Home / Romansa / Nona Muda, Mari Bercinta / Merenggut Keperawanan Tanpa Sengaja

Share

Merenggut Keperawanan Tanpa Sengaja

last update Last Updated: 2025-01-11 22:09:33

Sentuhan panas di kulitnya membuat tubuh Celia bergetar. Kelopak matanya berat, tapi napas berat pria di atasnya terdengar jelas di telinganya. Gerakannya perlahan namun mantap, hingga—

"Aargh!" teriak Celia, tubuhnya menegang. Sakit menyayat di antara pahanya saat sesuatu yang asing menerobos masuk.

Morgan mematung sejenak. "Sial, kau masih perawan?" suaranya parau, tercampur rasa bersalah dan bingung. Ia tak menyangka wanita cantik yang ia pikir cuma pemuas malam itu ternyata belum pernah disentuh lelaki.

Dia memicingkan mata, menatap Celia yang tampak kesakitan di bawahnya. Sekilas, rasa ragu muncul, tetapi hasrat terlalu mendominasi. "Aku akan memberimu kompensasi besar," ucapnya cepat, sebelum kembali membenamkan dirinya dalam tubuh gadis itu.

Napas mereka berpacu. Morgan tidak bisa berhenti. Dia menyukai cara Celia memanggilnya dengan suara manja, “My Honey Bee,” di tengah kenikmatan. Baginya, dia seperti lebah jantan yang menemukan bunga paling segar.

Beberapa kali dia kembali menuntaskan gairahnya pada Celia. Kulit putih susu itu dipenuhi jejak ciuman dan gigitan. Tubuhnya begitu menggoda, membuat Morgan, pria yang dikenal dingin dan tertutup dalam hubungan, tak bisa berhenti.

Keringat membasahi tubuh keduanya saat dia menekan kuat untuk terakhir kalinya, melepaskan dirinya jauh di dalam Celia. Gadis itu menggeliat kesakitan, namun tak bersuara. Lelah dan mabuk, hingga membuat Celia tertidur pulas di samping Morgan.

Morgan mencium bibir mungil Celia yang tampak cemberut dalam tidurnya, lalu bangkit, berjalan ke kamar mandi. Sebelum pergi, dia kembali ke sisi gadis itu, mencium keningnya dan berbisik, “Kau milikku sekarang. Dan besok, aku akan memintamu menjadi istriku.”

**

Cahaya pagi menembus tirai. Celia terbangun dengan tubuh sakit dan nyeri, terutama di bagian intimnya. Dia terperanjat. Kulitnya telanjang di bawah selimut. Sepasang lengan kekar melingkari tubuhnya erat. Dadanya berdebar kencang saat sesuatu yang keras menyentuh pahanya.

'Ya Tuhan… apa yang terjadi?!'

Celia berusaha melepaskan diri. Dia tak tahu siapa pria di sampingnya. Yang dia ingat, hanya mabuk karena begitu kecewa dengan Austin dan Esmeralda.

Dalam kegugupan, dia meraih gaun merah kusutnya dan mengenakannya kembali. Tak sadar gelang emas berhias zamrud jatuh dari pergelangannya ke kasur.

Dengan sepatu di tangan, dia melangkah diam-diam keluar kamar night club mewah itu. Napasnya memburu, jantungnya seperti mau pecah. Apa yang dia lakukan semalam?!

Di luar, dia cepat-cepat naik taksi. Malam tadi dia ke tempat itu karena undangan dari nomor tak dikenal, dan memergoki sendiri pengkhianatan Austin. Sekarang, dia pulang dengan tubuh ternoda dan hati porak-poranda.

Taksi berhenti di gerbang rumah besar keluarga Richero. Celia turun cepat dan petugas keamanan segera membukakan gerbang. Dia melangkah masuk dengan tubuhnya yang masih berantakan: dress kusut, rambut awut-awutan dan lebih parahnya lagi ada jejak bekas ciuman pria asing menghiasi kulitnya!

“Celia!” suara Esmeralda melengking dari ruang tengah, mengagetkan Celia yang baru menjejak anak tangga menuju lantai dua.

Semua mata berbalik menatapnya. Tamu-tamu di ruang tengah, termasuk orang tua Austin, memandangi penampilannya yang kacau.

“Apa kau tidak ingin menyapa Mr. Brian dan Mrs. Olivia Robertson?” sindir Esmeralda, suaranya tajam.

“Mungkin nanti,” jawab Celia pelan, canggung.

Namun, Esmeralda meraih tangannya, menyeret Celia ke tengah ruangan. Semua mata menyapu tubuhnya. Dress terbuka itu tak bisa menyembunyikan bekas gigitan dan ciuman.

Terlalu hina.

“Jadi kau memilih Esmeralda, bukan Celia?” tanya Olivia kepada Austin, matanya jijik menatap Celia.

Austin hanya mengangguk santai. “Iya. Aku tak bisa menikahi perempuan liar. Esme lebih pantas jadi istriku.”

Kata-kata itu seperti pisau. Celia menatap Austin dengan mata berkaca. Bibirnya bergetar.

Tak tahan lagi, dia berlari naik ke kamarnya.

Tangisnya pecah, hatinya hancur. Cinta tiga tahunnya dibuang begitu saja, tetapi yang lebih parah adalah ia sudah kehilangan segalanya dalam satu malam. Kehormatan, cinta, dan harga diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (35)
goodnovel comment avatar
Irma Yanti
Austin memang laki2 yg munafik dia yg sudah bersalah malah menyalahkan Austin yg disakiti olehnya...
goodnovel comment avatar
amalia. hanbin131
Knp musti nangis... Mereka yg salah... Jgn pedulikan ortu mereka dan lebih baik jika austine ma esme.... So celia bebas.... Ceria seharusnya. Wlo sakit hati gk perlu nangis piluu
goodnovel comment avatar
Gadis Bar bar
hedeh si austin bener2 keterlaluan g papa celia biarkan para sampah itubmenang diawal. nnt kau yg akan jadi oemenangnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nona Muda, Mari Bercinta   Double Date Di Malam Bersalju

    "Bagaimana kalau besok aku ikut bersama kau dan adikmu berjalan-jalan ke mall?" pinta Agatha kepada Esmeralda yang mengatakan bahwa mereka ingin menghabiskan waktu window shopping sebelum acara pesta keluarga Falcon.Esmeralda mengangguk setuju karena dia menganggap Agatha adalah istri bos suaminya di rumah sakit. "Boleh saja, ini acara santai. Silakan bergabung kalau kamu berkenan, Agatha!" jawabnya lalu dia berpamitan untuk menghampiri suaminya yang sedang menjaga Celia.Dia maklum karena Morgan nampaknya sedang sibuk menjawab telepon penting di tepi kolam. Esmeralda memeluk Jeff dari balik punggung suaminya lalu berbisik, "Aku merindukanmu, Hubby!"Jeffrey tertawa pelan seraya menoleh menatap istrinya. Dia menjawab, "Sebentar lagi kita kembali saja ke kamar. Sudah petang dan sebentar lagi waktunya makan malam!""Ngomong-ngomong, kalian berencana makan malam di luar hotel atau bagaimana

  • Nona Muda, Mari Bercinta   Intuisi Morgan Untuk Melindungi Istrinya

    "TING TONG." "Siapa itu, Hubby? Apa kau memesan room service?" tanya Celia yang duduk di sofa ditemani Morgan sambil menonton TV."Entahlah, biar aku memeriksanya sebentar, Baby Girl!" Morgan bangkit berdiri lalu bergegas melihat siapa tamunya dari lubang intip pintu kamar hotel.Pasangan itu berseru kompak, "Surprise!" Jeff dan Esmeralda tersenyum lebar lalu memberi pelukan ke adik ipar mereka bergantian. "Kapan kalian tiba di New York?" tanya Morgan seraya memberi jalan masuk pasangan suami istri yang semakin akrab dengannya itu.Jeff menjawab, "Kami baru saja menaruh koper di kamar 511. Tiga kamar di sisi kanan kamar ini. Jadi lebih baik kami menyapa kalian terlebih dahulu.""Apa kalian sedang tidak ingin diganggu?" tanya Esmeralda sungkan. Dia mengecup pipi Celia kanan kiri lalu duduk di sofa tunggal di sisi adiknya.Celia menggelengkan kepala. Dia menjawab, "Kami hanya menghabiskan waktu dengan bersantai sebelum besok Morgan sibuk mengurusi jasa boga untuk pesta Madam Arabella

  • Nona Muda, Mari Bercinta   Spa Berpasangan yang Menerbitkan Gairah

    "Jeff, apa semua barang kita sudah masuk ke koper? Tak ada yang ketinggalan 'kan?" tanya Esmeralda di dalam mobil yang mengantarkan mereka ke Bandara Kansas."Tenanglah, Honey. Kita sudah rapikan berdua semalam. Tak ada yang tertinggal. Morgan dan Celia juga sudah sampai di New York terlebih dahulu, sepertinya akan seru!" hibur Jeffrey Norton seraya menggenggam telapak tangan Esmeralda yang terbalut sarung rajutan wool.Esmeralda pun berkata, "Yang paling menarik adalah hotel tempat kita menginap memiliki kolam air hangat indoor. Itu pilihan Celia karena dia ingin bisa berenang untuk mengisi waktu luang bersama Morgan.""Tetapi, Morgan memasak. Mungkin kita bisa menemani Celia juga nanti. Aku kuatir dengan kehamilan tripletnya yang sudah mendekati HPL!" sahut Jeff penuh perhatian. "Iya, kau benar. Kuharap ketiga calon keponakanku akan lahir sehat tanpa kurang suatu apa pun!" jawab Esmeralda. Dia pun menenggelamkan diri di pelukan suaminya hingga mobil keluarga Richero sampai di tujua

  • Nona Muda, Mari Bercinta   Menggoda Suami Sepulang Kerja (21+)

    "Hubby, apa kamu yang akan memasak hidangan di pesta ulang tahun Nyonya Besar Falcon?" tanya Celia ketika suaminya baru saja pulang kerja.Morgan yang baru saja akan berpamitan akan terbang ke New York besok pun agak terkejut. Dia duduk di tepi tempat tidur seraya melepas sepatunya. Dia menjawab, "Benar. Mister Michael Falcon selalu meminta layanan khusus dariku setiap kali beliau menyelenggarakan pesta. Aku tak keberatan karena beliau pelanggan setia sejak lama. Ada apa, Celia?" "Aku ikut bersamamu ke New York kalau begitu, Morgan!" jawab Celia sembari tersenyum lebar."Jadi kau diundang hadir ke pesta itu, bersama siapa?" sahut Morgan sedikit kurang nyaman. Putra bungsu Nyonya Arabella Falcon yaitu Joel pernah bersengketa dengannya karena Celia dan mereka bertiga seolah-olah harus menjalani reuni tanpa disengaja. "Papa dan Esme juga akan hadir, Jeff ikut juga bersama kami. Namun, kalau kamu berangkat lebih dahulu maka aku akan memilih terbang besok juga denganmu, Morgan!" jawab Ce

  • Nona Muda, Mari Bercinta   Penembak Annabella Tertangkap

    "BRAKKK!" Pintu ruangan gedung yang ditengarai menjadi tempat penembak jitu yang berhasil melukai Joel Falcon didobrak paksa. Sayangnya pelaku sudah tak ada di sana. Frank berseru ke rekan-rekannya, "Kejar ke tangga darurat dan naik lift ke lantai lobi. Mungkin dia kabur membawa kotak senjata berukuran besar, geledah siapa pun yang mencurigakan!" Enam pengawal profesional itu berpencar membagi tugas agar penjahat yang mereka buru bisa tertangkap. Sesuai dugaan Frank Muller, penembak jitu itu kabur lewat tangga darurat. Leonardo Sanchez yang mengejar melalui jalur yang sama melihat sosok tersebut."Kyle?! Fuck ... ternyata itu kau, Bastard!" umpat Leonardo. Dia terus mengejar di tangga turun sampai nyaris ke pintu keluar yang bermuara di lantai lobi gedung perkantoran itu. Mantan orang kepercayaan Joel Falcon itu terengah-engah berlari membawa kotak Cello berisi senapan laras panjangnya. Dia kesulitan berlari kencang dan mulai terkejar oleh Leonardo. Kebetulan Alvin Soros yang naik

  • Nona Muda, Mari Bercinta   Penembakan Di Konser Musik Akbar

    "Makanlah yang kenyang, Bella. Kau pasti butuh stamina prima saat menyanyi di panggung besar nanti!" ujar Joel yang sarapan pagi di dalam presidential suite Hotel Ritz-Carlton Los Angeles. Mereka tidak turun ke restoran hotel karena takut terpergok orang luar. Namun, hidangan yang tersaji di meja makan tak kalah banyak ragamnya. Joel sengaja memesan begitu agar Annabella bisa memilih sendiri menu yang disukai.Wanita muda itu mengunyah Belgian Chocolate Waffle dengan penuh semangat. Dia tahu suaminya sedang memanjakan dirinya dengan sarapan melimpah buatan chef hotel bintang lima. "Bagaimana kalau menu yang kau pesan tidak habis, Hubby? Ini jelas terlalu banyak untuk kita berdua!" ujarnya."Para pengawalku bisa memakan menu yang ada, mereka pasti suka asal kita tidak mengacak-acak makanan seperti orang udik!" jawab Joel ringan. Dia memang terbiasa makan dengan table manner yang berkelas karena diajari mamanya sejak masih kecil bersama Michael Falcon.Annabella mencicipi Pan Sheared S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status