Share

2. Pertemuan (tak) Sengaja

"Bu, jangan memaksa Raline menikah dengan--Bu... Ibu!" 

Namun, Raline panik karena ibunya menutup ponsel begitu saja.

Raline ketakutan.

Tidak! Ia tidak mau menikahi bandot tua mesum seperti Pak Riswan. Ia tidak sudi menjadi tumbal atas ambisi kedua orang tuanya. Dulu, ia selalu mengikuti keinginan kedua orang tuanya yang begitu berambisi ingin menjadi orang kaya. 

Sedari remaja ia sudah didoktrin harus menuruti keinginan kedua orang tuanya karena dirinya adalah anak satu-satunya.

Oleh karena itu ia berpikir, pada dirinyalah kedua orang tuanya memupuk harapan. Dirinya terus didikte harus melakukan ini dan itu yang sebenarnya bertentangan dengan hati nuraninya. Tapi tetap ia lakukan, demi baktinya kepada kedua orang tua.

Ia juga pernah terjerumus menjalin hubungan dengan dosennya sendiri sewaktu kuliah di luar negeri. Dirinya kala itu masih sangat muda. Ia begitu haus akan cinta dan kasih sayang. Aksa tidak pernah memperlakukannya sebagai kekasih. Ia sangat kesepian. 

Makanya kala sang dosen mendekatinya dan menawarkan telinga untuk menampung segala keluh kesahnya, ia mengira kalau itulah cinta. 

Bahu kekar sang dosen yang selalu siap sedia dijadikan tempatnya menyandarkan luka, ia kira tulus karena wujud dari cintanya.

Ternyata ia salah! Sang dosen hanya memanfaatkan keluguannya. Mencari keuntungan atas dirinya yang terlunta-lunta kala mencari cinta sejati. Hingga akhirnya ia hamil dan keguguran ketika ia tahu bahwa sebenarnya sang dosen menipunya. Lebih jauh lagi, sang dosen ternyata telah berkeluarga.

Raline trauma.

Ia kini ngeri jika berhadapan dengan kaum pria. Mereka rata-rata hanya ingin mengambil kesempatan di kala ia lengah.

Dengan Heru dan Aksa yang baik-baik pun, dia melakukannya karena paksaan orang tuanya.

Dan sekarang, kedua orang tuanya ingin menikahkannya dengan laki-laki yang jelas-jelas adalah seorang bajingan? Tidak, ia tidak mau!

Trauma dan ketakutan membuat Raline berlari tak tentu arah di tengah hujan yang mulai turun. Raline takut kalau kedua orang tuanya akan menemukannya di minimarket ini. Ia harus pergi. Ya, pokoknya ia harus pergi sejauh mungkin!

Ckitttt!

"Huaaaa!" 

 Raline kaget kala sebuah mobil menghentikan kendaraannya secara mendadak. Nyaris saja! Raline mengelus dada. Ia nyaris tertabrak oleh mobil yang melaju, karena tidak memperhatikan jalan. Dirinya yang salah. 

 "Kalo lo mau bunuh diri jangan di jalanan, brengsek! Nanti lo-nya nggak mati, malah gue yang masuk penjara. Ngerti lo?!"

 Suara pintu mobil yang dibuka dan dibanting kembali, membuat Raline sadar. Bahwa ia bisa saja mencelakakan orang.

 "Mmm--ma--maaf!" Dengan bibir bergetar karena takut dan kedinginan, Raline meminta maaf.

"Tunggu! Elo?"

Raline kaget saat menyadari siapa yang nyaris menabraknya ini. Axel Delacroix Adams. Pria seram tattoan pemarah yang juga kakak Lily.

Sial sekali ia berjumpa denga mafia galak ini. Mana dirinya sedang tidak fit untuk bertengkar lagi.

"Lo ngapain lelarian kagak ada juntrungannya di jalan hah? Mau mati? Sana, terjun dari atas jembatan! Itu lebih cepet matinya. Sekalian mayatnya juga akan susah diidentifikasi saat diautopsi!" Hardikan Axel menghadirkan ide segar di kepala Raline.

"Oh iya, ya. Kenapa gue kagak kepikiran?" Raline berbicara pada dirinya sendiri.

Axel benar. Daripada ia hidup namun serasa mati. Lebih baik ia benar-benar mati saja. Dengan begitu semua masalahnya selesai dalam satu langkah.

Briliant!

Tanpa banyak bicara, Raline berjalan ke arah jembatan.

Raline berpikir kalau ia meloncat dari jembatan, matinya juga akan lebih cepat. Flyover itu cukup tinggi. Jadi, ia juga tidak perlu lama-lama menahan sakit. Sakaratul mautnya pasti instan.

Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba Raline merasa seseorang menyeret tangannya kasar.

Axellah yang melakukannya. Axel menyeretnya menuju mobil. membuka pintu mobil dan memaksanya masuk.

"Lo sebenarnya mau ke mana malem-malem? Hujan-hujan lagi?!" Axel membentaknya lagi.

"Mau nyari uang dua milyar," ungkap Raline terus terang. Ia memang membutuhkan uang dua miliar untuk membebaskan ayahnya dari Pak Riswan.

"What the fuc*?! Eh Raline, zaman sekarang mau nyari uang gopekan logam di jalan aja susah. Ini lo malah mau nyari dua milyar? Gue rasa otak lo itu emang ketuker sama otak ayam kali ya? Makanya bloonnya all out. Buat apa itu uang dua milyar?"

"Ayah gue berhutang dua milyar pada rentenir. Sekarang, rentenirnya lagi nagih ke rumah. Karena ayah gue nggak punya uang, Pak Riswan mau jadiin gue istri yang entah ke berapa, buat nebus utang. Kalau gue nggak mau, gue harus nyari uang dua milyar buat bayar itu utang. Kalo nggak, ayah gue akan dimasukkan ke penjara." Sekalian saja Raline menceritakan semuanya.

Entah mengapa, perasaannya sedikit lebih lega setelah membagi masalahnya pada Axel. 

"Ayo kita ke rumah lo. Gue yang akan nebus utang lo biar lo nggak jadi pelakor musiman lagi. Tapi ada syaratnya, lo harus jadi bini gue. Bagaimana, deal?"

Raline mendengkus kesal. Axel selalu mengejeknya sebagai seorang Pelakor, karena ia selalu mengusik rumah tangga adiknya. Dan herannya, Axel sekarang malah melamarnya. Orang terlalu pintar rupanya bisa gila.

"Tapi gue kan nggak cinta sama lo?" Raline memberi jawaban yang sebenarnya. Akan jadi apa dirinya bersuamikan seorang mafia?

"Gue juga nggak. Mungkin belum. Gini, bagaimana kalau mulai sekarang kita belajar mengubah mindset? Lo tunangan delapan tahun dengan Aksa, eh lo ditinggal kawin. Cinta setengah sarap sama Heru, juga ditinggal kawin. Gue juga begitu. Cinta setengah gila sama orang, juga ditinggal kawin. Kita berdua adalah orang-orang yang tidak beruntung dalam dunia percintaan."

Raline merenung.

Benar juga! Ia tidak pernah beruntung dalam masalah asmara.

"Jadi, mungkin kita berdua harus mencoba opsi lain. Jika kita berdua tidak bisa menikahi orang yang kita cintai, bagaimana kalau kita belajar mencintai orang yang kita nikahi?"

"Berani mencoba?" ucap pria itu lagi.

Alasan Axel membuat Raline berpikir keras.

Ia memutar-mutar rambut ikalnya. Keningnya berkerut karena mencoba memikirkan untung ruginya menikah dengan Axel.

 "Belajar mencintai orang yang kita nikahi? Itu artinya gue harus belajar mencintai mahkluk penuh tatoo seperti lo, ya?" guman Raline pelan. Ia kemudian meneliti Axel yang duduk di depannya. 

"Ok. Not bad lah. Walaupun tatooan, tapi lo ganteng maksimal. Mana banyak duit lagi. Kalo lo mati, 'kan gue bisa jadi janda kaya. Oke, deal. Gue setuju nikah sama lo." Raline mengangguk-anggukkan kepalanya. Puas oleh pemikirannya sendiri.

"Mengenai lo bakal jadi janda kaya kalo gue mati, harap lo hapus pikiran itu. Karena gue belum ada rencana mati akhir-akhir ini." Axel menjawab santai, seraya menghidupkan mesin mobil. 

"Oke, gampang mah itu." Hapus!" Dan Raline pun membuat gerakan seperti menghapus papan whiteboard dari keningnya.

"Selesai. Sudah dihapus." Raline nyengir sehingga matanya yang cuma segaris bulan sabit, menghilang.

Ia sekarang bisa tertawa. Soalnya, ia tidak jadi menikah dengan aki-aki. Melainkan menikah dengan mafia tatooan, yang walaupun galak tetapi sangat tampan. Nikmat mana lagi yang ia dustakan bukan?

"Apa yang perlu gue bilang pada orang tua lo, untuk meyakinkan mereka agar melepas lo buat gue?" tanya Raline bingung.

"Gampang. Bilang aja kalo lo  kaya. Habis perkara!"

"Oke. Sekarang kita ke rumah lo." 

 Dalam rintik hujan, Raline merenung separuh senang, separuh sedih. Senangnya ia tidak jadi menikahi aki-aki. Sedihnya, ia kembali harus menjadi milik laki-laki yang tidak mencintainya lagi. 

 *******

Memasuki komplek perumahan mewah yang ditunjukkan oleh gadis di sampingnya ini, Axel melambatkan laju kendaraan.

Ia harus memastikan bahwa gadis aneh ini benar-benar bersedia menjadi istrinya.

Waktunya akan terbuang cuma-cuma kalau hanya untuk mengantarkan mantan pacar adik iparnya ini pulang.

Maklum saja, gadis ini walau kelihatannya pintar, sesungguhnya sama somplaknya dengan adiknya, Lily.

Kalau diam, terlihat cantik dan anggun. Namun kalau sudah membuka mulut, hancur semua citra cantik dan anggun tersebut.

"Coba lo ulangi sekali apa tujuan kita menemui orang tuamu?" tanya Axel mendadak.

"Hah, apa?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status