Beranda / Romansa / Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam / Bab 7. Terperangkap Bersamamu

Share

Bab 7. Terperangkap Bersamamu

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-14 18:59:15

"Halo ... Nyonya Giselle. Apakah Nyonya sedang sibuk saat ini? Elodie terus rewel, sejak tadi mencari Nyonya."

Suara seorang suster di balik panggilan itu membuat Giselle panik dan langsung beranjak dari duduknya cepat.

Wanita cantik berambut panjang bergelombang itu menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Saya masih berada di kantor, sus," jawab Giselle gusar.

"Bisakah Nyonya datang? Kami sudah berusaha untuk menenangkan Elodie, tetapi dia terus mencari Mamanya," jelas suster itu.

Giselle mengusap wajahnya yang sangat cemas. "Tolong berikan ponselnya pada Elodie sebentar saja, suster."

"Baik, Nyonya. Tunggu sebentar."

Giselle mendengar suara rengekan tangis anak kecil di balik panggilan itu.

"Mamaaa," panggil Elodie dengan suara bergetar.

"Sayang. Ini Mama, Nak. Elodie jangan menangis ya, Mama sebentar lagi akan pulang," ucap Giselle dengan lembut.

"Mama pulang, Ma…!" Tangis Elodie terdengar di sana.

Kedua mata Giselle terpejam, kepiluan memenuhi dadanya mendengar isak tangis buah hatinya.

"Tunggu sebentar ya, Sayang."

Sementara di balik pintu ruangan yang sedikit terbuka, Gerald berdiri di sana setelah ia kembali dari ruangan sekretarisnya.

Langkah Gerald terhenti saat ia mendengar Giselle memanggil seseorang dengan sebutan Sayang di telepon. Ia meminta seseorang yang dia panggil Sayang itu untuk menunggunya.

Tanpa sadar Gerald meremas kuat gagang pintu yang ia pegang saat ini.

Giselle tersentak saat pintu ruangan itu mendadak terbuka lebar. Menyadari keberadaan Gerald di sana, ia segera menutup panggilannya dengan suster yang bertugas menjaga Elodie.

Gerald masih berdiri menutup pintu, dan Giselle berjalan lebih dulu mendekatinya.

"Pak Gerald, saya ingin mengatakan sesuatu," ujar Giselle dipenuhi rasa ragu di dalam hatinya.

Dengan ekspresi dingin dan datar, Gerald menatapnya. "Katakan."

"Hari ini saya ingin meminta izin pulang lebih awal," ungkap Giselle. "Ada hal yang harus saya lakukan."

"Hal apa sampai kau mengutamakannya dibandingkan pekerjaanmu?" Gerald menatapnya sekilas lalu berlalu begitu saja. Namun, Giselle segera menghadang langkahnya.

Wanita cantik dengan balutan blazer abu-abu itu menatapnya penuh permohonan.

"I-ini sangat penting, Pak. Hanya hari ini saja, saya berjanji besok saya akan bekerja full time lagi."

Iris mata hitam milik Gerald menelisik raut wajah gelisah milik Giselle. Sepenting apa hal itu sampai Giselle begitu bersikeras meminta izinnya?

"Kali ini saja, Pak. Saya mohon."

Gerald masih memandangnya dengan tatapan dingin dan tajam. Tak tersirat kelembutan di balik tatapan mata laki-laki itu selain kebencian yang sudah mendarah daging.

"Memohonlah padaku dengan benar, Giselle," ucap Gerald terdengar seperti perintah yang kejam.

Bibir Giselle terkatup rapat menatapnya tak percaya. Seperti dihantam batu keras hatinya kini saat Gerald dengan wajah arogannya meminta Giselle untuk memohon padanya.

Kepala wanita itu tertunduk pelan. Demi Elodie, apapun akan Giselle lakukan. Tetapi kini bibirnya terasa gemetar, lidahnya kelu untuk sekadar menata kata-kata.

"Kau memohon untuk pulang cepat karena kau ingin menemui seorang pria, bukan?" tanya Gerald maju satu langkah mendekati Giselle.

Sontak Giselle mengangkat wajahnya cepat. Ia menggelengkan kepalanya menyangkal pertanyaan Gerald.

Gerald memicingkan matanya dengan rahang mengetat saat tidak sepatah kata pun terucap di bibir wanita ini.

"Katakan, Giselle ... pria mana yang ingin kau temui malam ini? Dibayar berapa kau untuk menemaninya sampai kau berani meremehkanku?!" desak Gerald dengan terus melangkah, menyudutkan Giselle hingga wanita itu kini tersudut di meja kerja Gerald.

Sungguh, perkataan Gerald membuat dada Giselle teramat nyeri.

Sehina itukah dirinya di mata mantan suaminya ini? Bisa-bisanya Gerald menganggap Giselle menjual diri pada banyak pria!

Tidak. Giselle bukan wanita seperti itu!

Giselle lantas menatap Gerald dengan berani. Ia kembali menggelengkan kepalanya kukuh dan tersenyum tipis.

"Pak Gerald tidak perlu tahu siapa yang akan saya temui, karena itu semua privasi saya," balas Giselle dengan iris birunya yang bergetar. Namun, keteguhan dalam suaranya membuat Gerald mengetatkan rahang.

"Bukan urusan Pak Gerald untuk tahu semua tentang saya saat ini. Karena kita ... kita berdua adalah masa lalu yang sudah bubar, Pak Gerald."

Gerald menangkap kata-kata itu begitu angkuh. Kekesalan di hati Gerald semakin tak tertahan. Beraninya wanita ini!

"Masa lalu," ucap Gerald lirih, bibirnya menyeringai licik. Alih-alih menjauh, ia justru semakin dekat dan mengunci pergerakan Giselle di meja itu. "Persetan dengan masa lalu, Giselle!"

Kedua bola mata Giselle melebar sempurna. "Pak Gerald—aah—"

Tubuh Giselle bagai tersengat listrik saat tiba-tiba Gerald menangkup kedua pipinya dan menciumnya dengan paksa dan menuntut.

Kedua tangan Giselle berusaha mendorong Gerald, namun laki-laki itu justru semakin memperdalam ciumannya seolah menyalurkan kemarahannya pada Giselle, hingga membuat wanita itu tak bisa berkutik dalam kendalinya.

Gerald terus menciumnya, tak melewatkan sedetik pun untuk sekadar mengambil jeda.

Ia baru melepas tautan bibir mereka saat Giselle mulai tersengal. Kening Gerald masih menyentuh kening Giselle, kedua matanya menatap lekat wanita dengan mata terpejam erat dan tubuh bergetar hebat.

Gerald menarik pelan tengkuk leher Giselle sampai wanita itu menatapnya dengan tatapan takut.

"Dengar ... semua hutangmu padaku, hanya bisa kau lunasi dengan tidur denganku!" ujar Gerald dingin. “Aku ingin melakukannya malam ini juga.”

Giselle hendak membantah. Namun belum sempat mengeluarkan suara, Gerald kembali mendekatkan bibirnya di hadapan bibir Giselle.

"Dan ingat, jangan harap kau bisa pergi sesuka hatimu, Giselle Marjorie!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dapurku
SDH baca sampe bab 52 tp kenapa kembali ke bab 8??...gimn caranya bisa lanjut ke bab 53?? Krn hrs buka iklan LG .........
goodnovel comment avatar
Mirza Zahira
aq suka penasaran terus
goodnovel comment avatar
Fahraini Rini
biasa bisa tonton iklan utk buka bab berikutnya, tpi skrg kok tak bisa ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 8. Ingin Lebih dari Semalam

    Menepati permintaan Gerald yang tak bisa Giselle tolak, mereka berdua pergi ke sebuah hotel berbintang di kota Luinz. Gerald memesan kamar khusus untuknya dan Giselle malam ini. Sejak kejadian di kantor sore tadi, Giselle tampak murung dan sedih. Wanita cantik itu kini duduk di tepian ranjang kamar menundukkan kepalanya. 'Ya Tuhan, bagaimana dengan anakku sekarang? Bagaimana ... bagaimana caranya aku bisa melarikan diri dari Gerald saat ini?' Giselle menundukkan kepalanya dan meremas kuat rok selutut yang ia pakai. "Maafkan Mama, Elodie," lirih Giselle nyaris tak bersuara. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Elodie yang menangis ketakutan.Lamunan Giselle buyar saat ia mendengar suara pintu dikunci. Sosok Gerald berdiri di sana, tengah melepaskan tuxedo hitamnya sambil berjalan mendekati Giselle. Tatapan matanya yang tajam menelisik Giselle yang diam duduk di tepian ranjang tak menatapnya sedikit pun. Ekspresi sedihnya bisa dibaca oleh Gerald. "Kau sedih karena tidak bisa menemu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 9. Tangisan Anakku dan Luka di Hatiku

    Giselle sampai di rumah sakit setelah lima belas menit perjalanan. Wanita itu tak peduli dengan penampilannya yang kini berantakan, ia berlari masuk ke dalam lorong rumah sakit. Di depan ruang kamar inap Elodie, tampak ada beberapa suster di sana. Hati Giselle semakin nyeri saat ia mendengar jerit tangis anaknya. "Elodie, Sayang..." Giselle masuk ke dalam kamar itu. Kedatangan Giselle membuat tiga suster di dalam kamar itu menoleh. Elodie pun langsung menjerit dan mengulurkan tangannya pada Giselle. "Mama, huwaa...! Mamaku!" pekik anak itu keras-keras. Suster Anne menyerahkan Elodie pada Mamanya. Giselle memeluk buah hatinya dengan sangat erat, mendekap tubuh kecil Elodie dengan sangat hangat. Tangisan anak itu langsung mereda dalam dekapannya."Syukurlah Nyonya sudah datang," ujar Suster Anne. "Sejak siang Elodie rewel, dia juga tidak mau makan apapun. Pukul enam petang tadi badannya panas, jadi semakin rewel. Tapi sekarang panasnya sudah turun setelah dokter memberikan suntika

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 10. Kenapa Kita Harus Bertemu Kembali, Gerald

    Usai kejadian semalam, Gerald semakin merasa kesal karena tidak berhasil menemukan ke mana Giselle pergi setelah terlepas darinya di hotel. Pagi ini, ia kembali melihat mantan istrinya di dalam ruangan kerja dan bersikap baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka. Wanita itu beranjak dari duduknya dan menundukkan kepalanya. "Selamat pagi, Pak," sapa Giselle dengan ragu-ragu. Laki-laki berbalut tuxedo navy itu berdiri di hadapannya dengan sebongkah perasaan kesal yang sejak semalam ditahan. Giselle mengangkat wajahnya menyadari Gerald tidak menjawabnya, namun laki-laki itu masih menatapnya dengan sangat nyalang tajam. "Kau merasa senang karena bisa lari dariku semalam?" tanya Gerald.Bariton suaranya yang rendah dan menekan membuat wanita di depannya ini merinding. Giselle menggeleng kecil. "Ti-tidak, Pak Gerald. Semalam saya—"Ucapan Giselle terhenti saat Gerald maju dua langkah dan menyudutkannya pada meja kerjanya. Laki-laki itu membungkukkan badannya mendek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 11. Tuan CEO yang Posesif!

    Sebuah mobil berwarna merah tampak berhenti di depan gedung perusahaan milik Gerald. Sosok wanita cantik dengan balutan dress berwarna putih turun dari dalam mobil. Seperti biasa, Laura dengan fashion glamornya berjalan dengan langkah percaya diri memasuki gedung."Selamat siang, Bu Laura," sapa seorang penjaga yang sudah hafal dengannya. Laura hanya menatapnya sekilas dan berjalan masuk. Semua orang di sana menyapa Laura dengan begitu sopan. Laura mencari Gerald di ruang kerjanya. Tetapi ruangan itu kosong tidak ada siapapun. "Apa dia begitu sibuk?" gumam Laura sambil menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Semua pesanku sejak beberapa hari yang lalu tidak pernah dibalas." Wanita itu kembali turun ke lantai tiga, lalu masuk ke dalam ruang staff. Semua karyawan di sana yang tampak sibuk membicarakan sesuatu terkejut dengan kedatangannya. "Bu Laura, selamat siang." Semua orang di sana menatap Laura yang masih tampak cuek. "Di mana Pak Gerald?" tanya Laura me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 12. Keberanian yang Tersembunyi Dalam Diri Giselle

    Usai meeting seharian, sore ini Gerald pulang dengan wajah lelah. Laki-laki berbalut tuxedo hitam itu melangkah keluar dari dalam mobil begitu tiba di pekarangan rumahnya.Kening Gerald mengerut saat ia melihat mobil berwarna putih di pekarangan rumahnya saat ini. "Sepertinya Tuan dan Nyonya besar ada di sini, Tuan," ujar Sergio. Gerald tidak menjawabnya, melainkan ia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, di sana ada ibunya yang duduk di ruang tamu menunggunya entah sejak kapan. "Mama," sapa Gerald berjalan mendekat. "Kenapa Mama ke sini tanpa mengabariku lebih dulu? Papa mana?" Wanita dengan pakaian berwarna merah dan glamor itu menatap putranya dengan lekat. Marisa menghela napasnya pelan. "Mama ke sini hanya dengan sopir. Mama sengaja ingin menemuimu dan bertanya sesuatu padamu, Gerald," ujar Marisa sambil membuka kipas kain di tangannya. Gerald melepaskan tuxedo hitamnya dan duduk di hadapan sang Mama. Melihat ekspresi dingin Mamanya kali ini, ia mulai meras

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 13. Pria Baik Hati yang Ingin Mendekati Giselle

    Hujan turun sore ini, Giselle tidak bisa langsung pulang. Wanita itu meneduh di sebuah halte bus yang berada di depan gedung kantornya. Sesekali Giselle menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pasti sore ini Elodie sudah menunggunya, karena Giselle berjanji akan pulang cepat. "Ya Tuhan, kumohon segera redakan hujan ini. Kasihan Elodie pasti menungguku," gumam Giselle sambil meremas jemari tangannya. Hujan turun semakin deras, Giselle hanya bisa pasrah dan tidak berhenti untuk terus berdoa. Sampai akhirnya dari arah kiri, sebuah mobil berwarna merah melaju dan berhenti tepat di hadapan Giselle. Giselle mengerjapkan kedua matanya dan memperhatikan siapa orang yang berhenti di depannya saat ini. Begitu pintu mobil terbuka, Giselle terkesiap saat ia melihat Dean—laki-laki yang ia temui saat meeting bersama Gerald kemarin, kini muncul kembali di hadapannya. "Pak Dean," ucap Giselle lirih. Laki-laki dengan balutan kemeja putih berdasi navy itu berjalan ke arahnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 14. Gerald yang Sekarang Bukanlah Gerald yang Dulu

    Pukul delapan malam, Giselle mendatangi kediaman Gerald. Giselle segera pergi setelah ia menidurkan Elodie di rumah sakit. Kini, Giselle sudah sampai di kediaman pria itu. Rumah berlantai dua yang megah dan mewah, berdiri kokoh di atas tanah perumahan para konglomerat di kota Luinz. Giselle berjalan ke arah teras dan menekan bell pintu rumah itu. Tak lama, pintu pun terbuka dan tampak seorang pelayan yang menyambutnya. "Nona mencari siapa?" tanya wanita itu. "Saya asisten Pak Gerald di kantor," jawab Giselle. "Apa Pak Gerald ada?" "Oh, ada. Silakan masuk."Giselle melangkah masuk ke dalam rumah itu. Ia duduk di sofa ruang tamu dan diam menunggu. Hingga terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Giselle menoleh dan melihat sosok Gerald yang menuruni anak tangga. Laki-laki tampan itu tampak segar dan rapi dengan memakai sweater hitam berlengan panjang dan celana bahan hitam. Sebuah rasa rindu tiba-tiba berlabuh di hati Giselle. Dulu, ia sangat menyukai Gerald yang mengenakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 15. Ma, Seperti Apa Rasanya Punya Papa?

    Tengah malam Giselle kembali ke rumah sakit. Wanita itu berjalan tergesa-gesa di lorong yang sudah sangat sepi. Saat sampai di depan kamar inap Elodie, Giselle tiba-tiba menghentikan langkahnya saat ia sedikit membuka pintu kamar itu. Giselle melihat Elodie yang terbangun, putrinya tampak bermain dan berbicara dengan dua bonekanya. "Tuan beruang punya Papa, tidak? Kalau Elodie tidak tahu Papanya Elodie ada di mana," ujar anak itu dengan suara kecilnya. "Tuan kelinci sama seperti Elodie, Tuan Kelinci tidak punya Papa, ya?" Anak itu mendengus pelan dan mengucek kedua matanya. Jari telunjuknya yang mungil menekan hidung boneka beruang cokelat miliknya dan memeluknya erat. "Elodie ingin bertemu Papa. Emm ... Papanya Elodie seperti apa? Tapi Elodie sudah punya Mama, Elodie saaayang Mama!" seru anak itu tersenyum menatap ke arah jendela."Mama, Mama ... oh Mama, nanana..." Anak itu bernyanyi-nyanyi kecil dan mengangkat bonekanya di udara. Elodie kembali berbaring dan menatap boneka ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18

Bab terbaru

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 64. Kecurigaan Gerald Tentang Si Kecil Elodie

    Giselle tampak bingung mencari Dean dan Elodie yang tidak ada di dalam rumah makan tadi. Meja yang mereka tempati tadinya pun kosong. Hingga Giselle meninggalkan tempat itu dan kembali ke mobil. Ternyata benar, mereka berdua di sana. Elodie tampak menangis dalam pelukan Dean. "Ya ampun, Sayang, kenapa menangis, Nak?" Giselle segera masuk ke dalam mobil itu. "Mama, bola Elodie dirusak Om Galak!" pekik Elodie mengeraskan tangisannya sambil mengulurkan kedua tangannya pada Giselle. "Jangan menangis, Sayang. Kita beli lagi ya, Nak. Papa belikan bola yang banyak," bujuk Dean mengelus kepala Elodie. Sedangkan Giselle tampak panik, ia mendekap Elodie dan mengusap-usap punggung kecil putrinya. "Om Galak siapa, Dean?" tanya Giselle menatap Dean. Laki-laki itu menarik napasnya panjang. "Gerald," jawabnya. Kedua mata Giselle melebar sempurna. Bibirnya terbuka dengan wajah dihiasi keterkejutan luar biasa setelah sebuah nama disebut oleh Dean. "Ge-Gerald?" lirihnya tak percaya. "Ya. Dia

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 63. Pertemuan Gerald dan Elodie

    Hari sudah sore, matahari memancarkan sinar jingga di ujung barat. Giselle baru saja meninggalkan kantor dan bergegas menjemput Elodie di penitipan. Putri kecilnya itu sudah menunggu, tetapi saat ini Elodie tidak sendirian di sana, melainkan ada Dean yang tengah bersamanya. Setelah Giselle menolak untuk dijemputnya, tetapi Dean justru menunggu Giselle di penitipan anak. "Papa, itu Mamanya Elodie!" pekik Elodie menunjuk ke arah Giselle di depan sana. Dean menoleh, laki-laki itu tersenyum saat melihat Giselle menyebrang jalan dan berjalan ke arah mereka. "Halo, Sayangnya Mama," sapa Giselle, ia langsung mendekati Elodie dan memeluknya. "Eeeumm ... Mama, Elodie kangen," rengek anak itu memeluk erat leher Giselle dan mendusal di sana. Melihat mereka berdua, Dean hanya bisa tersenyum. "Sejak tadi dia terus menanyakanmu. Hampir saja aku menjemputmu ke kantor," ujar Dean. Giselle terkekeh geli. "Aku sudah meminta pada Pak Gerald untuk pulang lebih awal, Dean. Agar aku bisa menemani E

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 62. Gerald Mulai Mendesak Giselle

    Giselle tidak bisa berlama-lama meninggalkan pekerjaannya. Elodie juga sudah pulih dan sehat saat ini. Jadi, ia bisa memutuskan untuk kembali pergi bekerja. Setelah Giselle menitipkan Elodie di penitipan, wanita itu segera bergegas pergi ke kantor seperti biasanya. Meskipun kedatangan Giselle masih menjadi buah bibir para karyawan yang lain. "Wah, rupanya dia masih punya muka untuk kembali ke kantor ini!" "Rumornya dia ingin mengundurkan diri, tapi kenyataannya dia masih menjadi penjilat di sini." "Wanita tidak tahu malu, gatal sekali dia menggoda Pak Gerald dengan jabatannya hanya menjadi seorang asisten!" Suara bisikan-bisikan gerombolan karyawan perempuan di depan ruangan staf itu tidak menghentikan langkah Giselle. Ia sengaja menulikan pendengarannya dan melewati mereka begitu saja meskipun perasaannya terluka. Sampai akhirnya Giselle masuk ke dalam lift dan menuju lantai paling atas. Begitu pintu lift terbuka, Giselle melangkah menuju ruangan CEO. Giselle membuka pi

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 61. Tak Terima Kau Disukai Pria Lain!

    Beberapa hari kemudian.Memasuki hari ke sepuluh Elodie di rumah sakit, kondisi Elodie terpantau membaik dan anak itu sudah kembali ceria lagi. Lebih tepatnya setelah Giselle membelikan stroller atau kereta dorong yang Elodie inginkan sejak beberapa hari yang lalu. Pagi ini, dokter mengizinkan Elodie untuk dibawa pulang. Selain kondisinya yang sudah berangsur pulih, Elodie juga terus menerus mengajak pulang. Ditemani oleh Dean di sana yang sudah berjanji untuk menjemput mereka pagi ini. Kehadiran Dean semakin membuat Elodie lebih bersemangat. "Pa, Elodie sudah boleh pulang sekarang?" tanya anak itu pada Dean. "Sudah, Sayang. Sebentar lagi pulang dengan Mama dan Papa. Kita tunggu Mama sebentar, oke?" Dean merapikan jaket hangat berwarna biru muda yang Elodie pakai. "Iya, Papa." Anak manis itu duduk di dalam kereta dorongnya.Elodie tersenyum senang, seolah tak ada lagi yang ditakuti olehnya karena apapun yang ia mau akan dituruti, apalagi ia sekarang sudah memiliki seorang Papa ya

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 60. Siapa, Anak itu Sebenarnya?

    Keesokkan harinya, Gerald menepati ucapannya. Laki-laki itu diam-diam pergi ke rumah sakit setelah semalam Sergio menceritakan tentang sosok anak kecil di dalam kamar inap yang Giselle tunggu. Semalam penuh Gerald tersiksa dengan rasa ingin tahunya, dan pagi ini ia ingin membuktikan dan melihat dengan kedua matanya sendiri. "Kamar ini," gumam Gerald, ia ragu saat berdiri di depan sebuah kamar inap, sebelum pintu kamar itu dibukanya perlahan. Pandangan Gerald mengedar ke dalam sana, kamar itu kosong tak berpenghuni dan tampak rapi, tidak seperti yang Sergio ceritakan semalam. Keningnya mengerut tajam. "Tidak ada siapapun di sini?" lirihnya. Di mana anak kecil yang dikatakan Sergio?Gerald kembali keluar dan menatap plang kayu di depan pintu dan memastikan ia tidak salah kamar. "Kamar ini yang jelas-jelas Sergio katakan semalam," katanya. "Tapi bagaimana bisa kosong tidak ada siapapun?”Gerald yakin Sergio tidak mungkin membohonginya.Namun, decakan sebal terdengar dari bibir Gera

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 59. Gerald Mulai Mengetahuinya

    "Elodie tidak bisa tidur, perut Elodie sakit. Elodie mau digendong! Huwaa ... Mama nakal sekali!" Suara tangisan kecil Elodie memenuhi ruangan kamar rawat inapnya di jam dua belas malam. Elodie terbangun dari tidurnya karena dokter baru saja memeriksa kondisinya lagi dan menyuntikan obat untuk Elodie hingga membuatnya menangis. Anak itu duduk di atas ranjang, sedangkan Giselle buru-buru mencari gendongan milik Elodie. "Sebentar, Sayang. Ayo gendong sini, Nak." Giselle mengangkat tubuh kecil Elodie dan menggendongnya. Ia menyandarkan kepala Elodie di pundak dan mengusap pipi Elodie yang basah. "Ayo mau pulang, Ma! Elodie tidak suka di sini!" pekik anak itu menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Suhu tubuh Elodie sangat panas sehingga menambah rewel anak itu malam ini. Dengan sabar, Giselle berusaha menenangkan putrinya sebisa mungkin. "Ssstttt ... sudah Sayang, tidak boleh menangis lagi. Nanti dokter akan ke sini kalau Elodie menangis," ucap Giselle mengusap wajah Elod

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 58. Aku Ingin Kau, Di Atas Ranjangku!

    "Kita sudah usai, Gerald. Apa lagi yang kau inginkan dariku? Bahkan aku sudah mengembalikan uang yang aku pinjam padamu, tapi apa yang kau lakukan?" Dengan penuh keberanian Giselle memukul dada bidang Gerald dan mendorongnya. Kedua iris biru mata Giselle dipenuhi kabut air mata. Wanita itu menyeka air matanya dan mengusap bibirnya yang baru saja dicium oleh Gerald. "Kau akan menikah dengan Laura. Kenapa kau masih menahanku seperti ini?" tanya Giselle dengan napasnya yang naik turun. Gerald mengepalkan tangannya kuat dan menatap Giselle seolah ingin ia telan bulat-bulat. "Apa kau lupa, perjanjian kita saat kau datang padaku mengemis uang lima ratus juta waktu itu, heh?" Gerald melangkah mendekatinya Giselle lagi. "A-apa?" Gerald dengan cepat menarik tengkuk leher Giselle dan mendekatkan wajah penuh emosi di hadapan Giselle. Bibirnya yang menipis, dan cengkeraman tangan yang terasa erat di tengkuk lehernya menjadi bukti betapa marahnya Gerald saat ini. "Aku tidak menginginkan u

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 57. Sebuah Ciuman dan Amarah yang Tertahan

    Dean mengajak Giselle masuk ke dalam gedung rumah sakit, laki-laki itu menarik lengannya dengan pelan dan membawa Giselle ke lorong yang sunyi.Langkah Dean terhenti. Ia meminta Giselle untuk duduk di sebuah bangku yang berjajar sepanjang lorong dan Dean menekuk lututnya di hadapan Giselle saat ini, menelisik wajah sedih wanita itu. "Giselle..." Dean mengusap punggung tangan Giselle hingga wanita itu tertunduk dan menahan untuk tidak menangis. "Menangislah bila itu membuatmu merasa lega," ujar Dean berbisik. Giselle semakin tertunduk dan punggungnya gemetar. "Aku malu, Dean," lirihnya dengan suara parau. "Aku tidak pernah menggoda Pak Gerald seperti yang Bu Laura katakan." "Ya. Aku percaya padamu, Giselle," jawab Dean mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala Giselle. "Berapa kali aku katakan padamu, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaan Gerald agar kau tidak terus terlibat masalah dengan mereka. Mau sampai kapan mereka akan menindas dan menyakitimu?" Ekspresi di wajah Gis

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 56. Giselle, Adalah Milikku

    Keesokan harinya, Giselle masih sibuk mengurus Elodie di rumah sakit. Apalagi setelah dokter mengatakan kalau kondisi Elodie benar-benar drop, Giselle tidak punya pikiran untuk kembali ke kantor. Pagi ini, Giselle pergi membeli buah anggur yang diminta oleh si putrinya saat bangun tidur tadi. Giselle tersenyum tipis menatap buah anggur dalam keranjang hias kecil berwarna merah muda sebagai bonus ada dua buah stroberi di dalamnya, yang kini tengah Giselle bawa. "Elodie pasti senang melihat keranjang cantik ini," gumam Giselle, rasanya tidak sabar ingin melihat si kecil kembali tersenyum. Giselle berjalan menyebrangi jalanan menuju ke rumah sakit yang berada di depan sana. Namun, saat ia sudah berada di tepian seberang jalan, tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti di samping Giselle dan membunyikan klaksonnya hingga membuat Gisele menoleh. Kening Giselle mengerut menatap mobil berwarna merah tersebut.Saat ia menepi dan menunggu, dari dalam mobil itu keluar Laura membawa tasnya dan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status