Share

BAB 3 Emosi Jiwa

Author: SEFARIDA
last update Last Updated: 2021-09-24 22:20:38

 

 

 

 

BAB 3

 

EMOSI JIWA

 

 

"Maaf pak jika berkenan tolong sebutkan nama bapak, agar saya tak menduga duga jika tidak berkenan telpon saya tutup. Aku berpura-tak mengenal nomer ponsel ini.

 

"Tunggu ... tunggu jangan ditutup dulu telponnya, Benarkah kamu nggak mengingat suaraku lagi Miana?" jelas orang itu.

 

Mak jleb sekali rasanya mendengar nama akhirku disebut. Selama ini yang memanggil nama akhirku hanya satu orang yaitu Mas Bion saja.

Mengapa ia masih memanggilku seperti itu?

Apa maksudnya?

 

Tiba tiba mataku gelap sekali rasanya, keringat dingin mengucur diseluruh tubuhku. Aku tak mampu mengangkat telpon.

 

"Miana, Miana kamu masih mendengarku kan? Aku minta maaf miana jika aku mengejutkanmu. Aku dapat nomer telponmu dari Kresna itupun ia tak tahu kalau aku mengambil nomermu dari ponselnya."

 

Aku hanya diam mendengar penjelasannya di telpon sambil tiada terasa airmata ini mengalir deras hatiku di penuhi amarah yang sangat.

 

"Maumu  apa mas?" pekikku dengan keras penuh emosi.

 

"Ayo kita bertemu !" tantangnya dari sana.

 

"Tidak ... tidak sekali tidak tetap tidak semua sudah jadi bubur, gara gara keegoisanmu aku menjadi korban. Pergilah sejauh mungkin nggak usah datang lagi." 

 

Ku pertegas suaraku agar ia tahu bahwa aku juga punya harga diri dan rasa amarah.

 

"Ayolah Miana, beri aku kesempatan untuk menjelaskan."

 

"Terlambat!"

 

"Jika mas Bion mau menjelaskan sekarang semua sudah tidak berguna. Maaf Mas."

 

Telpon langsung kututup dan kumasukkan tas, lalu ku teruskan langkah kaki bercengkerama dengan Randi si anak bontotku itu.

 

Randi tertawa riang bermain bersamaku, ibu mertuaku hanya mengamati kegaduhan kami berdua yang sedang berguling-guling di lantai. 

 

Senyumnya terkembang melihat Randi yang tertawa sampai berkentut. Bau harum menyeruak semua yang ada diruangan itu menutup hidung. Raksa mengejar adiknya yang lari terbirit-birit karena mau di cubit kakaknya. Randi tak kurang akal langsung berlari kearah neneknya dan bersembunyi di balik rok neneknya yang lebar.

 

Ibu mertuaku terkekeh-kekeh karena Randi menggelitik kaki neneknya dari dalam roknya. Diangkatnya putera bontotku itu kepangkuannya. Diciuminya seluruh muka dan ketiaknya hingga Randi tertawa menjerit-jerit karena terasa geli.

 

drtttt

Ponselku bergetar dilayar tertulis papa Gunarso. langsung kuangkat benda pipih ini dengan semangat empat lima ... idiiih seperti pejuang aja. Jangan-jangan suara aneh lagi seperti sebelumnya. Aku secepatnya menghindar dari ruangan keluarga. Aku keluar ke taman depan rumahku.

 

"Hallo, Ma hari ini papa lembur. Pulang agak lambat. Mama tunggu aku di   Ibu aja nanti aku jemput sekalian ambil anak-anak."

 

"Ia Pa, jaga diri ya mmmuah," kataku memberi ijin dan semangat. 

 

Aku berpura-pura seperti tak terjadi apa-apa. Aku harus mengumpulkan bukti terlebih dahulu sebelum menuduhnya agar dia tidak bisa mengelak lagi.

 

"mmuah." dari seberang sana membalas. 

 

Suamiku menutup panggilan suaranya denganku.

 

Aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka agar ada sedikit kesegaran di wajahku terus berdandan ala kadarnya di kamar. Celana jeans warna biru dan setelan hem motif garis kupakai. Rambut sebahu ini  tersisir dengan rapi lalu kubiarkan tergerai.  

 

Tas mungil coklat kuselempangkan ditubuh yang ramping ini. Sebelum ku masukkan ponsel, kucoba menghubungi Tristan sahabat yang sangat kupercaya mengelola perusahaan. Aku memintanya untuk memberitahukan keberadaan mas Gunarso. 

 

"Tris, tolongin aku dong?" pintaku.

 

"tumben chat, apa sudah bosan dirumah?" tanyanya.

 

"Coba lihatkan mas Gun di kantor situ ada apa nggak, hari ini ada lembur kah?" tanyaku memastikan.

 

 

"Barusan pulang tuh, nggak ada lembur," jawab Tristan

 

"Tolong minta bantuan sama tim IT perusahaan untuk cek lokasi posisinya," perintahku padanya.

 

"Ngapain?" tanyanya keheranan.

 

"Ceritanya panjang, buruan gih. Aku tunggu."

 

"Siap bu Bos," jawab Tristan.

 

Tak seberapa lama kemudian Tristan telah mengirimkan data detail ke aplikasi hijauku ini.

 

"Penginapan puri cempaka putih, ngapain suamiku disini," batinku.

 

Tolong ke Puri Cempaka Putih, Pak!" pintaku pada sopir taxi yang ku pesan lewat online.

 

Wig warna blonde dan kaca mata hitam kupakai untuk menyamar saat masuk di tempat itu. Aku berharap semua tak mengenali ketika aku masuk agar aku bergerak bebas.

 

Tiga puluh menit kemudian telah kumasuki kawasan elit yang asri dengan hamparan taman yang sangat luas dan indah.

 

Mbak, ada pemesanan  atas nama pak Gunarso ?" tanyaku pada resepsionis setelah aku sampai 

 

"Mbak siapa?" tanya resepsionis cantik itu.

 

"Saya sekretarisnya mau menyampaikan berkas yang harus ditanda tangani" jawabku berbohong yang meyakinkan.

 

Setelah bernegoisasi sebentar aku diberikan nomer villa yang di pakai suamiku. 

 

Aku sungguh terheran cara hidup suamiku yang irit cenderung pelit kok bisa menyewa villa hunian yang sangat mewah seperti ini. Nggak mungkin, suamiku berada disini.

 

Pikiranku terus mengurai kebingungan di kepala yang serasa mau meletus ini. Tak terasa Golf Car yang membawaku sudah sampai di paviliun kembang kenanga. Nama villanya sungguh unik di Puri Cempaka Putih ini.

 

Sepatu Nike putih yang kupakai ringan menyusuri halaman taman vila kembang kenanga. Villa yang didominasi kaca itu nampak terang benderang sehingga tampak bagian  seluruh ruangan yang ada disana. Aku bersembunyi di tempat yang agak gelap tapi bisa mengontrol semua yang ada didalam.

 

Belum lama berselang, tampak seorang wanita memakai baju warna biru dengan belahan dada yang menonjol dan rok mini, terlihat sangat seksi . Kulit putihnya sungguh kontras dengan warna baju yang dia pakai.

 

Mataku terus mengawasi yang terjadi di dalam, aku berharap disitu tidak ada suamiku. 

 

"Deg!"

 

Jantung ini terasa copot, melihat laki-laki yang kukenal menggendong bayi perempuan gendut yang lucu. Mas Gunarso tampak riang bermain dengan anak itu. 

 

Wanita yang dari tadi duduk di sofa itu bangkit dan mendekati lelaki yang kusebut suami itu. Dia duduk disebelah suamiku, menggelandot manja. 

 

Sejuta tanya berkecamuk dalam hatiku, apakah suamiku benar-benar telah mendua? Apakah wanita ini istri mudanya?

 

"Klik," kuabadikan semua melalui ponselku semua yang terjadi didepan mata ini. 

 

Gumpalan darah di dada sebelah kiri ini mengernyit sakit seakan di tindih batuan besar. 

 

"Sabar Firda," bisikku dalam hati.

 

Kulihat jam di tanganku menunjukkan pukul delapan malam. Mas Gun tak bergeming di sana, seorang wanita berseragam putih seperti suster mengambil bayi lucu itu dari gendongannya. Kemudian masuk kedalam kamar.

 

Wanita berbaju biru itu menatap suamiku penuh hasrat, tangan mas Gun membopong wanita itu dan direbahkan diatas sofa di ruang tamu tersebut. 

 

Sungguh tidak kuduga sepasang manusia itu sungguh telah kehilangan rasa malu. mereka melakukan hubungan suami istri di ruang tamu dengan lampu yang terang benderang seperti ini. Berbagai gaya dia lakukan bersama wanita itu. Aku lihat mas Gun sangat menikmatinya. 

 

Selama ini aku sungguh tidak pernah tahu jika suamiku punya fantasi dan gairah yang liar seperti  itu. 

 

Ponselku telah terisi penuh dengan foto mereka, aku pun beringsut dari tempatku duduk dan persembunyianku terus keluar dan pergi menaiki taxi online .

 

 Sengaja aku tidak melabraknya saat ini. Dalam hati kecil ini akan memberi kenangan yang sangat manis dengan lelaki yang kusebut suami itu sampai dia akan merasakan getirnya hidup.

 

"Tak ada gunanya aku ratapi, aku lahir bukan untuk sengsara. Hidupku harus bisa bahagia walaupun tanpa dia."

 

Gejolak hati dan pikiran ku atur  setenang-tenangnya hingga  bisa menguasai diri sepenuhnya sebelum masuk rumah mertuaku.  Wig blonde ini sudah tersimpan rapi dalam tas yang kubawa . Hati yang luka parah ini kuajak berdamai disepanjang perjalanan.

 

"Dari mana saja kamu Firda hampir jam sembilan baru pulang," tanya mertuaku.

 

"Ada keperluan bu, maaf tadi  nggak sempat pamit  karena terburu-buru," jawabku.

 

Aku nggak tahu apa yang akan terjadi jika ibu tahu kelakuan anaknya itu. Aku sengaja tidak memberitahunya dan langsung masuk ke kamar.

 

Didalam kamar ini kutumpahkan seluruh isi hatiku, ku buat menangis sepuas-puasnya. Begitu malang nasib ini, dulu aku ditinggal mas Bion dengan cara seperti itu. Sekarang suami yang kuanggap mencintaiku ternyata juga menipuku.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Adindatsaa
menangislah Firda agar luka hatimu sedikit lega
goodnovel comment avatar
Amat Muksin
aduh kok sedih sih nasib si firda
goodnovel comment avatar
Anquin Dienna
mending sendiri aja Firda daripada ngarepin si Gun-dul
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 21 RAHASIA FIRDA 1

    Dua buah koper warna abu-abu metallic serta kecoklatan sudah terjejer rapi diruang keluarga. Tatap mata sendu Gunarso pada ibu yang melahirkannya serta mantan istrinya begitu mengiris hati. Sementara dua wanita dihadapannya itu tetap tak bergeming sedikitpun untuk menahan kepergian Gunarso.Bu Zahra melangkah perlahan mendekati anaknya."Gunarso jadilah laki-laki sejati, bertanggung jawablah dengan setiap perbuatan yang kau lakukan. Semoga yang terjadi hari ini menjadi pelajaran berharga untukmu. Ibu ikhlas kamu pergi semoga kamu mendapat kebahagiaan dengan pilihanmu saat ini."Bu Zahra memeluk anak semata wayangnya itu, sambil menepuk-nepuk punggung Gunarso. Walau bagaimanapun dia harus mengeraskan hati agar Gunarso tahu segala kesalahannya. Rasa cintanya terhadap Gunarso hari ini telah berbeda baginya, selama ini dia terus melindungi dan memaafkannya justeru tidak membuat lelaki yang hampir empat puluh tahun itu tidak belajar dari kehidupannya.Lelaki y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 20 ADA MALING

    Dengan langkah yang hampir limbung Gunarso bangkit dari duduknya kemudian menuju mobil avanza yang tak berbentuk rupa itu.Berkali-kali dia mencoba berpikir begitu banyak yang terjadi dalam hidupnya dalam tiga bulan terakhir ini. Rumahnya di Cempaka Puri akan disita, terkena PHK, Aina masuk rumah sakit serta hari ini kehilangan istri yang dicintainya itu.Sepanjang perjalanan tak henti air mata penyesalannya terus menetes, bahkan hari ini dia tidak tahu harus melakukan apa dan tinggal dimana. Pikirannya kalut terus tertuju pada Firda yang menceraikannya beberapa saat yang lalu. Ingin sekali membela diri tapi dia tak mampu mengingat begitu banyak salah yang dia lakukan pada Firda.“Aku harus melakukan apa Tuhan, agar Firda kembali padaku? Haruskah aku menceraikan Zana Karunia wanita yang baru kunikahi hampir satu tahun itu. Wanita yang hari ini telah jadi ibu dari anakku y

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 19 KEPUTUSAN HAKIM

    Setelah diberi segelas air putih warga untuk menetralisir ketegangan di hati yang berdegup kencang itu. Gunarso melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan mobil yang penyok bumper depan. Dia sudah tidak memperdulikan rasa nyeri ditubuhnya yang menatap stang setir mobil. Dia lajukan terus sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi.Lima menit kemudian nampak di netra matanya gedung Pengadilan Negeri Agama berdiri kokoh didepannya. Mobil avanza putih itu dia belokkan ketempat parkir terdekat. Semua mata yang ada disitu menatapnya dengan keheranan melihat kondisi mobil Gunarso. Begitu sampai dia bergegas turun dari mobilnya dengan sedikit pincang. Lelaki ini menatap nyalang disemua tempat yang dia lalui mencari keberadaan Firda.Hari ini ada tiga persidangan di pengadilan Negeri ini, Gunarso segera bertanya kepada resepsionis yang mengenakan hijab warna khaky itu.“Maaf bu, persidang

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 18 KEHILANGAN KEPERCAYAAN

    Gunarso berjalan dengan gontai sambil mengacak-acak rambutnya menuju ruang tamu. Dia kebingungan harus berbuat apalagi semua ATM nya sudah terkuras habis. Bahkan surat mobilnya pun sudah masuk rumah gadai untuk tambahan biaya rumah sakit Aina. Dia mengepalkan tangannya sangat geram melihat kelakuan Zana yang menghamburkan uang seenaknya, tapi lelaki ini tidak bisa berbuat apa-apa."Bagaimana Pak ?" tanya para developer itu dengan agak sinis."Beri aku waktu satu minggu untuk melunasi semua tunggakan yang kumiliki. Jika gagal tidak bisa melunasi maka aku akan pergi dari rumah ini." Gunarso menegosiasi para developer dengan perasaan tidak nyaman."Baiklah Pak saya tunggu hingga minggu depan. Kami mohon pamit ? Semoga Bapak bisa menepati janji serta dimudahkan rizkinya,”Tiga lelaki dari developer Cempaka Puri itu berlalu dari hadapannya, G

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 17 KEPUTUSAN PAK ROIS

    Hari ini sang surya nampak gagah memeluk alam maya pada, suara aneka burung nampak bersahutan saling mengobrol satu sama lain yang sangkarnya bergantungan rapi di teras rumah milik mertuaku. Udara segar masuk perlahan memenuhi ruangan yang baru terbuka jendelanya.Firda telah memakai baju olahraganya dengan rapi, kemudian mengambil sepatu kets warna hitamnya. Hari ini dia akan pergi kerumah pak Haji Rois satu-satunya kakak kandung ayahnya yang masih hidup. Entah sudah berapa kali orang tua itu memintanya untuk datang tapi Firda belum sempat menemuinya.Baru saat ini Firda menyempatkan waktu untuk datang silaturahmi ke pak haji Rois. Selama ini pak haji Rois dan Tristanlah yang mengcover seluruh usaha dari ayahnya Firda yang telah berpulang ke rahmatullah. Firda sangat mempercayai pakdenya itu. Dibawah kendali beliau semua usaha ayahnya terus berkembang.Dengan berkendara motor maticnya dia melaju ditengah pusaran kendaraan dij

  • Noktah Merah Pernikahan Firda   BAB 16 RENCANA FIRDA

    POV FIRDAFirda masih duduk di pinggir ranjangnya sambil melihat perkembangangan kesembuhan wajahnya dengan sebuah kaca rias. Sesekali mengelus pipinya yang masih berbekas cakaran itu.Mengingat kejadian hari itu Firda merasa sangat marah pada suaminya itu. Lelaki yang kurang tegas dan tak bertanggungjawab bagi keluarga ini."Mestinya jika berani poligami ya harus seijin istri pertama bukan seenaknya saja main nikah tanpa memberitahu aku dan ibu. Sehingga tragedi cakar-cakaran sampai berkelahi didepan umum seperti beberapa waktu yang lalu bisa dihindari. Aku harus memberi pelajaran hingga tuntas pada lelaki yang ku sebut suamiku itu,"bathinku dalam hati.Oh ya hari ini adalah kepulangan si Zana dan Aina anak suamiku dan istri keduanya itu seperti kata Tristan.Ku cari ponselku, dan scroll perlahan didata contact aplikasi hijau itu untuk mencari no kontak Tristan[ Hallo Tristan]

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status