Share

Bab 9. Pewaris Tunggal

Entah apa yang sudah Diptha lakukan semalam yang jelas dia tidak pulang kembali ke Hotel setelah dia mengetahui hal yang mengejutkan semalam. Ayana yang baru saja selesai mandi tampak sedang duduk di kursi dengan hidangan sarapan tepat di hadapannya, kedua matanya tertuju kepada sebuah pantai yang menghampar luas di luar jendela besar sana.

Pikiranya di penuhi dengan ke khawatiran dan juga kegelisahan tentang Diptha yang akan menerimanya atau justru malah melepaskannya setelah Diptha tahu kalau Ayana tidak sesuai dengan apa yang suaminya itu bayangkan. Apa yang akan di katakan orang jika baru satu malam saja menikah Ayana bercerai? Dan bagaimana bayi yang ada dalam kandungannya?

Lamunan Ayana buyar ketika dia mendengar seseorang masuk dan membuka pintu, Ayana menoleh dan melihat ternyata yang datang itu suaminya. 

"Kamu pulang, Mas?" tanya Ayana disertai dengan senyumanya yang hangat.

Diptha tidak menjawab sama sekali, dia malah masuk ke dalam kamar dengan raut wajahnya yang dingin tanpa senyum sama sekali. Ayana tahu kalau suaminya itu menyimpan sebuah kecewa besar, sehingga Ayana harus bersabar menghadapi Diptha. Wanita cantik itu mengikuti Diptha dan masuk ke dalam kamar, dia melihat suaminya tengah mengganti bajunya.

"Malam ini ada acara makan malam keluarga besar keluarga Chandana. Acara makan malam seperti ini biasa dilakukan untuk menyambut keluarga baru, aku harap kamu bersiap." Diptha berkata demikian tidak menatap atau berbalik melihat Ayana yang tengah berdiri di belakangnya.

"Iya, baiklah."

"Jam tujuh malam kamu harus sudah siap, aku jemput nanti di rumah. Hari ini aku harus pergi ke Kantor, kamu akan di jemput oleh Sopir dan akan mengantarkan kamu ke rumah baru kita," jelas Diptha.

"Kamu tidak ikut bersamaku?" tanya Ayana ragu terlihat dia menanyakan hal tersebut sambil meremas sisi bajunya.

"Tidak, hari ini aku sibuk." Setelah selesai berganti baju dan berbicara dengan Ayana, Diptha langsung keluar dari kamar dan berlalu melewati Ayana.

"Kamu tidak sarapan dulu?"

Diptha sama sekai tidak menjawab pertanyaan dari Ayana, dia lansung keluar dari kamar hotel dan pergi begitu saja tanpa pamit, tanpa senyum dan tanpa kecupan mesra dari Diptha. Entah harus apa yang Ayana lakukan agar Diptha kembali hangat seperti pertama kali bertemu, melihat sifat Diptha kepadanya satu hal yang sudah Ayana dapat pastikan kalau hubungan rumah tangganya dengan pria kaya raya nan tampan itu tidak akan berjalan dengan baik.

"Ok tidak apa-apa, yang penting bayi yang ada di dalam kandunganku ini memiliki seorang ayah," gumam Ayana yang duduk kembali di sebuah kursi yang semula dia tempati. Tidak seperti pengantin baru lainnya yang melewati pagi hari dengan sangat romantis, Ayana duduk sendiri di keheningan dan luasnya kamar hotel yang mewah sambil menikmati sarapan paginya.

Selang beberapa jam kemudian terdengar suara ketukan pintu dan Ayana langsung membukanya, ia mengerutkan dahinya ketika ada dua orang wanita dan dua orang pria tengah berdidi di hadapannya dengan seragam serba hitam dan rapi.

"Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya Ayana.

"Kami diperintahkan oleh Pak Diptha untuk membantu Anda mengemas barang. Jika Anda sudah siap, sopir pribadi Anda sudah menunggu di lobi."

"Ah begitu. Tadinya saya mau mengemasnya sendiri."

"Tidak. Biar kami saja yang melakukannya." Setelah dipersilakan oleh Ayana, ke empat orang itu langsung masuk untuk mengemas baju Ayana dan juga Diptha.

Ponsel Ayana berdering menandakan ada panggilan masuk, setelah melihat layar ponsel miliknya itu dia melihat kalau ternyata ibu mertuanya yang meneleponnya. Ayana kaget bukan main karena hari ini baru pertama kali ibu mertuanya itu menelepon dirinya secara langsung.

"Tumben, biasanya lewat asisten pribadinya," gumam Ayana dalam hati, "hallo, Ma."

"Ayana, cepat turun ibu sudah ada di Lobi. Kita harus pergi ke suatu tempat," ucapnya dalam telepon.

"Tempat?"

"Sudah cepat turun," perintahnya.

Ayana melihat sebuah mobil mewah sudah terparkir di depan Lobi hotel, mobil pribadi milik Diptha dan mobil pribadi milik ibu mertuanya. Dari kejauhan dia juga melihat ibu mertunya sudah menunggu dirinya sambil melambaikan tangan.

"Sudah lama Mama nunggu Ayana?" tanya Ayana.

"Tidak sayang, ayo masuk," ajak ibu mertua Ayana.

Ibu kandung Diptha bernama Firda Roselline-55 dia lahir dari keluarga terpandang dan kaya raya, kekayaan keluarganya bertambah ketika dia di jodohkan dengan ayah Diptha yang bernama Evan Chandana-65 yang terlahir dari keluarga kaya raya juga. Keluarga tersebut semakin kuat setelah melahirkan anak pertama laki-laki yaitu Diptha, sesuai dengan aturan keluarga cucu laki-laki dari anak pertama lah yang berhak menjadi pewaris utama di keluarga tersebut.

"Mama akan mengajak saya pergi kemana?" tanya Ayana yang sudah duduk bersebelahan dengan Firda di dalam mobil.

"Tunggu, aturan pertama ketika sudah menjadi menantuku adalah bicara dengan santai. Mama tidak suka mendengar kamu bicara kaku seperti itu!" tegas Firda.

"Maafkan saya, saya akan mencoba membiasakan diri."

"Ok bagus. Oh iya, hari ini Mama akan mengajak kamu ke Grand Mall," jawabnya, "pasti Diptha sudah memberitahumu kalau malam ini akan ada acara malam malam keluarga besar Chandana dan Mama tidak mau terlihat biasa saja, Mama harus membeli barang terbaru dan yang pastinya harus mewah."

Ayana sempat membaca sebuah artikel kalau Firda Roselline adalah seorang pewaris tunggal yang resmi pemilik Grand Mall yang ada di Jakarta. Kekayaanya hampir setengah dari keluarga Chandana yang bergerak di bidang resort dan hotel, tidak heran kalau orang banyak mengatakan kalau semua kekayaan yang akan Diptha tidak akan habis sampai tujuh turuanan, terlebih lagi Diptha seorang pria yang sangat cerdas dan pintar dalam berbisnis.

"Bukan hanya Mama, malam ini kamu juga harus tampil lebih cantik lagi. Belilah barang yang kamu suka, kamu tidak perlu memikirkan harganya," tambah Firda yang sudah tidak sabar sampai di Mall.

"Baik, Ma."

Ayana  serasa dapat durian runtuh, dia tidak menyangka akan ada moment seperti ini dalam hidupnya dimana dia akan membeli barang tanpa harus mementingkan harganya. Meskipun dia seorang Selebritis terkenal, tetapi Ayana masih memperhitungkan barang yang ingin dia beli.

"Tapi Ma, aku takut ada Wartawan yang mengganggu Mama berbelanja hari ini. Aku takut Mama risih karena jepretan kamera nantinya."

"Kamu benar, Ay. Hmm..., tapi kamu tenang saja dan kamu jangan khawatirkan itu," ucapnya dengan santai.

Ayana terdiam dia gelisah karena dia tahu para Wartawan pasti akan mengejar dirinya dengan memberikan beberapa pertanyaan ketika bertemu dengannya, apalagi dia baru saja menikah dan pasti jawaban dari Ayana adalah sesuatu hal yang paling semua orang tunggu dan nantikan.

Tidak tinggal diam dan tidak mau jadwal beberlanjanya di ganggu oleh para Wartawan, dia segera menghubungi Manager dan Asisten pribadinya untuk melakukan pengawalan ketat di area Mall. Dia mengetik dengan sangat lancar di layar ponselnya. 

"Aku harap Mbak Hanna dan Septha langsung melakukan tugasnya. Tidak enak jika ibu mertuaku ikut kejar-kejaran dengan para wartawan," gumam Ayana dalam hati, "bagaimana kalau dia kelelahan? bagaimana kalau dia pingsan nanti? Tidak, tidak," tambahnya.

"Kamu kenapa geleng-geleng kepala, Ay?"

"Aah ti-dak, ti-dak," jawab Ayana tersipu malu.

Tinggal beberapa meter saja Ayana sampai di Grand Mall dia mendapati kabar dari Septha kalau entah dari siapa para Wartawan tahu kalau hari ini dia dan ibu mertuanya akan mengunjungi Mall terbesar yang ada di Jakarta itu dan benar saja dari kejauhan Ayana sudah melihat para Wartawan memadati area depan Mall.

"Ma, lebih baik kita pulang saja. Aku tidak mau Mama kelelahan karena ada para Wartawan," paksa Ayana.

"Kamu tenang saja, sayang. Kita sudah sampai, ayo kita turun dan mulai berbelanja."

Ayana tahu kalau keinginan ibu mertuanya itu sudah bulat, dia ingin berbelanja hari ini juga dan tidak peduli dengan resiko apa yang akan dia hadapi nantinya. Mungkin, Ibu mertuanya itu ingin membiasakan diri karena sekarang memiliki artis papan atas terkenal.

"Ayo kita masuk," ajak Farida sambil menuntun tangan Ayana.

"Wahh...," bisik Ayana kagum.

Bukan ibu mertuanya yang dibuat kaget karena kedatangan para wartawan, tetapi Ayana dan para rekannya yang dibuat kaget oleh kejadian hari ini. Tampak beberapa pria berkemeja putih, berjas hitam, berdasi hitam, kacamata hitam dan sepatu kulit hitam tampak berbaris membentuk pagar di depan pintu masuk Mall. Mereka seakan membuat pagar pembatas agar membiarkan Ayana dan ibu mertuanya masuk dengan tenang, tidak hanya itu sebagian para pria yang memakai pakaian serba hitam itu menahan para Wartawan yang hendak menghampiri Ayana dengan kekuatan dan keahliannya.

"Sudah Mama katakan, kamu tidak usah cemas, Nak,'" bisik Farida.

"Iya, Mama. Aku sekarang percaya." Ayana tersenyum, dia bangga kepada ibu mertuanya dan bahagia karena dia telah memiliki ibu mertua yang baik hati.

***

"Jadi, hari ini Ayana pergi berbelaja bersama Mama?" tanya Diptha.

Diptha yang pandangannya tertuju kepada salah satu dokumen yang di hadapannya langsung mengalihkan pandangnnya ketika mendengar nama Ayana disebut. Dia menatap tajam sekeretaris pribadinya itu disertai dengan raut wajah yang dingin.

"Iya, Pak."

"Terus apa yang gawat? Bukankah itu hal biasa?" tanya Diptha kembali bingung.

"Tapi tidak menurut orang lain. Ini ada artikel yang harus Anda baca, Pak." Chiko memberikan Ipad kepada Diptha.

'BUKANNYA PERGI BERBULAN MADU. AYANA BIRDIE, ARTIS CANTIK DAN TERKENAL KINI MALAH PERGI BERBELANJA DENGAN IBU MERTUANYA. APAKAH BENAR PERNIKAHAN MEREKA HANYA SETTINGAN BELAKA DEMI MENGEMBANGKAN BISNIS KELUARGA SUAMINYA?

Kedua mata Diptha membelalak membaca artikel tersebut, dia tidak menyangka kalau apa saja yang Ayana lakukan akan menjadi sebuah pemberitaan yang belum tentu kebenarannya. Diptha terlihat marah dan kesal, baru kali ini namanya disebut dan digirng ke sesuatu yang buruk.

"Cari tahu darimana sumber artikel ini dan hapus. Saya harus pergi, saya harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat," ujar Diptha sambil memakai jasnya dan berlalu pergi.

"Baik, Pak!" jawab Chiko patuh, "apa yang akan Pak Diptha lakukan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status