Beberapa menit lamanya Giselle menunggu Dokter Benny keluar dari dalam ruangan di mana Elodie berada. Giselle tampak kalut dan sudah berulang kali menghubungi Gerald, namun panggilannya tidak terhubung. Giselle kini duduk di bangku tunggu rumah sakit dan berusaha menahan air matanya. Di tengah malam ini, hatinya benar-benar tidak lagi bisa tenang. "Kenapa lama sekali? Bagaimana anakku di dalam, Ya Tuhan..." Giselle beranjak dari duduknya dan mengusap wajahnya yang begitu sedih. Tak berselang lama, pintu ruangan di depannya itu pun terbuka. Dokter Benny keluar dengan dua perawat dari dalam sana. Laki-laki berbalut jas putih itu menatapnya dengan ekspresi wajah yang juga terlihat sedih. "Dokter, bagaimana dengan anak saya?" tanya Giselle mendekatinya cepat. "Kita bahas di ruangan saya, Nyonya. Karena ada hal serius yang ingin saja katakan terkait Elodie," balasnya. "Baik, dok." Giselle mengangguk cepat. Giselle masuk ke dalam ruangan Dokter Benny. Ia duduk berhadapan deng
Hari telah berganti. Pagi ini Gerald bersiap pergi ke luar kota untuk pertemuan mengenai pekerjaannya. Sebelum pergi, Gerald berpamitan pada Giselle dan juga Elodie. Ia datang pagi-pagi sekali karena Elodie pasti masih bermanja-manja padanya sebelum Gerald berangkat. "Papa mau ke mana? Elodie mau ikut." Anak kecil perempuan itu memeluk erat leher Gerald yang membungkuk di hadapannya. Gerald tersenyum dengan tingkah anaknya. "Papa pergi bekerja dulu, Sayang. Kalau Papa sudah pulang, Papa akan ke sini lagi," ujar Gerald membujuk dengan sangat sabar. "Tidak boleh. Papa tidak boleh ke mana-mana..." Elodie menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebenarnya, Gerald sangat berat meninggalkan putri kecilnya. Laki-laki itu menatap mata Elodie yang kini menguning, bahkan perut kecilnya tampak sedikit membuncit. Tetapi hebatnya anak ini sangat kuat menahan rasa sakitnya. "Mama..." Elodie menoleh pada Giselle. "Papa jangan boleh pergi, Ma," pintanya. Giselle mendekati anaknya dan mengelus
Gerald tidak main-main dengan ucapannya. Ia mencari Laura ke rumahnya saat ini, Gerald marah karena Laura telah membuat Elodie menangis dan berkata yang tidak-tidak pada Elodie yang sedang sakit. Kedatangan Gerald bersamaan dengan Laura yang baru saja sampai di rumahnya. Wanita itu berdiri di teras rumahnya melihat Gerald turun dari dalam mobil. Laura tersenyum. "Sayang, kenapa datang ke sini tidak mengabariku lebih dulu?" tanyanya dengan begitu manis. Gerald berdiri menatapnya dengan sorot mata dinginnya yang tak teralihkan. "Apa maksud atas ucapanmu pada Elodie?!" desis Gerald maju satu langkah mendekati Laura. Wajah Laura tampak syok mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau anak sekecil Elodie mengungkap semua itu pada Mama dan Papanya. "Gerald, a-aku ... aku tadi memang menemui Elodie, tapi aku hanya—" "Hanya apa?!" sentak Gerald. "Anakku sedang sakit, Laura. Kondisi Elodie sedang drop, dengan kau mengatakan kalau kau adalah calon Mama barunya, kau mengatakan kalau Elo
Pagi ini ajudan Gerald tidak lagi menjaga Elodie dan Giselle di rumah sakit karena Sergio membantu Gerald mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawa ke luar kota. Giselle pun tidak mempermasalahkan hal itu karena ia bisa menjaga Elodie sendiri hari ini. Tetapi, Giselle merasa ragu saat dokter memintanya menemui dokter untuk membahas tentang seputar kondisi Elodie. Giselle terlihat begitu gelisah, ia memandangi wajah anaknya yang sedang tertidur. "Bagaimana ini? Apakah tidak apa-apa kalau aku meninggalkan Elodie sebentar?" gumam Giselle lirih. Giselle mengulurkan tangannya mengusap kening Elodie, putrinya benar-benar masih tertidur pulas. Ekor mata Giselle melirik ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ia pun beranjak perlahan-lahan dari duduknya. "Baiklah, mungkin tidak apa-apa," lirih Giselle. Giselle segera keluar dari dalam kamar rawat inap Elodie dan bergegas menuju ruangan dokter yang berada tak jauh dari kamar perawatan Elodie. Sepeninggal
Charles mengikuti mobil Gerald yang kini menuju ke rumah sakit ibu kota. Ternyata dugaannya benar, kalau Gerald lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit beberapa hari ini. Dengan langkah lebarnya, Charles masih diam-diam mengikuti Gerald hingga ia kini berada di depan kamar rawat inap di mana Gerald baru saja masuk ke dalam sana. "Papa ... Papanya Elodie datang!" Suara anak kecil menyambut kedatangan Gerald. "Papa, Elodie kangen. Elodie tadi disuntik sama Bu dokter, Pa ... Elodie marah-marah." "Uhh, Sayang ... Anak Papa dibuat menangis. Biar nanti Papa marahi Bu dokternya!" seru Gerald memeluk Elodie yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Elodie merengkuh leher Gerald dan menghujani pipi Gerald dengan kecupan. Di samping mereka ada Giselle yang kini tersenyum manis melihat Elodie begitu senang dengan kedatangan Gerald. "Sudah senang, Papa sudah sudah datang?" tanya Giselle mengecup kening si kecil. "Senang, Mama. Ini Papanya Elodie, tahu!" seru anak it
Sudah berhari-hari Laura tidak pernah bertemu dengan Gerald. Bahkan saat wanita itu berusaha mencari Gerald di kantor ataupun di rumah, Gerald juga tidak ada. Meskipun sejujurnya Laura tahu di mana Gerald berada saat ini. Hal ini membuatnya sangat frustrasi dan kesal setelah ia merasa kalah dengan Giselle dan Elodie yang memenangkan perhatian dari Gerald dibandingkan dirinya. Pagi ini, Laura mendatangi kediaman Keluarga Gilbert dan mengadu sekaligus mengungkapkan kekesalannya tentang Gerald pada Marisa. "Bagaimana ini, Tante, pernikahan saya dan Gerald kenapa malah diundur-undur lagi? Saya sudah menyiapkan semuanya matang-matang!" seru Laura memprotes Marisa. "Laura, sabar dulu, Sayang. Hari pernikahanmu dengan Gerald pasti akan datang, Nak." Marisa menatap Laura yang memasang wajah kesal padanya. Mendengar hal itu, Laura merasa jengah dan tentu saja tidak sabar. "Gerald juga beberapa hari ini sudah sekali saya hubungi, Tante. Saya ke kantor dan juga ke rumahnya tapi dia t