"Duduklah, Tino!" ucap Nyonya Lucia Sorrano, janda muda beranak satu berdarah Latin itu kepada Austin. Dia menaruh secangkir kopi hitam yang masih mengepulkan uap panas di hadapan pekerja perkebunannya dan menghidangkan Empanada hangat buatannya di sebuah piring.Empanada adalah makanan Latin berupa kue sus panggang yang bentuknya seperti pastel dengan isian daging, keju, tomat, jagung, dan lainnya."Terima kasih telah menolong Levi mengganti lampu kamar tidurnya tadi, Tino!" ucap Nyonya Lucia Sorrano. Putra tunggal Nyonya Lucia duduk di sebelah Austin dan ikut mencicipi Empanada sembari mendengarkan ibunya berbicara."Sudah tugas saya, Ma'am. Jangan sungkan!" jawab Austin sopan. Dia memperhatikan dari dekat wajah dan perawakan nyonya majikannya itu. Seandainya dia masih berstatus seperti dulu, tuan muda konglomerat maka tak ada alasan untuk tidak melakukan pendekatan."Aku ingin menawarkan posisi pekerja tetap di perkebunan Golden Twig, apa kamu berminat, Tino? Kuperhatikan pekerja
"Nak, makanlah dulu masakan Mom. Kemarin kue ulang tahun buatan Mommy dibayar penuh seharga 75$ jadi bisa membeli daging sapi segar di kios langganan di pasar!" ujar Nyonya Olivia Robertson saat menjenguk putra tunggal kesayangannya di perkebunan buah milik Lucia Sorrano.Austin duduk di samping ibunya di atas sebatang pohon tua besar yang tumbang. Dia menikmati semur daging sapi dengan potongan kentang dadu dalam kuah warna cokelat lezat. "Apa Mom sudah makan masakan ini juga? Jangan hanya memperhatikanku, Mom juga butuh asupan gizi di usia senja!" kata pria itu sembari menyuapkan potongan daging ke mulut ibunya.Perasaan dalam hati wanita tua itu berbunga-bunga karena kini Austin berada dekat dengannya di wilayah Boston. Banyak penyesalan di masa lalu karena mereka kaya raya, tetapi hidup berfoya-foya sampai perusahaan mengalami pailit."Nanti kalau aku sudah menerima gaji dari Nyonya Lucia akan kusisihkan sebagian untuk Mom!" ucap Austin penuh tekad. Dia prihatin melihat perawakan
"Morgaan!" ucap suara serak Celia yang baru saja terbangun dari kondisi hilang kesadarannya. "Sebentar Nona, saya akan panggilkan dokter!" ujar perawat ICU yang baru saja mengganti tabung cairan infus untuk Celia. Wanita berseragam serba putih itu segera berlari-lari di sepanjang lorong poli ICU menuju meja pos jaga perawat untuk menelepon ke kantor Dokter Alan Bowmann.Hari memang telah larut malam, tetapi dokter internis pemilik rumah sakit itu baru saja merapikan isi tas kerjanya sebelum pulang ke rumah. Telepon di meja berdering, artinya itu panggilan tugas bagi Dokter Alan Bowmann. Pria itu menjawab segera tanpa berpikir dua kali, "Halo!""Halo, Dokter Bowmann. Pasien ICU, Celia Richero telah siuman, apa Anda bisa memeriksanya sekarang?" kata Suster Belina di telepon."Bisa, aku akan turun ke poli ICU!" jawab Dokter Alan singkat, dia meletakkan gagang telepon di tempatnya. Kemudian dia menaruh tas kerjanya di atas meja lalu bergegas ke luar menuju lift.Pukul 20.00 waktu Kansas,
"Wow, aku tak menyangka berita kelahiran anak-anak kita akan mendapat sambutan yang sangat antusias dari kolegamu dan juga kolega grup Richero!" ujar Celia kepada Morgan sembari mengagumi berbagai karangan bunga segar ucapan selamat yang dipajang di kamar pasien.Setidaknya ada selusin buket bunga cantik yang disusun berjejer di meja kayu kabinet dekat jendela bertirai putih. Celia tersenyum penuh kegembiraan, dia memang penyuka bunga dan juga pemandangan alam. "TOK TOK TOK!" "Permisi, ada beberapa buket bunga ucapan selamat lagi yang dikirim kurir untuk Nyonya Celia!" ujar perawat yang membawa tiga buket berukuran sedang masuk ke ruang perawatan.Morgan pun berkata, "Diletakkan di meja bersama buket lainnya saja, Suster!"Maka perawat itu menaruh ketiga buket bunga yang dibawanya sesuai perintah Morgan. Kemudian dia berpamitan ke luar.Celia yang sensitif pada aroma dan serbuk benang sari Red Spider Lily pun mulai merasakan anxiety, badannya terasa demam dan lemas, disusul bersin-b
"Selamat, Celia dan Morgan. Wah ... sekarang tinggal aku yang menunggu hari kelahiran bayiku. Kuharap semuanya berjalan lancar!" ujar Esmeralda ketika menjenguk tiga keponakan barunya di rumah sakit."Kau pasti bisa, Esme. Lagipula yang akan membantu persalinanmu nanti suamimu sendiri!" Celia tertawa lepas karena dia tak lagi memiliki kekuatiran mengenai kehamilannya yang kembar triplet.Jeff merangkul bahu Esmeralda seraya berkata, "Kamu pasti bisa melahirkan normal, Esme Darling. Proses kesembuhannya akan lebih cepat, percayalah!" "Apa tidak menyakitkan saat mengejan mengeluarkan bayi kita nanti, Jeff? Aku takut!" balas Esmeralda ragu-ragu."Sakit sebentar saja lalu selesai. Okay?" Jeff mengecup pipi istrinya dan Esmeralda mengangguk patuh.Morgan pun bertanya ke Dokter Jeff, "Kapan Celia diizinkan pulang? Apa masih harus observasi ibu dan anak-anaknya?" "Tunggu tiga hari lagi, Morgan. Jangan sampai terburu-buru pulang lantas ada komplikasi tak terduga dengan mereka. Celia sudah d
"Celia, sepertinya kamu pecah ketuban!" ujar Jeff setelah mereka keluar dari bilik IGD perawatan Tuan Arnold Richero.Carlos Peron melangkah cepat di lorong menuju poli IGD setelah menyelesaikan urusan administrasi rawat inap untuk big bossnya. Dia mengamati cairan menetes dan tergenang di bawah kursi roda Celia dan segera berkata, "Kau akan segera melahirkan, Celia. Apa papamu sudah tahu?""Jangan beri tahukan dulu, Uncle Carlos. Nanti papa mertua jadi ikut gelisah karena Celia harus melahirkan secara lebih dini!" sergah Jeff."Iya ... masih dua minggu dari HPL bukan, Jeff?" tanya Celia panik. Dia teringat momen bertabrakan dengan Agatha di lobi rumah sakit tadi. Dia mulai berair mata menguatirkan ketiga buah hatinya yang telah hampir sembilan bulan ini berada di rahimnya. Segera Jeff memeluk adik iparnya untuk menenangkan Celia. "Hey, jangan menangis. Mereka akan baik-baik saja, Celia. Kau mommy yang kuat, akan kuurus proses pemeriksaan di poli IGD bersamaku. Nanti kita putuskan ca