"Wow, aku tak menyangka berita kelahiran anak-anak kita akan mendapat sambutan yang sangat antusias dari kolegamu dan juga kolega grup Richero!" ujar Celia kepada Morgan sembari mengagumi berbagai karangan bunga segar ucapan selamat yang dipajang di kamar pasien.Setidaknya ada selusin buket bunga cantik yang disusun berjejer di meja kayu kabinet dekat jendela bertirai putih. Celia tersenyum penuh kegembiraan, dia memang penyuka bunga dan juga pemandangan alam. "TOK TOK TOK!" "Permisi, ada beberapa buket bunga ucapan selamat lagi yang dikirim kurir untuk Nyonya Celia!" ujar perawat yang membawa tiga buket berukuran sedang masuk ke ruang perawatan.Morgan pun berkata, "Diletakkan di meja bersama buket lainnya saja, Suster!"Maka perawat itu menaruh ketiga buket bunga yang dibawanya sesuai perintah Morgan. Kemudian dia berpamitan ke luar.Celia yang sensitif pada aroma dan serbuk benang sari Red Spider Lily pun mulai merasakan anxiety, badannya terasa demam dan lemas, disusul bersin-b
"Selamat, Celia dan Morgan. Wah ... sekarang tinggal aku yang menunggu hari kelahiran bayiku. Kuharap semuanya berjalan lancar!" ujar Esmeralda ketika menjenguk tiga keponakan barunya di rumah sakit."Kau pasti bisa, Esme. Lagipula yang akan membantu persalinanmu nanti suamimu sendiri!" Celia tertawa lepas karena dia tak lagi memiliki kekuatiran mengenai kehamilannya yang kembar triplet.Jeff merangkul bahu Esmeralda seraya berkata, "Kamu pasti bisa melahirkan normal, Esme Darling. Proses kesembuhannya akan lebih cepat, percayalah!" "Apa tidak menyakitkan saat mengejan mengeluarkan bayi kita nanti, Jeff? Aku takut!" balas Esmeralda ragu-ragu."Sakit sebentar saja lalu selesai. Okay?" Jeff mengecup pipi istrinya dan Esmeralda mengangguk patuh.Morgan pun bertanya ke Dokter Jeff, "Kapan Celia diizinkan pulang? Apa masih harus observasi ibu dan anak-anaknya?" "Tunggu tiga hari lagi, Morgan. Jangan sampai terburu-buru pulang lantas ada komplikasi tak terduga dengan mereka. Celia sudah d
"Celia, sepertinya kamu pecah ketuban!" ujar Jeff setelah mereka keluar dari bilik IGD perawatan Tuan Arnold Richero.Carlos Peron melangkah cepat di lorong menuju poli IGD setelah menyelesaikan urusan administrasi rawat inap untuk big bossnya. Dia mengamati cairan menetes dan tergenang di bawah kursi roda Celia dan segera berkata, "Kau akan segera melahirkan, Celia. Apa papamu sudah tahu?""Jangan beri tahukan dulu, Uncle Carlos. Nanti papa mertua jadi ikut gelisah karena Celia harus melahirkan secara lebih dini!" sergah Jeff."Iya ... masih dua minggu dari HPL bukan, Jeff?" tanya Celia panik. Dia teringat momen bertabrakan dengan Agatha di lobi rumah sakit tadi. Dia mulai berair mata menguatirkan ketiga buah hatinya yang telah hampir sembilan bulan ini berada di rahimnya. Segera Jeff memeluk adik iparnya untuk menenangkan Celia. "Hey, jangan menangis. Mereka akan baik-baik saja, Celia. Kau mommy yang kuat, akan kuurus proses pemeriksaan di poli IGD bersamaku. Nanti kita putuskan ca
"Halo, Mister Arnold Richero. Saya Letnan Jasper Klein. Ada kabar buruk dari penjara, Austin Robertson kabur kemarin siang tanpa jejak. Entah dari mana dia mendapat akses melarikan diri dari dalam penjara sehingga berhasil mengelabuhi penjaga!" ujar pejabat polisi di telepon.Pria itu terkejut, jantungnya mendadak berdetak tak beraturan dan disertai rasa sakit menyesakkan di area dada. "Terima kasih informasinya, Letnan. Saya akan beri tahukan ke para pengawal agar waspada!" jawab Tuan Arnold Richero seraya melangkah ke luar pintu kamar tidurnya untuk mencari bantuan. 'Ada yang tidak beres dengan jantungku!' batinnya panik.Pengawal yang berjaga di depan kamar big boss mereka segera menangkap tubuh Tuan Arnold Richero yang limbung nyaris terjerembab ke lantai. Pierre Barton berkata ke pelayan yang lewat, "Segera cari Mister Carlos, katakan big boss sakit!"Dua orang wanita muda yang bekerja sebagai pelayan di kediaman Ri
"Mom!" Sebuah panggilan disertai tepukan di pundaknya membuat Nyonya Olivia Robertson menoleh. Tenggorokannya serasa tercekat, wanita itu merasakan air mata menggenangi bola matanya. "Nak, apa kamu Austin?" tanya Nyonya Olivia Robertson meyakinkan dirinya.Austin segera memeluk ibunya yang telah lama tidak ditemuinya. "Yes, Mom. Ini aku, maaf telah membuat Mommy menjalani kehidupan keras pasca meninggalnya dad sendirian!" ujar pria itu berurai air mata. Dadanya sesak oleh kesedihan melihat penampilan wanita yang dahulu begitu anggun berkelas harus menjadi wanita tua kelas menengah ke bawah. "Jangan kamu pikirkan, Austin. Segalanya berubah, hidup seperti roda yang terus berputar. Kadang di atas dan kini Mom sedang berdamai dengan situasi di mana harus berada di bawah!" jawab Nyonya Olivia. Dia pun menoleh ke kanan kiri agar tak ada yang memperhatikan mereka. "Kita ke taman kota saja dan mengobrol, ayo naik bus yang bercat merah itu!" tunjuknya ke bus kota yang mengarah ke mereka berd
"Uncle Carlos, tolong rahasiakan informasi ini dari papa. Kami hanya tidak ingin beliau banyak pikiran!" pinta Celia saat dia bersama Morgan, Jeff, dan Esmeralda menemui kepala pengawal sekaligus asisten kepercayaan Tuan Arnold Richero.Pria paruh baya bertubuh tegap dalam balutan kemeja putih digulung hingga siku itu menghela napas berat. "Kalau aku tidak mengenal Emilia secara pribadi mungkin aku tak akan percaya cerita kalian. Namun, wanita itu memang jahat dan susah mati. Hehehe. Aku akan meningkatkan pengawalan untuk papa kalian. Tujuan balas dendam Emilia yang paling utama pasti Tuan Arnold. Bagaimana dengan pengamanan Esme dan Celia?" ujar Carlos Peron."Ada female bodyguard yang akan mengawal mereka masing-masing dua orang. Celia tidak banyak bepergian keluar karena kondisinya. Sedangkan, Esme lebih banyak berada di luar rumah, itu agak riskan menurutku!" jawab Morgan menganalisa situasi. Dia menoleh ke arah Jeff untuk meminta pendapat."Morgan, apa bisa kau pinjamkan setengah