka, apalagi potongan dress yang panjang membelah sampai atas lutut mem
Satu Bulan Kemudian Kilatan cahaya lampu dari sebuah kamera seorang Kameraman sudah menjadi pemandangan biasa bagi Ayana. Tahun ini dia kembali mendapatkan penghargaan sebagai Artis terbaik yang sudah pasti malam ini para Wartawan tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk mewawancarai Ayana dan lain sebagainya. Bukan sebuah mimpi bagi Ayana, tetapi itulah kenyataannya. Dia Ayana Birdie seorang Artis papan atas yang tengah terkenal tahun ini. “Bagaimana perasaan Anda ketika kembali mendapat penghargaan di tahun ini?” tanya salah satu Wartawan. “Pastinya aku sangat bersyukur dan bahagia atas semua yang telah aku raih,” jawab Ayana dengan senyuman ramahnya. Setelah menjawab beberapa pertanyaan wartawan Ayana segera masuk ke dalam mobil dibantu para Petugas Keamanan yang melerai jalannya dan juga langkah kakinya dari kerumunan para Wartawan dan Fans. Mustahil bagi Ayana menjawab semua pertanyaan Wartawan yang tidak ada habisnya, apalagi ketika ada yang bertanya ‘Kapan akan mengakhiri masa
Beberpa menit kemudian Ayana masih terbaring di sebuah sofa, pandangannya yang masih buram berusaha mencoba melihat sekeliling dan dia melihat Septha tengah duduk di samping dirinya. Septha mencoba menyadarkan Ayana dengan minyak angin yang dia genggam, tercium dari baunya yang khas dan menyengat.“Hari ini kan jadwal pemeriksaan Ayana, kenapa kau tidak membawanya?” tanya Hanna yang tengah mengomeli Septha.“Iya, tapi Mbak Aya menolak untuk melakukan pemeriksaan katanya masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan,” sahut Septha.Ditengah pendengaran yang masih samar Ayana mendengar perdebatan tersebut. Dia langsung bangun dan berkata, “Sudah kalian jangan berdebat. Ini semua salahku.”“Ayana, kamu pasti kelelahan. Kita ke Rumah Sakit sekarang,” ajak Hanna yang begitu khawatir terlihat dari raut wajahnya.Ayana sudah tidak bisa menolak lagi, kali ini dia harus segera pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan semua kesehatan tubuhnya. Ayana yang sering meminum wine, sudah
Satu minggu sudah Ayana berada di Rumah Sakit dan hari ini Ayana sudah bisa pulang dengan kondisi tubuh yang terasa sehat. Atas bantuan dari Dokter Lingga, Ayana berhasil mengatasi berita mengenai kesehatannya yang simpang siur yang ada di luar sana dan atas bantuan dari Dokter Lingga juga Ayana hanya mengonsumsi obat-obat khusus Ibu hamil selama berada di Rumah Sakit. Setelah hampir satu minggu ini dan selama berada di rumah sakit, Ayana sudah memutuskan dan bertekad dengan sangat yakin kalau dia akan mempertahankan bayi yang ada dalam kandungannya. Ayana tidak mau menambah dosa dengan menggugurkan janin tersebut. Ayana sangat yakin pasti dia memiliki jalan keluar untuk mengatasi masalah yang akan terjadi kepada dirinya di kemudian hari. “Hari ini kamu istirahat saja. Jika kesehatanmu sudah mulai pulih, kamu bisa melanjutkan syuting yang sempat tertunda,” kata Hanna. “Iya Mbak, mungkin besok aku sudah siap untuk kembali syuting.”
Ayana tidak mau difitnah begitu saja oleh artis baru terkenal tersebut, dia harus menunjukan siapa dia sebenarnya kepada artis baru itu. Kebetulan dan sepertinya dewi fortuna baru saja berpihak kepadanya, Ayana harus beradegan dengan Briana secara langsung, di adegan tersebut menceritakan Ayana harus menunjukan rasa marahnya kepada Briana dan katanya amarah itu harus terlihat natural dan memuncak."Camera! Rol! Action!" teriak Pak Sutradara menandakan Ayana harus memulai keahliannya untuk berakting.Ayana menatap kedua mata Briana dengan sangat tajam, dengan luka yang ada di wajah dan sekujur tubuhnya dia mulai menampar wajah Briana. Bepura-pura melayangkan tamparan keras tidak dilakukan oleh Ayana, dia melakukan tampan keras itu secara nyata dan membuat Briana benar-benar merasakan sakit dan perih di pipinya."Awh sakit," rintih Briana membuat pengambilan gambar kali ini gagal."Briana, seharusnya kamu jangan merintih kesakitan seperti itu. Tidak ada dialog 'awh sakit' di naskah!" ko
Sesuai dengan permintaan sang ibu malam ini Ayana bertemu dengan seorang pria pilihan ibunya yang akan dijodohkan dengannya. Pria tersebut tampaknya tahu kalau wanita yang akan di kunjungi adalah seorang selebritis terkenal, sehingga dia memesan tempat makan malam di sebuah ruangan VIP yang tertutup dan dijaga ketat oleh para petugas keamanan, tidak sembarangan orang bisa masuk di tempat makan tersebut yang tempatnya di hotel bintang lima yang berada di tengah kota Bandung.Ayana terlihat berpakaian rapih, cantik dan anggun. Dia memakai midi dress berwarna hitam, sepatu high heels hitam dan tas merah tua yang elegan, tidak hanya itu dia juga memakai riasan wajah yang terlihat sexy terlihat dari warna lipstik yang dia gunakan berwarna merah darah."Nona Ayana Birdie?" tanya salah seorang pria berpakaian rapi berdasi seorang Manager Hotel."Iya, saya.""Mari ikut saya, Nona," ajaknya dengan sangat ramah.Tidak lama Ayana berhenti di depan sebuah pintu tinggi yang sudah ada dua penjaga d