Share

16. Merindu

Bhista berdiri dengan menyilangkan tangannya di tepi pembaringan Arsy. Dia menatap lekat gadis berwajah pucat itu dengan seksama. Rasa iba muncul begitu saja tanpa aba-aba.

"Pasti tubuhmu terasa sangat sakit. Terlihat sekali kau begitu pucat dan lemah," batin Bhista.

Saat pandangannya masih lekat pada Arsy, tiba-tiba ibu mertuanya menghampirinya dan menariknya keluar kamar.

"Apa yang kalian bicarakan? Apa kau mengatakan sesuatu yang membuatnya syok?" desak Nyonya Winata.

"Tidak, Ibu, aku hanya mendengarkan dia bercerita tentang Satria. Tak lebih," jawab Bhista sesuai kenyataan.

"Aish, kau tak bisa dipercaya. Ingat Bhista, mulai sekarang jangan banyak bicara padanya. Kau bisa mengacaukan semuanya jika kau banyak bicara dengannya," ancam Nyonya Winata.

"Tapi, Ibu. Aku benar-benar tak mengatakan apapun padanya," jelas Bhista.

Ibu mertua Bhista berlalu tanpa memperdulikan penjelasan menantunya itu. Bhista menundukkan kepalanya.

"Be

Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status