Share

Bab 5. Ucapan Terima Kasih

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-15 09:47:33

Mendengar ucapan Kevin, wanita itu sangat terkejut. “A-apa? A-aku tidak mungkin mendorongnya!”

Menyadari kalau hal ini akan jauh lebih rumit, Amira berusaha untuk tenang dan menjelaskan. “Tuan Kevin, Nona Winda Bastian sudah mengatakan hal yang sebenarnya, jelas-jelas semua orang dia melihat kalau Nona Dirgantara yang berniat mendorong pelayan untuk mencelakai saya jadi—”

“Maksudmu, kau ingin mengatakan kalau mataku bermasalah begitu?” potong Kevin dengan suara yang cukup dingin.

Tatapan yang cukup mematikan dari Kevin dan juga pernyataannya barusan membuat Amira mematung dan suasana di ruangan itu berubah menjadi menegangkan.

Kevin lalu mendengus, kemudian menatap ke arah Vanya, hanya saja tatapan itu berubah menjadi sedikit lebih lembut. “Katakan, apa kamu mendorong pelayan itu?”

Vanya tersentak saat ditanya Kevin, lalu setelah terdiam sesaat karena keterkejutan itu, dia menggeleng pelan dan berkata dengan suara lemah, “Tidak ….”

Saat Vanya mengatakan hal demikian, Winda, wanita tadi terlihat melotot ke arahnya dan wajahnya memerah karena bercampur marah dan sedikit gugup. “P-pembohong!! Kamu mau memperkeruh keadaan di depan Tuan Kevin, ya! Jelas-jelas aku dan beberapa temanku melihatmu melakukannya, mereka bisa menjadi saksi dan–”

“Siapa saksinya?” potong Kevin dengan suara dingin.

“A-apa?” Winda berkata dengan terbata.

“Kamu bilang ada saksi yang melihat Nona Dirgantara mendorong pelayan. Aku ingin mendengar kesaksiannya secara langsung.” Kevin berkata dengan suara tenang.

Jelas hal ini membuat Winda menjadi panik, tetapi dia berusaha untuk terlihat santai. Dia lalu menoleh ke arah teman-temannya yang berdiri tidak jauh darinya. “Nona Anita Mahadewa,” panggilnya, “kamu tadi lihat dia melakukannya, kan?”

Hanya saja, wanita bernama Anita itu menjadi terkejut dan gemetar saat mata Kevin melihatnya dengan pandangan tajam, jelas kalau mengatakan kebohongan sama saja mencari masalah pada diri sendiri.

Anita lalu menggeleng pelan. 

Winda terkejut, tidak mau berlama-lama lalu melihat ke arah wanita lainnya. “Nona Selvi Wijaya, Nona Rena Ganendra?” ucapnya lagi sengaja menyebutkan nama keluarganya agar bisa memberikan dukungan padanya.

Hanya saja, keduanya pun sama, mereka hanya menggeleng dan mata mereka sedikit memancarkan rasa khawatir kalau misal ikut terlibat ke dalam masalah ini, apalagi secara terang-terangan Winda menyebutkan nama keluarga mereka di hadapan Kevin.

Mendapatkan respons demikian, dia sadar kalau saat Kevin sudah masuk dalam masalah ini, maka semua orang tidak akan berani ikut campur! Apalagi, yang dikatakannya adalah bualan yang bisa membuat keluarga mereka terseret nantinya. Tubuh WInda menjadi gemetar, matanya sekilas melihat ke arah Amira, tapi Amira hanya melengos.

Kevin lalu mendengus dingin dan berkata, “Mengaku ada saksi, tapi nyatanya hanya pengakuan sendiri. Ini benar-benar konyol.”

Ucapan Kevin membuatnya makin terpojok, jelas tidak ada satu pun yang berada di pihaknya saat ini.

Belum sempat dia menjawab apapun, Kevin berseru lantang, “Petugas keamanan! Seret dia keluar dari tempat ini!”

Hal ini tidak membuat mereka yang ada di sana terkejut, seseorang yang sudah membuat Kevin marah pasti akan diusir.

Winda terlihat ketakutan apalagi saat seorang petugas keamanan itu menarik lengannya. Saat itu, Kevin kembali berkata, “Dan … pastikan aku tidak melihatnya beserta keluarganya lagi di Kota Cavendra ini.”

Suasana di dalam ruangan mendadak mencekam. Vanya tidak menyangka kalau ternyata Kevin benar-benar sangat kejam seperti rumor yang beredar, tak hanya mengusir wanita itu keluar dari pesta ini, dia juga menambahkan perintah yang cukup semua orang paham bahwa Winda dari keluarga Bastian, jelas harus angkat kaki dari kota ini. Tidak hanya itu, keluarganya juga ikut menanggung akibat karenanya.

Winda terkejut. “Tuan! Tuan Kevin maafkan saya, saya benar-benar khilaf, maafkan saya! Maafkan saya. Saya ….”

Suara teriakan itu terdengar sayup-sayup menjauh, hanya saja, Vanya benar-benar mematung, dia terdiam, tidak menyangka kalau nasib wanita itu benar-benar selesai, malang sekali dia, tapi … dia juga diam-diam bersyukur, bukan dirinya di posisi wanita itu … andai saja saat itu Kevin tidak menyadarinya, bisa jadi dia yang diusir dan membuat masalah untuk keluarga Dirgantara.

Tiba-tiba terdengar suara halus mengetuk gendang telinganya, “Lega?”

Vanya menoleh, Kevin berbicara padanya. Dia tercenung sesaat, apalagi saat ini, tubuhnya ada dalam dekapan Kevin, pria itu merangkulnya dan membuatnya merasa nyaman dan aman. Dia tidak menyadari sejak kapan Kevin melakukannya, dia hanya fokus pada kejadian tadi. Hal ini jelas membuatnya segera mundur. Dia menjadi gugup, apalagi saat mata mereka bertemu.

“Tuan Kevin, untuk yang tadi terima–”

“Astaga Vanya!” suara Febiola langsung memotong ucapan Vanya, kali ini ibu tirinya menghampirinya, kemudian Febiola langsung membungkukkan tubuhnya di depan Kevin. “Tuan Kevin terima kasih, terima kasih sudah membantunya.”

Kevin hanya diam melihat Fabiola yang sedikit berlebihan. 

“Maafkan karena Vanya sudah membuat pesta anda terganggu. Dia memang sering membuat masalah entah itu di rumah maupun di luar, tapi … tidak disangka kali ini sampai harus merepotkan Tuan Kevin untuk membantu kami.” Ucapan Febiola membuat Vanya terkejut. Bibirnya sedikit mengerucut mendengar pernyataan ibu tirinya itu.

Hal ini tentu tak luput dari perhatian Kevin yang memperhatikan mereka dalam diam.

Setelah Febiola mengatakan hal itu, Lesmana menepuk singkat pundak Vanya, dan berkata, “Vanya, ucapkan terima kasih pada Tuan Kevin karena sudah membantumu.”

Suara Lesmana terdengar lembut, berbeda dari yang tadi. Sudah tidak heran bagi Vanya dengan perlakuan yang dia terima dari ayahnya ini. Dia juga cukup tahu diri, walau tanpa disuruh dia jelas akan berterima kasih pada Kevin.

Vanya langsung membungkukkan badannya di depan Kevin. “Terima kasih, Tuan Kevin.”

Selesai Vanya berkata demikian, Kevin lalu memberikan responsnya. “Apa menyenangkan membebankan kesalahan pada orang yang tidak salah dan malah membuatnya makin terlihat buruk di depan orang lain?”

Pernyataan itu menyentak ketiganya, membuat mereka mendongak menatap Kevin yang ekspresinya mendadak menggelap.

Lesmana menjawab cepat, “Saya—”

“Aku bicara padamu Nyonya Dirgantara,” potong Kevin cepat sebelum Lesmana melanjutkan kalimatnya. Hal ini membuat Febiola terkejut. Dia mengepalkan tangan karena merasa direndahkan oleh pemuda yang berdiri di depannya.

Namun, Febiola harus tetap tenang. “M-maksud Anda, Tuan Kevin?”

Kevin lalu mendengus dan berkata dengan tatapan beralih pada Lesmana, “Jaga istrimu dengan baik, Tuan Dirgantara. Membiarkannya bersikap liar seperti tadi, hanya akan membawa bencana untuk keluargamu.”

Setelah mengatakan hal itu, Kevin menatap Vanya sesaat sebelum akhirnya berbalik pergi meninggalkan mereka.

Di tempatnya, Vanya terbengong. Apa … pria itu baru saja membelanya?

Sekujur tubuhnya terasa hangat, lalu seketika jantungnya berdebar kencang, refleks Vanya memegang dadanya. 

Perasaan hangat apa ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 74. Tidak Ada Hubungan Lagi

    Setelah acara selesai, tamu dari keluarga dekat dan orang-orang kepercayaan Keluarga Wicaksana sudah berangsur pulang. Di sisi lain, Keluarga Dirgantara perlahan melangkah mendekat ke arah Vanya yang kini berdiri agak jauh dari Kevin. Pria itu masih tampak berbincang ringan dengan beberapa kerabatnya. Orang pertama yang mendekatinya adalah Febiola, ibu tiri, diikuti oleh dua putrinya di belakangnya.Vanya sedikit membungkukkan tubuhnya memberikan penghormatan padanya dan juga kedua kakak tirinya yang hadir, Vira dan Dira,“Terima kasih sudah datang, Ibu, Kakak.” Vanya berkata dengan suara lembutnya.Seperti biasanya, Febiola tentu saja menunjukkan sisi malaikatnya di hadapan keluarga Kevin yang lain, dia tersenyum indah dan memberikan ucapan selamat padanya, lalu setelah itu memeluknya sambil berbisik pelan di telinga Vanya, “Dengar Vanya, kau pikir hidupmu akan aman di bawah pengaruh keluarga Wicaksana? Lihat saja nanti.”Vanya tidak lagi terkejut mendengarkan kalimat ancaman itu, tap

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 73. Acara Pernikahan

    Setelah Kevin dan Vanya tiba di depan altar, Seorang pembawa acara dengan suara lembut memecah keheningan. “Upacara penyatuan kedua mempelai akan segera dimulai.” Lampu kristal yang baru saja menyala terang saat keduanya tiba di depan altar, sekarang kembali meredup perlahan, berganti dengan cahaya hangat lilin-lilin aromatik yang menyala di sekeliling altar kecil di tengah aula. Kemudian, musik lembut perlahan berhenti ketika seorang tetua adat Averland melangkah maju. Suaranya berat namun tenang, mengisi seluruh ruangan yang kini hening. “Dalam adat Averland, sebelum dua jiwa disatukan oleh cahaya, mereka harus terlebih dahulu menghormati keluarga sebagai asal mereka datang ke dunia dan membesarkan mereka. Karena dari sanalah segala restu bermula.” Tetua itu memberi isyarat, dan dua keluarga besar dipersilakan naik ke atas. Dari pihak Wicaksana, Johnson dan Dellia melangkah anggun mendekati altar. Sementara dari pihak Dirgantara, Lesmana dan Febiola berdiri berseberangan. S

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 72. Tidak Sesuai Harapan

    Di antara decak kagum tamu undangan, Vanya bisa mendengar detak jantungnya sendiri berdentum cepat. Tatapan-tatapan itu menusuk, sebagian memuja, sebagian heran, sebagian lagi ... tidak percaya. Akan tetapi, yang membuatnya paling gugup adalah suara kecil di kepalanya yang terus bertanya, “Apakah ini sungguh aku? Apakah ini nyata?”Musik lembut mulai mengalun. Kamera berputar, para tamu berdiri. Namun di sudut ruangan, keluarga Dirgantara masih terpaku, wajah-wajah mereka campuran antara keterkejutan dan rasa tak percaya tentu saja.Vira, yang sedari tadi selalu berkata penuh ejekan dan merendahkan sekarang malah menahan napas, menggigit bibir bawahnya. “Dia … ternyata sangat tampan,” gumamnya, hampir seperti mengutuk.Sama halnya yang dilakukan Dira, gadis itu tampak tak berkedip melihat Kevin dan Vanya. “Apa itu benar-benar Kevin? Lalu di sebelahnya itu si anak haram?”“Kenapa dia … jadi sangat berbeda?” Dira mendesis.Keduanya yang berekspektasi tinggi untuk kehancuran pernikahan in

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 71. Itu Benar Mereka?!

    Beberapa waktu sebelumnya di Kediaman Dirgantara.“Kak Lira, kau yakin tidak ingin pergi ke acara itu?” tanya Vira memastikan sekali lagi pada saudaranya itu.Lira melirik sebentar dari ponselnya, lalu menggeleng. “Tidak. Aku ada urusan malam ini. Pastikan saja kau merekam semuanya, terutama wajah si monster itu. Setelahnya, kau tahu apa yang harus dilakukan, kan?”Vira mengangguk. Ia memang terbiasa memegang kamera dan tampil di depan publik. Sebagai influencer di bidang finansial, reputasinya di dunia maya cukup tinggi. Apalagi didukung oleh latar belakang pendidikan dan keluarganya. “Ya, aku tahu. Jujur saja, aku juga penasaran sama tampangnya itu. Sejak muncul di dunia bisnis, tidak ada satu pun foto Kevin Wicaksana yang bocor ke publik. sok misterius sekali, kan?”Lira tertawa pendek, dingin. “Itu karena wajahnya pasti memalukan. Jelek, gendut, pendek, dan menyeramkan. Makanya calon istrinya kabur dan mati sebelum sempat menikah.”Vira ikut terkekeh kecil. “Benar juga, kalau tid

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 70. Pujian Untuk Vanya

    “Vanya.” Suara itu terdengar begitu lembut di telinganya, namun terasa jauh … seolah datang dari mimpi.“Vanya, bangunlah. Kita akan melangsungkan acara adat pernikahan malam ini.” Nada itu kembali terdengar. Terasa hangat, sabar, mengetuk perlahan gendang telinganya. Sesaat kemudian, sesuatu yang lembut menyentuh keningnya. Sentuhan itu membuat kesadarannya perlahan kembali.Mata Vanya terbuka lebar. Wajah Kevin begitu dekat, hanya berjarak sejengkal. Senyum tipis menghiasi bibirnya, dan untuk sepersekian detik Vanya baru menyadari sepertinya sentuhan lembut dan dingin itu adalah kecupan singkat yang diberikan Kevin untuknya.“Astaga! Aku ketiduran!” serunya terbata, suara seraknya memecah keheningan.Baru saat itu ia sadar, posisinya sudah berubah. Sebelumnya Kevin bersandar di pangkuannya, tapi kini dia malah berada dalam pelukan Kevin dan lengannya sendiri justru melingkar di tubuh pria itu, seolah enggan dilepaskan.Ini … benar-benar gila! Vanya menjadi panik, segera melarikan tan

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 69. Aku Tidur Dulu

    Vanya tertegun mendengar ucapan suaminya barusan.“Kenapa diam? Apa kau dengar aku bilang apa?” tanya Kevin lagi.Vanya mengangguk. “Tapi ….” “Tidak ada yang salah kalau untuk membela diri.” Kevin lalu mengelus kepala Vanya dengan lembut menciptakan rasa tenang sekaligus tegang di tubuh Vanya.“Aku … bahkan tidak bisa membantah ucapan mereka, kalau sampai itu terjadi ….” Vanya menggantung kalimatnya, dia menarik napas dalam dan pandangannya ke arah depan tampak kosong.“Kau akan mendapatkan hukuman?” tebak Kevin. Diam. Hanya saja diamnya Vanya itu adalah sebuah jawaban.“Mulai saat ini, kalau ada yang kau tidak suka katakan saja, kau perlu mengeluarkan pendapatmu sendiri, jangan hanya ikut ucapan orang lain.”“Tapi aku takut kalau nantinya akan disebut menantang dan keras kepala.”Mendengar pernyataan Vanya barusan Kevin tersenyum.“Kenapa harus takut? Tidak ada yang perlu ditakuti di dunia, kecuali Penciptamu. Bedakan menantang dan membela diri, itu dua hal yang berbeda. Aku tahu i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status