Share

Bab 5. Artis Baru Menyebalkan

           Satu minggu sudah Ayana berada di Rumah Sakit dan hari ini Ayana sudah bisa pulang dengan kondisi tubuh yang terasa sehat. Atas bantuan dari Dokter Lingga, Ayana berhasil mengatasi berita mengenai kesehatannya yang simpang siur yang ada di luar sana dan atas bantuan dari Dokter Lingga juga Ayana hanya mengonsumsi obat-obat khusus Ibu hamil selama berada di Rumah Sakit.

            Setelah hampir satu minggu ini dan selama berada di rumah sakit, Ayana sudah memutuskan dan bertekad dengan sangat yakin kalau dia akan mempertahankan bayi yang ada dalam kandungannya. Ayana tidak mau menambah dosa dengan menggugurkan janin tersebut. Ayana sangat yakin pasti dia memiliki jalan keluar untuk mengatasi masalah yang akan terjadi kepada dirinya di kemudian hari.

            “Hari ini kamu istirahat saja. Jika kesehatanmu sudah mulai pulih, kamu bisa melanjutkan syuting yang sempat tertunda,” kata Hanna.

            “Iya Mbak, mungkin besok aku sudah siap untuk kembali syuting.”

            “Kau yakin?” tanya Mbak Hanna yang terlihat masih mengkhawatirkan Ayana.

            “Iya, aku tidak mau semua orang menganggap aku tidak profesional,” jawab Ayana sambil menyandarkan tubuhnya di atas sofa.

            Septha yang baru saja datang, menyimpan semangkuk bubur di atas meja dan kemudian berkata, “Mbak kan masih sakit, masa mereka tidak mengerti.”

            “Kamu tau dunia hiburan, kan? Lengah sedikit, banyak para pengganti di luar sana yang siap menggantikan kita.”

            “Iya sih. Ya sudah, sekarang Mbak Aya makan dulu bubur ini, minum obat terus istirahat agar besok tubuhnya kembali segar.”

            “Iya, terima kasih Septha.”

 

Keesokan harinya

 

Dibantu oleh Septha, Ayana tampak bersiap untuk pergi ke lokasi syuting. Dia mengemas semua barang yang diperlukan ke dalam tas. Ayana merasa pagi ini tubuhnya sudah sangat segar, mungkin berkat bubur ayam buatan Septha kemarin dan obat-obat dari Dokter Lingga yang aku konsumsi. Setelah semua siap Ayana turun menuju lantai bawah, tapi ketika dia hendak keluar dari rumah melihat Laras atau ibu Ayana baru saja turun dari mobil.

            “Kau mau pergi bekerja? Apakah kamu sudah sehat?” tanya Laras sambil memegang dahi Ayana seraya mengecek suhu tubuh anak perempuannya itu.

            “Iya. Aku sudah sehat, sekarang mau langsung ke lokasi syuting,” jawab Ayana.

            “Masuk dulu, ada sesuatu hal yang ingin Ibu bicarakan.”

Ayana menghela napas dalam. Septha dan Sopir pribadiku yang sudah bersiap pergi harus menunggu sebentar mereka berdua harus menunggu pembicaraan yang akan Ayana lakukan bersama ibunya di dalam rumah. Ayana duduk di ruang tengah bersama Laras dengan kedua matanya yang tertuju kepada sebuah tas yang Laras bawa, selintas ta situ memang terlihat biasa, tapi melihat sekilas saja Aryana tahu kalau tas yang Laras bawa itu sangat mahal harganya

“Apa yang ingin Ibu bicarakan? Waktuku tidak banyak,” tanya Ayana sambil melihat jam tangan kecil yang melingkar di pergelagan tangannya.

            “Ibu tahu kesibukanmu, Ay. Begini, Ibu sudah menjadwalkan pertemuanmu dengan kedua orang tua pria yang akan ibu jodohkan denganmu. Jika ada waktu minggu depan bersiaplah bertemu dengannya,” kata Laras seakan merasa tidak beban dengan ucapan yang baru saja dia keluarkan dari mulutnya.

            “Bu, sudah aku katakan. Aku belum memikirkan hal itu! Tolong Bu, mengerti sedikit kepada perasaanku.”

            “Ibu melakukan hal ini karena Ibu mengerti dengan keadaanmu dan perasaanmu, Ibu tidak bisa melihat kamu terus-terusan bekerja keras sendiri!” timpal Laras, “pria yang Ibu siapkan untukmu, dia pria baik dan bahkan dia adalah seorang pewaris tunggal dan seorang pengusaha yang sukses.”

            “Apakah Ibu yakin dia pria baik?” tanya Ayana, “apakah dia akan mengizinkan aku tetap bekerja di dunia hiburan seperti saat ini?”

            “Ibu sudah melihat dan menilai semua tingkah lakunya, bahkan dia lebih sopan daripada dirimu. Dengar Ayana, setelah kamu menikah nanti kamu tidak usah bekerja keras lagi, kamu tinggal menikmati kekayaan suamimu,” jawab Laras tanpa memikirkan betapa tersinggungya hati Ayana ketika mendengar jawabannya.

            “Bu. Lihat diri Ibu sekarang, Ibu bisa menikmati semua ini karena kerja kerasku. Ibu bisa jalan-jalan keluar negeri dengan teman-teman Sosialita Ibu itu karena aku, anak Ibu yang belum menikah. Apakah Ibu yakin setelah nanti aku menikah, Ibu masih bisa jalan-jalan ke luar negeri? Apakah Ibu yakin setelah nanti aku menikah, Ibu masih bisa membeli tas mahal seperti itu setiap bulannya?” tanya Ayana sambil menunjuk sebuah tas yang ada di samping Laras

            “Tentu saja, Ibu masih bisa melakukan semua itu. Calon menantu Ibu kan, kaya raya!” jawab Laras dengan yakin.

            “Iya, jika dia ikhlas memberikannya. Jika tidak? Mungkin rumah tanggaku akan hancur dengan tingkah laku Ibu yang sampai saat ini sama sekali belum berubah, bisanya hanya berfoya-foya dan menghamburkan uang!” sentak Ayana sambil pergi meninggalkan Laras.

            Mungkin apa yang sudah Ayana katakan kepada Laras pagi ini menyakiti hatinya, tapi Ayana juga sudah muak dengan pembahasan Ibunya yang hanya itu dan tidak berubah. Bukanya Ayana tidak ikhlas memberikan segala fasilitas mewah kepada ibunya, tapi Ayana hanya ingin Laras sadar dan tahu kalau selama ini dia kerja keras hanya untuk ibunya dan bukan untuk yang lain. Ayana takut ibunya tertinggal dan merasa terhina dari teman-temannya yang lain. Tapi, kenapa Laras selalu meminta agar Ayana cepat menikah di saat karirnya sedang berada di puncak tahun ini?

            “Maafkan aku, ibu,” ucapku lirih dalam hati.

            “Kita jalan sekarang?” tanya Septha yang sudah melihat Ayana duduk di jok mobil bagian tengah.

            “Iya, kita jalan sekarang.”

            Sesampainya di lokasi syuting Ayana melihat seorang wanita asing yang baru dia lihat. Dia cantik, kulitnya sawo matang, rambutnya sebahu dan lurus. Pertama kali Ayana melihat wanita tersebut sepertinya dia baik dan juga ramah. Setelah beberapa saat Ayana duduk di kursinya Ayana mendengar kalau wanita itu adalah artis pendatang baru, katanya dia akan menjadi pemeran baru dalam film sinetron yang dia jalani sekarang.

            “Siapa dia?” tanya Ayana kepada Asisten Sutradara.

            “Oh dia Briana Clara, dia berperan sebagai antagonis kedua setelah antagonis pertama meninggal,” jelasnya.

            “Dia lawanku di sinetron ini?” tanya Ayana kembali.

            “Iya. Walaupun dia pendatang baru, tapi aktingnya bagus. Aku rasa kamu akan cocok bermain dengannya.”

            “Ok baguslah kalau begitu, jadi kita akan semakin cepat menyelesaikan syuting ini.”

            Setelah beradu akting dengan Briana ternyata apa yang dikatakan Asisten Sutradara itu benar adanya. Briana begitu baik dalam berperan dan bahkan sangat sempurna. Ayana yang sedang hamil merasakan tubuhnya begitu lelah, lemas dan juga pusing setelah seharian syuting. Sesekali Pak Sutradara komplain atas performa akting Ayana di pengambilan gambar di sore ini. Akting Ayana hari ini katanya kurang bagus, tidak sepertinya para crew film harus mengambil gambar secara berulang.

            “Ayo dong, Ayana! Kamu kenapa hari ini? Masa kalah sama Briana. Dia baru di dunia akting, lho,” keluh Pak Sutradara yang menghentikan pengambilan gambar di segmen ini.

            “Maafkan aku Bang, sepertinya aku agak sedikit pusing mungkin karena aku baru saja pulih,” ucap Ayana berbohong.

            “Tidak apa-apa, sungguh. Kita bisa mengulangnya lagi kan, Ay?” tanya Briana sambil memegang tangan Ayana.

            “Ya sudah, kita break dulu sebentar!” teriak Pak Sutradara, “kau sangat pengertian Briana, aku yakin kau akan menjadi Artis besarm,” puji sutradara

            “Ah terima kasih.” Briana tersenyum bangga.

            Entah kenapa Ayana merasa apa yang dilakukan Briana saat ini seakan ingin mempermalukan Ayana di hadapan semua orang. Namun, alih-alih memikirkan hal yang belum jelas kebenarannya mengenai sikap aneh Briana kali ini, Ayana izin kepada Septha untuk pergi ke toilet. Ayana merasa mual dan ingin muntah dan hal itu sering dia alami apalagi ketika bangun pagi, mungkin ini efek dari kehamilannya.

Dokter Lingga yang memberikan hasil pemeriksaan palsu kepada semua orang dengan menyatakan kalau Ayana hanya menderita asam lambung membuat semua orang tidak mencurigai mual dan muntahnya Ayana ketika berada di lokasi syuting.

            “Ayana, kamu tidak apa-apa?” tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam toilet. Dari suaranya Ayana begitu mengenal kalau itu adalah suara dari Briana.

            “Tidak. Mungkin ini efek dari asam lambungku yang belum stabil,” jawab Ayana berdalih.

            “Oh, begitu. Tapi, kok aneh. Aku juga memiliki riwayat asam lambung, tapi tidak seperti kamu parahnya.”

            “Mungkin berbeda,” jawab Ayana singkat dan tidak mau membahas hal ini lebih lanjut apalagi dengan orang yang baru dia kenal.

            “Oh iya, aku kira aktingmu itu bagus lho, Ay. Tapi ternyata tidak, aktingmu sangat jelek dan menurutku kamu tidak pantas ada di posisi seperti sekarang ini,” ledek Briana

            Tidak mau suasana hati Ayana semakin hancur ketika mendengar perkataan Briana, dia memilih untuk keluar dari toilet. Namun, tiba-tiba Briana menghalangi langkah Ayana. Sebenarnya Ayana bingung dengan apa yang dia inginkan Teresha dari dirinya sehingga dia bertindak begitu menyebalkan kepada Ayana hari ini.

            “Apa lagi?” tanya Ayana.

            “Kenapa kau tidak membalas perkataanku. Malu, ya? Kalau ternyata keahlianmu jauh dibawah diriku!”

            “Aku bukannya malu, aku hanya tidak mau berdebat dengan orang yang baru saja aku kenal. Mengerti! Jadi, sekarang lebih baik kamu minggir aku ingin keluar.” Ayana berlalu melintasi Briana.

 

‘PRUK!’

 

            “Aaaaw!” teriak Teresha, “tolong!”

            Ayana begitu kaget karena tiba-tiba Briana terjatuh begitu saja, padahal dia sama sekali tidak menyentuh Briana. Teriakan dari Briana ternyata mengundang banyak orang di luar sana, semua wanita yang ada di luar toilet pun masuk untuk melihat yang terjadi termasuk Asisten pribadi Briana yang bernama Olla.

            “Bri! Kamu tidak apa-apa?” tanya Asisten pribadinya sambil mencoba membangunkan Briana.

            “Tidak apa-apa, hanya sakit sedikit.”

            “Kenapa? Kok, kamu bisa jatuh?” tanya Olla.

            “Ayana mendorongku sepertinya dia kesal karena hari ini semua orang memuji keahlianku dalam berakting dibanding dirinya,” fitnah Briana, “kamu iri kan, Ay?”

            “Kalau ngomong jangan asal! Kapan aku mendorongmu?”

            “Ayana! Aku tidak menyangka artis yang terkenal baik dan ramah membentak juniornya yang masih belajar!” bentak seorang wanita yang Ayana tahu dia seorang yang berpengaruh di projectnya kali ini, “sekarang lebih baik kamu keluar dan tolong kamu obati luka Briana,” perintahnya kepada Olla.

            Ayana keluar dengan raut muka yang masam, dia merasa tidak terima karena sudah di fitnah oleh bocah ingusan yang baru saja bertemu dengannya. Ayana duduk di kursinya sambil meredam semua amarahnya, dibantu dengan Septha Asisten pribadi Ayana itu mencoba menenangkan majikannya itu.

            “Sabar sabar! Janga sampai amarah aslimu keluar, kamu harus menjaga nama baik kamu,” bisik Septha.

            “Iya sabar, sabar,” ucap Ayana, “tapi, kamu tahu enggak alasan Briana bersikap seperti itu kepadaku?” tanya Ayana kepada Septha.

            “Ya tahu lah, apalagi kalau bukan untuk mengalahkan kamu. Tampang-tampang wajah polos seperti Briana itu sudah bisa ditebak, Ay,” jawab Septha, “lebih baik sekarang kamu lebih berhati-hati kepada anak itu, siapa tahu dia memiliki rencana lain agar image kamu terlihat buruk di hadapan semua orang.”

            “Kamu benar,” ujar Ayana sambil menatap Teresha yang sedang duduk di kejauhan sana.

            “Sekarang sudah waktunya kamu membuktikan kalau kamu itu memang yang terbaik.”

            “Kamu benar Septha. Ok baiklah, aku akan buktikan kepada semua orang kalau aktingku memang paling baik di film ini dan kamu Briana tidak akan aku biarkan kamu mampu menggeserku di project kali ini,” tekad Ayana yakin.

            “Bagus! Buktikan sekarang juga, bungkam mulut menyebalkan Briana dengan keahlian kamu, Ay!”

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status