Hidup Shea hancur setelah dikhianati oleh tunangannya, Randy, di hari pernikahan mereka. Luka yang ditinggalkan Randy membuat Shea dipenuhi fitnah dan hinaan. Meski begitu, Shea tetap harus melanjutkan hidup. Termasuk pertemuannya dengan seorang Nenek Gia yang sakit dan meminta Shea untuk menikah dengan cucu kesayangannya, Raga. Atasan-Nya di kantor yang terkenal memiliki sikap dingin, tegas, dan jarang bicara. Karena mereka berdua tidak saling mencintai, Raga mengajukan pernikahan kontrak dengannya selama satu tahun. Akankah Shea menerima pernikahan kontrak tersebut?
View MoreShea tersenyum bahagia melihat pantulan dirinya pada cermin besar dengan cahaya lembut dari lampu gantung kristal. Kilau sorot matanya bahagia, melihat tubuh yang terbalut kebaya seputih kapas dan bawahan kain batik yang cantik. Mahkota kecil dengan kain sutra tipis terhampar sampai ke lantai, menghiasi kepala. Riasan di wajahnya juga menambah cantik paras ayu tersebut. Bisa dipastikan, hari ini Shea akan menjadi ratu sehari dan membuat semua orang terpana saat melihatnya.
Karena hari ini, Shea Swari Anandhi akan menikah dengan Randy Pradita Wijaya. Pria yang sudah menjalin hubungan cinta dengannya selama tiga tahun penuh. Siapa yang menyangka, kalau beberapa bulan yang lalu Randy menyatakan niat baik ke hadapan keluarganya.
“Shea,” panggil sebuah suara lembut namun tegas.
Shea menoleh ke sumber suara dari pantulan cermin. Di belakangnya, ada seorang wanita dengan tersenyum tipis sedang berdiri canggung. Itu Tika, rekan kerja Shea yang juga mengenal baik Randy. Mereka bertiga memang bekerja di satu perusahaan yang sama meskipun berbeda divisi.
“Tika?” Shea sepenuhnya membalikan tubuh ke arah Tika dengan senyum sumringah. “Kenapa kamu datang ke sini? Acara belum dimulai, lho.”
Tika masih memberikan senyum tipis dengan tatapan mata yang sarat akan beban pikiran. “Aku sengaja datang kesini, supaya bisa ngomong berdua sama kamu. Ada hal yang harus kamu tahu sebelum menikah dengan Randy.”
“Apa?” tanya Shea.
Tanpa ragu, Tika menyodorkan ponsel ke arah Shea. Apa yang Shea lihat membuat jemari lentiknya gemetar saat meraih benda persegi panjang tersebut. Layar itu menampilkan sebuah foto mesra yang meluruhkan senyum di bibirnya. Mata Shea membesar, nafasnya tercekat di tenggorokan. Satu foto yang dilihat Shea sama dengan satu sayatan luka yang menyakitinya.
Semakin jarinya menggeser layar, semakin banyak pula rasa sakit yang menggores hatinya. Shea tidak percaya, akan melihat banyak sekali foto Randy bermesraan dengan seorang perempuan muda. Bahkan ada sebuah video yang menunjukan Randy sedang berada di kamar hotel dalam keadaan pakai yang tidak lengkap. Lagi-lagi bersama perempuan yang sama.
“Ini apa, Tik?” tanya Shea dengan suara serak yang hampir tak terdengar.
“Itu bukti perselingkuhan Randy,” ucap Tika, “Semua foto dan video diambil langsung dari ponsel selingkuhannya Randy. Namanya Tiwi. Dia seorang mahasiswi di satu kampus yang sama dengan adikmu, Drisa.”
Shea tidak bisa menahan diri untuk terkejut. Mulutnya yang tercengang harus ditutup dengan tangannya sendiri. Di dalam dada, Shea merasakan sesak meskipun seluruh udara sudah ia hidup sebanyak-banyaknya. Jauh dilubuk hati yang terdalam, ia menolak menerima semua bukti yang diberikan rekan kerjanya. Tunangannya tidak mungkin berkhianat seperti ini.
“Randy nggak mungkin selingkuh,” ucapnya lirih.
“Aku punya bukti lain yang menguatkan perkataanku.” Tika mengeluarkan dua lembar kertas berlogo salah satu hotel terkenal pada Shea. “Itu bukti pemesanan kamar dan pembayaran lewat kartu kredit pada hari jumat lalu. Semua tertulis atas nama Randy Pradita Wijaya.”
Shea mulai menitikkan air mata, suaranya bergetar karena menahan tangis. “Kamu dapat semua ini dari mana?”
“Tiwi itu adik tiriku, Shea! Sekarang dia sedang frustasi karena kabar pernikahan kalian. Sambil menangis histeris di kamar, Tiwi menceritakan semua padaku dan memberikan bukti-bukti ini. Dia begitu mencintai Randy sampai mau diajak tidur bersama di hotel,” ungkap Tika.
Shea memejamkan mata seraya menghembuskan nafas berat. Dalam sekejap, potongan seluruh kenangan canda tawa, kejutan kecil, janji manis yang mereka jalani selama tiga tahun hancur seketika. Randy yang ia percaya sepenuh hati telah merobek kepercayaannya. Semua terjadi beberapa jam sebelum hari bahagia mereka.
“Aku minta maaf, Shea. Kabar ini pasti menyakiti hati kamu, tapi aku merasa kamu perlu tahu semua ini. Bagiku kamu perempuan yang baik dan suka menolong di kantor.” Tika mengelus lembut lengan wanita cantik yang sedang murung di hadapannya.
Shea menarik nafas panjang sebelum menepis pelan tangan Tika. Ia melangkah meninggalkan ruang rias. Gaunnya bergoyang, kain sutra di kepala berayun mengikuti langkahnya. Lorong panjang menuju aula terasa dingin. Suara musik yang sebelumnya terdengar samar, kini mengalun jelas. Bercampur riuh suara tawa para tamu undangan.
Ia mendorong pintu aula, perlahan. Semua mata langsung menoleh ke arahnya. Beberapa tamu memuji kecantikannya, sementara sebagian lain saling menatap keheranan. Mereka merasa terlalu cepat Shea memasuki aula pesta pernikahannya. Ia tidak peduli akan pendapat orang-orang.
Kini hanya Randy yang ada dalam pandangannya. Randy menghampiri calon istrinya dengan senyum meskipun Shea tidak melakukan sebaliknya.
“Sayang, kamu cantik banget. Aku beruntung bisa menikahi perempuan secantik kamu,” puji Randy yang tidak membuat Shea tersipu sama sekali.
Shea malah menatapnya sinis. “Aku yang nggak beruntung menikah sama kamu.”
Randy mengernyitkan dahi. “Maksud kamu?”
“Aku mau … pernikahan kita … batal!”
Satu kalimat yang diucapkan Shea berhasil menjadi angin kencang yang menyapu seluruh ruangan. Aula mendadak sunyi. Semua orang terkejut akan keputusan Shea, begitu juga dengan calon mempelai pria.
Randy yang sempat tercengang berusaha meluruskan maksud calon istrinya. “Kamu jangan bercanda, Sayang. Ini hari bahagia kita ….” ia tidak bisa melanjutkan perkataannya karena disela oleh Shea.
“Kamu selingkuh, kan?”
Pria berusia 28 tahun tersebut kembali membulatkan mata. “Ka-kamu tahu dari mana? Berita dari siapa? Itu pasti fitnah! Pasti ada orang yang nggak suka dengan pernikahan kita!”
“Selingkuhanmu namanya Tiwi, kan?”
“Sayang, dengar penjelasanku dulu … “ Randy dengan wajah pucat berusaha untuk mengatur kata di kepalanya agar terkesan masuk akal tetapi Shea kembali memotong kalimatnya.
“Aku punya bukti!” tegas Shea, “Aku tahu kamu pergi ke hotel bersama perempuan bernama Tiwi, kan? Kalau kamu mau aku dengarkan, coba jelaskan keberadaanmu pada hari jumat lalu? Berikan juga aku buktinya.”
Shea dengan mata berkaca-kaca melihat Randy tidak bisa menjelaskan apapun. Mulut Randy hanya membuka-tutup tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Kini Shea tidak ragu untuk berbalik menuju pintu keluar aula gedung pernikahan. Mengabaikan semua panggilan orang-orang di belakang sana yang berusaha mencegahnya pergi.
Di ambang pintu, ia berpapasan dengan Tika yang tersenyum simpul. “Kamu sudah membuat keputusan yang tepat.”
Shea hanya mengangguk kecil sebagai pengganti jawaban. Kemudian melangkah keluar dan menghirup udara luar yang dingin, menyesakkan, dan perih.
Di rumah, Shea sudah berusaha tetap tegar. Tetapi saat bersandar dalam pangkuan Wanda, Ibunya, ia menangis. Riasan di wajahnya sampai luntur, kebaya putih sudah kusut, dan ujungnya sedikit kotor oleh noda-noda kecoklatan.
“Maaf, Bu … aku gagal membahagiakan Ibu … padahal umurku sudah kepala tiga … tapi aku malah membatalkan pernikahan.” ucap Shea di sela-sela isak tangisnya.
Wanda mengangkat kepala Shea dengan lembut. “Apa yang terjadi, Nak?”
“Randy selingkuh, Bu. Tadi temanku datang ke ruang rias dan memberikan semua bukti perselingkuhan Randy dengan perempuan di kamar hotel. Kejadiannya pada hari jumat lalu, 2 hari sebelum pernikahan kita,” ungkap Shea.
Semua orang terkejut atas penjelasan yang Shea berikan. Wanda sampai mengelus dada karena tidak pernah menyangka sama sekali. Baya, adik laki-laki Shea, mengusap kasar wajahnya. Mereka tidak menduga, kalau pria yang mereka kenal baik selama ini bisa melakukan hal menjijikan seperti itu.
“Kalau begitu, keputusan Kak Shea sudah benar. Orang yang pernah berselingkuh akan tetap melakukan perselingkuhan! Nggak peduli seberapa banyak dia dimaafkan!” geram Baya.
Si bungsu, Drisa, juga ikut angkat bicara dengan wajah malas. “Tukang selingkuh seperti Bang Randy nggak pantas dimaafkan, Kak. Jangan mau buang-buang waktu buat lihat dia berbohong dan selingkuh sana-sini seumur hidup.”
“Drisa benar, Kak.” Baya menambahkan seraya mengelus punggung Shea yang terisak. “Kakak berhak menikah dengan orang yang setia. Perselingkuhan yang Randy lakukan, sudah membuktikan kalau dia nggak layak buat Kak Shea.”
Wanda menatap putrinya dengan penuh kasih. “Kamu lihat, kan? Kita semua mendukung keputusanmu. Jangan pernah melihat umur ketika kamu ingin menikah. Lihatlah dengan siapa kamu akan bersanding, itu yang paling penting dalam pernikahan.”
Shea menatap ketiga anggota keluarganya, terharu. Ia merasa bersyukur memiliki Ibu yang selalu menjadi tempat bersandar, dan dua adik yang tidak pernah terpengaruh oleh pihak luar. Mereka adalah sumber kekuatannya untuk bangkit yang selalu berada disisinya. Mulai sekarang, ia tidak boleh menyesali keputusannya. Ia berhak memutuskan dengan siapa akan menikah dan ini bukan kesalahannya.
“Shea!”
Suara berat yang lantang terdengar, mengejutkan mereka bertiga. Dari balik pintu, terdengar langkah kaki beberapa orang yang berkumpul di sana. Shea mengenali pemilik suara tersebut. Andhika Pradita Wijaya, mantan calon ayah mertuanya. Dugaan Shea benar. Saat ia membuka pintu, di hadapannya berdiri Randy bersama kedua orang tuanya, serta kakak tertuanya, Resti.
“Anak kurang ajar! Kamu pasti sengaja mau mempermalukan keluarga kami, bukan?! Pergi meninggalkan gedung pernikahan hanya karena masalah sepele! Cuih!” Andhika menunjuk-nunjuk wajah Shea dan meludah ke lantai dekat kakinya.
Shea menatap tajam pria tua di hadapannya. “Masalah sepele? Randy berselingkuh dengan seorang perempuan sampai ke kamar hotel! Anda bilang itu masalah sepele?!”
“Wajar seorang pria memiliki lebih dari satu wanita! Yang tidak wajar itu, perempuan yang sengaja membuat malu dengan membatalkan pernikahannya!” seru Andhika, naik pitam.
Wanda langsung bangkit dari duduk, menghampiri ambang pintu dengan wajah kesal. “Maaf, Pak Andhika. Perselingkuhan Randy yang sampai ke kamar hotel, bukan masalah sepele. Itu tindakan yang tidak bermoral namanya.”
Deswita mendengus sinis, memandang rendah calon mantan besannya. “Kalian jangan bicara soal moral dengan kami! Apa salahnya, kalau Randy ingin bersenang-senang dulu sebelum terikat pernikahan?”
“Betul, Mah! Shea saja yang terlalu berlebihan,” ujar Resti.
“Berlebihan?! Jadi, Kak Shea yang membatalkan pernikahan karena perselingkuhan itu, dianggap berlebihan?” Baya menggelengkan kepala, keheranan. “Nggak masuk akal. Padahal Mbak Resty seorang perempuan juga, tapi malah menggampangkan arti pernikahan.”
Mendengar perkataan Baya, Resty tidak bisa membalas sama sekali. Andhika sendiri malah merasa semakin kesal dengan keluarga Shea yang dipikirnya terus membela diri.
Seraya menyilangkan tangan di dada dengan angkuh, Andhika berkata. “Shea! Seharusnya kamu bersyukur kami mau menerima anak yang dibesarkan dari seorang janda sepertimu! Hidup miskin tapi banyak menuntut! Di luar sana, nggak banyak yang menerima kalian sebaik keluarga kami!”
“Jaga bicara Anda, Pak Andhika! Keluarga kami hidup sederhana bukan miskin! Dan kami adalah keluarga yang memiliki moral, tidak seperti kalian!” tampik Baya.
“Kalian itu keluarga miskin, bukan sederhana!” balas Deswita dengan wajah kesal. “Coba kamu bandingkan Ibu kalian denganku. Aku punya butik besar di ujung jalan sana,” angkuhnya.
Drisa menatap datar Deswita yang sedang menyombongkan diri. “Jangan pamerkan butik yang lagi kena kasus. Butik Bu Deswita terpaksa ditutup karena plagiarisme, kan?”
“Kamu …,” Deswita tidak dapat melanjutkan kata karena kebenaran yang baru saja Drisa katakan tentang butiknya. “Asal kamu tahu, ya! Suamiku, pensiunan dari perusahaan nasional yang terbesar. Dia sudah membayar semua kerugian dan butikku akan segera buka kembali.”
Drisa memutar bola matanya, jengah. “Aku baru tahu kalau orang yang dipecat karena menggelapkan uang perusahaan jadi pensiunan. Kalian pikir aku tidak tahu, Pak Andhika dipecat dua tahun lalu karena kasus itu, kan? Sejak itu, kalian hidup bergantung pada uang dan koneksi suami Mbak Resty.”
“Bocah kurang ajar!” Andhika yang naik pitam merasa kesal karena rahasianya dikuliti remaja berusia 17 tahun. “Dengarkan aku, Shea! Karena mulut kurang ajar, adikmu, aku tidak akan pernah menyetujui pernikahan kalian lagi! Randy akan kunikahkan dengan perempuan dari keluarga yang lebih baik darimu!”
“Sayang, kamu dengar itu? Tolong jangan buat orang tuaku semakin marah. Lebih baik kamu minta maaf pada mereka sekarang dan kita lanjutkan pernikahan,” kata Randy.
Shea menggelengkan kepala. “Tidak, Randy. Aku tidak mau melanjutkan pernikahan yang dibangun dengan perselingkuhan dan kebohongan, seperti ini!”
Randy mengernyitkan dahi, seolah tidak mengerti apa-apa. “Buat apa kamu marah, sih? Dengan pernikahan ini, aku sudah memilihmu! Lagian, aku hanya main-main sebentar dengan Tiwi. Dia bukan perempuan yang pantas untuk dinikahi.”
PLAK!
Shea melayangkan sebuah tamparan tepat di pipi pria yang pernah dicintainya selama tiga tahun. Tidak menyangka, pria itu memiliki mulut yang kasar dengan pikiran yang merendahkan perempuan. Randy menatap kesal Shea seraya memegangi pipinya yang merah dan terasa perih. Terlihat sekali dari tatapan matanya yang tajam, Randy seperti menahan diri untuk tidak membalas tamparan tersebut.
“Perempuan sialan!” Andhika mendelik kesal. Dengan rahang yang mengeras, ia menunjuk wajah Shea dan mulut yang mengerang menahan amarah.
“Lihat, perempuan pilihanmu! Dia perempuan yang tidak tahu diri dan tidak bersyukur! Ayo, kita pergi! Di sini hanya membuang-buang waktu!” Deswita menyeret paksa tubuh Randy untuk segera menyingkir dari hadapan keluarga Shea.
Mata Shea tidak bisa lepas dari kepergian keluarga Randy. Mereka semua meninggalkan rumah Shea dengan wajah masam dan tatapan mata yang sinis. Ia mulai menyadari, tiga tahun bersama tetapi masih banyak hal yang tidak diketahuinya. Termasuk keluarga Randy yang dulu baik-baik saja, kini bisa memandang rendah keluarganya hanya karena status. Mulai sekarang, Shea harus lebih teliti memilih pasangan agar tidak mudah tertipu seperti ini.
“Shea!” seru Randy dari balik pagar rumah Shea sebelum memasuki mobil keluarganya. “Kamu akan menyesal karena membatalkan pernikahan ini! Aku akan membalas tamparan di pipiku!”
“Nek, ayo kita mandi dulu. Aku sudah menyiapkan air hangat untuk Nenek mandi supaya lebih segar,” ajak Wanda. Nenek Gia yang sudah tenang dari beberapa menit yang lalu, menoleh. Tersenyum dan menganggukan kepada pada Wanda yang menuntunnya untuk bangkit dari duduk. Wanda membawa Nenek Gia masuk ke kamar tamu yang sederhana. Kamar yang telah lama dipakai, kini akan berpenghuni. Ia sudah mengganti sprei bau apek dengan linen bersih yang wangi dan membuka jendela agar udara bersih masuk.“Maya, terima kasih kamu masih mau memperhatikan Mamah.” Nenek Gia mengusap lembut wajah Wanda dengan penuh kasih sayang. Nenek Gia masih merasa kalau Wanda adalah Maya, putri kandungnya. Wanda hanya bisa menarik napas panjang. Tidak ada gunanya membantah, sebab kondisi Nenek Gia yang terlihat khusus. Dengan sabar, Wanda menggandeng tangan Nenek Gia menuju kamar mandi.Di ruang tamu, tersisa anak-anak Wanda yang menatap iba keadaan Nenek Gia. Shea yang sedang duduk di kursi panjang, melirik Drisa denga
Wanda menenteng tas anyaman ke sebuah pasar tradisional yang tidak jauh dari rumah. Ini adalah rutinitasnya setiap pagi hari, membeli beberapa bahan makanan untuk persediaan di rumah. Suasana pasar yang begitu ramai tidak mengganggunya sama sekali. Aroma sayur mayur segar bercampur wangi rempah dari bumbu dapur. Langkah kaki berdesakan di lorong sempit sudah biasa bagi Wanda untuk melewatinya. Perempuan berusia 55 tahun tersebut, berhenti di sebuah lapak pedagang yang sudah menjadi langganannya. Dengan senyum, Wanda melihat-melihat daging sapi di lapak tersebut.“Eh, Bu Wanda,” sapa si pedagang, membalas senyumannya. “Kebetulan sekali, Bu. Hari ini saya bawa yang spesial!”“Apa Mbak?”“Daging spesial, Bu!” Si pedagang menunjuk salah satu sisi dagangannya yang terdapat daging mentah.Mata Wanda berbinar-binar melihat daging tersebut dengan senyum lebar. “Wah, daging buntut! Mbak tahu aja kalau anak saya suka daging buntut!”“Iya, dong! Namanya juga Ibu langganan di lapak saya. Masa sa
Randy berjalan melewati lobi kantor dengan wajah santai dan dagu yang terangkat sedikit lebih tinggi. Bahu tegak, dada busung, dan kakinya melangkah mantap. Padahal setiap kali berpapasan dengan karyawan lain, Randy bisa mendengar dengan jelas bisikan-bisikan yang mencemooh dirinya. Juga melihat tatapan mata mengejek dari mereka. Namun, tak ada satupun dari semua itu yang membuatnya menundukan kepala. Rekan kerjanya sampai keheranan, melihat ia tetap bisa berjalan penuh percaya diri. Seakan teguran Pak Wira kemarin, tidak menggores hatinya sama sekali. Randy bahkan masih sempat melempar senyum tipis ke beberapa orang yang menyapa, sebelum menghilang di balik pintu ruangannya. “Akhirnya, aku bebas!” Randy menghempaskan tubuh ke kursi kerjanya. “Wira si*lan! Gara-gara dia, semua orang menertawakanku! Br*ngsek!” ia mengumpat kesal. Wajah santai yang ditunjukkan pada semua orang di luar sana, luntur seketika. Silih berganti dengan wajah masam dan dahi yang mengerut. TOK! TOK! TOK! Ra
“Tik, kamu sudah dengar berita soal pernikahan Bu Shea yang gagal? Kudengar dia yang meninggalkan gedung pernikahan.” Salah satu karyawati mendekati Tika yang sedang berdiri di dekat mesin printer.Tika tersenyum tipis, menghentikan aktivitasnya sementara. “Sudah.”“Aku tidak percaya, Bu Shea membatalkan pernikahannya dengan Pak Randy. Padahal calon suaminya manajer di departemen digital marketing,” ucap si karyawati tersebut.“Kita tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka, bukan? Sebaiknya memang kita tidak ikut campur,” jawab Tika, seperti orang yang tidak tertarik pada topik pembicaraan mengenai Shea. “Kamu tidak tahu?” si karyawati menatap terkejut lawan bicaranya. “Pernikahan mereka dibatalkan karena keluarga Bu Shea meminta mahar setinggi langit. Aku tahu ini langsung dari Pak Randy.” Tika tertegun menatap si karyawati yang sedang menatap sinis punggung Shea di kubikelnya. “Sudah, jangan bicarakan soal ini lagi. Ayo, kita kembali bekerja.”“Ah, kamu nggak asik!” Si karyaw
Shea tersenyum bahagia melihat pantulan dirinya pada cermin besar dengan cahaya lembut dari lampu gantung kristal. Kilau sorot matanya bahagia, melihat tubuh yang terbalut kebaya seputih kapas dan bawahan kain batik yang cantik. Mahkota kecil dengan kain sutra tipis terhampar sampai ke lantai, menghiasi kepala. Riasan di wajahnya juga menambah cantik paras ayu tersebut. Bisa dipastikan, hari ini Shea akan menjadi ratu sehari dan membuat semua orang terpana saat melihatnya.Karena hari ini, Shea Swari Anandhi akan menikah dengan Randy Pradita Wijaya. Pria yang sudah menjalin hubungan cinta dengannya selama tiga tahun penuh. Siapa yang menyangka, kalau beberapa bulan yang lalu Randy menyatakan niat baik ke hadapan keluarganya. “Shea,” panggil sebuah suara lembut namun tegas.Shea menoleh ke sumber suara dari pantulan cermin. Di belakangnya, ada seorang wanita dengan tersenyum tipis sedang berdiri canggung. Itu Tika, rekan kerja Shea yang juga mengenal baik Randy. Mereka bertiga memang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments