Share

18. Hampir Saja

Hari berlalu, seperti biasanya Bhista hanya digambar mati di rumah mertuanya. Hatinya seperti teriris melihat ibu mertuanya begitu memanjakan Arsy.

"Kapan Satria akan kembali, Bu?" tanya Arsy.

"Belum tahu, Nak. Dia sangat sibuk hingga tak menjawab panggilan telepon Ibu," balas Nyonya Winata sembari menatap sinis ke arah Bhista.

Mungkin Nyonya Winata pikir Bhista banyak berhubungan dengan suaminya, walau kenyataannya Bhista juga mencoba menghindar dari Satria.

"Banyak sekali kecurigaan di matanya. Apa ibu pikir aku banyak bicara pada Satria? Bahkan lewat sambungan telepon pun aku begitu merasa takut," batin Bhista.

Makan malam berlalu, kesibukan Bhista di kantor hari ini membuatnya sangat lelah hingga dia memilih segera masuk kamar setelah menyelesaikan makan malam.

"Sayang, istirahatlah dahulu. Biar bibi yang membereskan ini," kata Nyonya Winata.

Bhista yang semula hendak masuk kamar menjadi merasa harus membereskan meja makan.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status