"Hey, Celia. Seharusnya aku dan suamiku yang pergi berbulan madu, kenapa kau yang justru buru-buru terbang ke Bahama?" protes Esmeralda dengan nada meliuk-liuk.
"Sudahlah, Esme Sayang. Kita pergi bulan madu kapan pun kau mau? Biarkan Celia memilih yang ingin dia lakukan," bela Austin. Dan istrinya langsung mendelik menatap dia.
Celia pun angkat bicara. "Bagian terpentingnya, aku tak akan mengganggu kalian, bukan? Sudah waktunya aku berangkat ke bandara. Sampai jumpa ketika aku pulang jalan-jalan di Carribean Island!" Dia bangkit dari kursi makan lalu berpelukan dengan papa mamanya. Celia hanya melambaikan tangan sekilas ke arah pasangan pengantin baru itu sebelum menenteng tas tangannya menuju teras depan.
Hari masih pagi sekali ketika Celia bertolak menuju ke Bahamas Island, pilihan pertamanya untuk bertamasya di Carribean Island. Fabio Hernandez mengawalnya selama berada di luar Kansas.
Iklim tropis yang kaya akan sinar matahari membuat Celia serasa lahir baru setelah menghadapi beban pikiran akhir-akhir ini. Dia menyeret sendiri koper merahnya menuju ke pintu keluar bandara di Bahamas Island diikuti oleh Hernandez. Sekilas mereka lebih nampak seperti pasangan kekasih yang berlibur karena penampilan keduanya sama-sama menarik. Namun, Hernandez tahu diri, dia berusaha menjaga jarak profesional dengan nona muda yang dilayaninya.
"Ke mana kita akan menginap, Celia?" tanya Hernandez sambil membantu sopir taksi memasukkan koper-koper mereka ke bagasi belakang mobil.
"Grand Luxury Bahamas Resort, Fabio. Kuharap kau bisa lebih santai. Kita hanya akan berlibur, okay? Dan aku bukan selebritis yang perlu dikawal ketat. Aku hanya menyetujui keinginan papa untuk membawa seorang pengawal dari pada sendirian!" jawab Celia dari bangku belakang taksi.
Angin pesisir pantai yang beraroma garam samar-samar berhembus ke dalam taksi yang mereka tumpangi. Celia berpikir dalam benaknya bahwa lebih baik dia melakukan travelling sepanjang tahun saja mengelilingi Carribean Island yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil negara kepulauan.
Sementara itu di Kansas City, Alfons Boudin tergesa-gesa menghadap ke bosnya yang sedang memasak di dapur penthouse pribadinya. "Master Morgan, ada kabar buruk yang harus saya sampaikan!" ujarnya seraya berdiri di balik punggung Chef Morgan yang menghadap ke wajan panas di atas kompor.
Pria itu mematikan kompor lalu membalik badan tegap berototnya. Baju chef warna putih itu digulung hingga siku. " Katakan dengan jelas maksudmu, Alfons!" sahut Morgan.
"Saya mendapat kabar bahwa Nona Celia Richero meninggalkan Kansas untuk tamasya berdua saja dengan pengawalnya pagi tadi. Bagaimana dengan rencana kita kemarin? Bukankah semua akan sia-sia?" Alfons Boudin telah membelikan couple ring untuk Morgan dan Celia setelah mendapat perintah langsung. Bosnya ingin melamar Celia ke keluarga Richero hari ini.
Morgan terdiam sembari memindahkan pasta Aglio Olio dari wajan ke dua piring kosong. "Hmm ... tak perlu panik. Temani aku makan siang dulu, Alfons!" jawab chef tampan berdarah separuh suku Indian itu ringan saja.
"Saya pikir Anda pasti kecewa mendengar kabar ini—" Alfons tak menduga justru bosnya biasa saja menanggapi kenyataan wanita yang akan dijadikan istri pergi kabur ke luar negeri.
Setelah mereka duduk berhadapan di island table dapur dan mulai makan, Morgan berbicara, "Pantau terus Celia Richero. Aku ingin kau sewa detektif untuk mengikutinya dan melaporkan segala aktivitas calon istriku. Kalau bisa carilah detektif yang pandai bela diri agar bisa melindungi Celia seandainya ada kejadian tak terduga di tempat yang jauh dariku, Alfons!"
"Baiklah. Saya paham, Master Morgan. Apa ada tugas lainnya?" sahut Alfons. Dia terbiasa menikmati hasil masakan chef bintang Michelin misterius tersebut.
"Sementara itu saja, minta detektif itu mengirimkan juga foto-foto Celia setiap hari saat beraktivitas. Aku ingin tahu semuanya baik itu remeh atau penting!" titah Morgan. Perlahan-lahan dia mulai terobsesi dengan gadis bermata ungu itu.
Di Carribean Island, Celia menikmati berbagai aktivitas pantai yang menyenangkan dari berselancar ombak, parasailing, berjemur, dan snorkeling. Berkeliling dari satu pulau ke pulau lainnya, dia ditemani Fabio Hernandez menghabiskan waktu bersenang-senang. Menikmati cita rasa lokal dari gerai kuliner yang banyak menyajikan seafood dan minuman kelapa muda yang pohonnya tumbuh subur di pulau-pulau kecil yang dikelilingi lautan.
Keberadaan detektif yang mengawasi Celia seolah-olah tak kasat mata. Namun, foto-foto wanita cantik itu dalam berbagai pose dan aktivitas menarik terkirim lancar ke Morgan Bradburry.
"Sir, sudah berbulan-bulan Nona Celia Richero meninggalkan Kansas City, apa Anda akan berdiam diri?" tanya Alfons tak sabar karena Morgan tak ada rencana untuk menyusul wanita incarannya.
Di kantor pusat kerajaan bisnis waralaba restoran miliknya, Morgan duduk tercenung mendengarkan asisten pribadinya yang nampaknya protes dengan sikap lambannya terkait Celia. Dia menatap Alfons seraya menjawab, "Persoalannya adalah Celia bisa jadi menutup diri dari pria mana pun yang mendekatinya setelah mantan tunangannya yang brengsek itu berkhianat dan malah menikahi kakaknya yang berbeda ibu!"
"Lalu apa yang akan Anda lakukan, Master Morgan?" tanya Alfons penasaran.
"Biarkan wanita itu menyembuhkan diri hingga kuat menghadapi kenyataan dan melanjutkan kehidupannya yang masih terbentang jauh ke masa depan. Aku akan hadir di saat yang tepat. Dia milikku, Alfons!" ujar Morgan santai. Dia cukup puas mengetahui tak ada satu pun makhluk berjenis kelamin laki-laki selain pengawalnya yang sekaku papan triplek itu yang bisa mendekati Celia.
Berbeda dengan Morgan, papa Celia justru gelisah memikirkan putrinya yang tak kunjung pulang ke rumah setelah lama bertamasya di Carribean Island. Tuan Arnold Richero memanggil asisten pribadinya ke ruang kerja di kediaman Richero.
Carlos Peron duduk di seberang meja kayu Ek mendengarkan perintah atasannya. Ternyata Tuan Arnold ingin dia menjemput Celia di Cayman Island, tempat nona mudanya berada saat ini. "Bagaimana kalau Nona Celia menolak untuk pulang, Sir?" tanya pria berusia empat puluh tahun dengan perawakan gagah tegap itu.
"Bawa beberapa anak buahmu, Carlos. Aku telah mengatur perjodohan Celia dengan putra keluarga Livingstone, Harry. Kau harus paksa Celia seandainya dia menolak diajak pulang!" tegas Tuan Arnold Richero.
"Baiklah, akan saya usahakan bersama rekan-rekan nanti!" Carlos Peron menghela napas. Dia tidak merasa positif dengan langkah tuan besarnya memaksakan perjodohan untuk Celia yang sekalipun nampak lemah gemulai dan kalem, justru keras kepala setengah mati bila menyangkut pendiriannya.
"Hmm ... pergilah. Jangan tunda-tunda tugas dariku, Carlos!" tukas Tuan Arnold. Dia telah memesan jasa wedding organizer untuk pernikahan Celia dan Harry Livingstone minggu depan. Love after marriage sebagian besar sukses di zamannya dahulu dan berhasil meneruskan keturunan bergenetik unggul.
Carlos Peron segera pamit undur diri untuk berkoordinasi dengan rekan-rekannya terbang segera ke Cayman Island menjemput nona muda Richero. Dia sengaja membawa selusin pengawal agar tidak kesulitan membawa Celia kembali ke Kansas City. Wanita itu bisa menjadi sangat sulit bila dipaksa menuruti hal yang tak dia inginkan. Berhasilkah mereka?
"Bagaimana kalau besok aku ikut bersama kau dan adikmu berjalan-jalan ke mall?" pinta Agatha kepada Esmeralda yang mengatakan bahwa mereka ingin menghabiskan waktu window shopping sebelum acara pesta keluarga Falcon.Esmeralda mengangguk setuju karena dia menganggap Agatha adalah istri bos suaminya di rumah sakit. "Boleh saja, ini acara santai. Silakan bergabung kalau kamu berkenan, Agatha!" jawabnya lalu dia berpamitan untuk menghampiri suaminya yang sedang menjaga Celia.Dia maklum karena Morgan nampaknya sedang sibuk menjawab telepon penting di tepi kolam. Esmeralda memeluk Jeff dari balik punggung suaminya lalu berbisik, "Aku merindukanmu, Hubby!"Jeffrey tertawa pelan seraya menoleh menatap istrinya. Dia menjawab, "Sebentar lagi kita kembali saja ke kamar. Sudah petang dan sebentar lagi waktunya makan malam!""Ngomong-ngomong, kalian berencana makan malam di luar hotel atau bagaimana
"TING TONG." "Siapa itu, Hubby? Apa kau memesan room service?" tanya Celia yang duduk di sofa ditemani Morgan sambil menonton TV."Entahlah, biar aku memeriksanya sebentar, Baby Girl!" Morgan bangkit berdiri lalu bergegas melihat siapa tamunya dari lubang intip pintu kamar hotel.Pasangan itu berseru kompak, "Surprise!" Jeff dan Esmeralda tersenyum lebar lalu memberi pelukan ke adik ipar mereka bergantian. "Kapan kalian tiba di New York?" tanya Morgan seraya memberi jalan masuk pasangan suami istri yang semakin akrab dengannya itu.Jeff menjawab, "Kami baru saja menaruh koper di kamar 511. Tiga kamar di sisi kanan kamar ini. Jadi lebih baik kami menyapa kalian terlebih dahulu.""Apa kalian sedang tidak ingin diganggu?" tanya Esmeralda sungkan. Dia mengecup pipi Celia kanan kiri lalu duduk di sofa tunggal di sisi adiknya.Celia menggelengkan kepala. Dia menjawab, "Kami hanya menghabiskan waktu dengan bersantai sebelum besok Morgan sibuk mengurusi jasa boga untuk pesta Madam Arabella
"Jeff, apa semua barang kita sudah masuk ke koper? Tak ada yang ketinggalan 'kan?" tanya Esmeralda di dalam mobil yang mengantarkan mereka ke Bandara Kansas."Tenanglah, Honey. Kita sudah rapikan berdua semalam. Tak ada yang tertinggal. Morgan dan Celia juga sudah sampai di New York terlebih dahulu, sepertinya akan seru!" hibur Jeffrey Norton seraya menggenggam telapak tangan Esmeralda yang terbalut sarung rajutan wool.Esmeralda pun berkata, "Yang paling menarik adalah hotel tempat kita menginap memiliki kolam air hangat indoor. Itu pilihan Celia karena dia ingin bisa berenang untuk mengisi waktu luang bersama Morgan.""Tetapi, Morgan memasak. Mungkin kita bisa menemani Celia juga nanti. Aku kuatir dengan kehamilan tripletnya yang sudah mendekati HPL!" sahut Jeff penuh perhatian. "Iya, kau benar. Kuharap ketiga calon keponakanku akan lahir sehat tanpa kurang suatu apa pun!" jawab Esmeralda. Dia pun menenggelamkan diri di pelukan suaminya hingga mobil keluarga Richero sampai di tujua
"Hubby, apa kamu yang akan memasak hidangan di pesta ulang tahun Nyonya Besar Falcon?" tanya Celia ketika suaminya baru saja pulang kerja.Morgan yang baru saja akan berpamitan akan terbang ke New York besok pun agak terkejut. Dia duduk di tepi tempat tidur seraya melepas sepatunya. Dia menjawab, "Benar. Mister Michael Falcon selalu meminta layanan khusus dariku setiap kali beliau menyelenggarakan pesta. Aku tak keberatan karena beliau pelanggan setia sejak lama. Ada apa, Celia?" "Aku ikut bersamamu ke New York kalau begitu, Morgan!" jawab Celia sembari tersenyum lebar."Jadi kau diundang hadir ke pesta itu, bersama siapa?" sahut Morgan sedikit kurang nyaman. Putra bungsu Nyonya Arabella Falcon yaitu Joel pernah bersengketa dengannya karena Celia dan mereka bertiga seolah-olah harus menjalani reuni tanpa disengaja. "Papa dan Esme juga akan hadir, Jeff ikut juga bersama kami. Namun, kalau kamu berangkat lebih dahulu maka aku akan memilih terbang besok juga denganmu, Morgan!" jawab Ce
"BRAKKK!" Pintu ruangan gedung yang ditengarai menjadi tempat penembak jitu yang berhasil melukai Joel Falcon didobrak paksa. Sayangnya pelaku sudah tak ada di sana. Frank berseru ke rekan-rekannya, "Kejar ke tangga darurat dan naik lift ke lantai lobi. Mungkin dia kabur membawa kotak senjata berukuran besar, geledah siapa pun yang mencurigakan!" Enam pengawal profesional itu berpencar membagi tugas agar penjahat yang mereka buru bisa tertangkap. Sesuai dugaan Frank Muller, penembak jitu itu kabur lewat tangga darurat. Leonardo Sanchez yang mengejar melalui jalur yang sama melihat sosok tersebut."Kyle?! Fuck ... ternyata itu kau, Bastard!" umpat Leonardo. Dia terus mengejar di tangga turun sampai nyaris ke pintu keluar yang bermuara di lantai lobi gedung perkantoran itu. Mantan orang kepercayaan Joel Falcon itu terengah-engah berlari membawa kotak Cello berisi senapan laras panjangnya. Dia kesulitan berlari kencang dan mulai terkejar oleh Leonardo. Kebetulan Alvin Soros yang naik
"Makanlah yang kenyang, Bella. Kau pasti butuh stamina prima saat menyanyi di panggung besar nanti!" ujar Joel yang sarapan pagi di dalam presidential suite Hotel Ritz-Carlton Los Angeles. Mereka tidak turun ke restoran hotel karena takut terpergok orang luar. Namun, hidangan yang tersaji di meja makan tak kalah banyak ragamnya. Joel sengaja memesan begitu agar Annabella bisa memilih sendiri menu yang disukai.Wanita muda itu mengunyah Belgian Chocolate Waffle dengan penuh semangat. Dia tahu suaminya sedang memanjakan dirinya dengan sarapan melimpah buatan chef hotel bintang lima. "Bagaimana kalau menu yang kau pesan tidak habis, Hubby? Ini jelas terlalu banyak untuk kita berdua!" ujarnya."Para pengawalku bisa memakan menu yang ada, mereka pasti suka asal kita tidak mengacak-acak makanan seperti orang udik!" jawab Joel ringan. Dia memang terbiasa makan dengan table manner yang berkelas karena diajari mamanya sejak masih kecil bersama Michael Falcon.Annabella mencicipi Pan Sheared S