Home / Romansa / (Not) A Queen / Chapter 7 Menjadi Pribadi Lain

Share

Chapter 7 Menjadi Pribadi Lain

Author: Ilamy Harsa
last update Last Updated: 2021-06-18 12:55:12

Sebuah mobil putih mengkilat dengan ban-ban hitam yang kontras dengan warna aspal berhenti di depan rumah tak berpenghuni. Seorang pria berpenampilan rapi keluar dari mobil, lalu menatap ke sebuah jendela tanpa kaca. Di sana Alecta sudah menunggu.

Alecta mengambil napas panjang. “Ini saatnya memulai membalaskan dendam. Kamu bisa Alecta. Buat Freya menderita karena pernah merampas orang yang kamu sukai! Buat Freya menanggung akibat karena menjungkirbalikan kehidupanmu dalam semalam. Buat Freya membayar semua ini.”

Alecta sudah memantapkan tekadnya. Dia hanya ingin membuat Freya merasa kehilangan. Dia mengangkat tas besar dan amplop berisi surat kontrak yang tulisan sudah pudar. Saat melangkah keluar, Alecta mendapat sambutan penuh penghormatan di lakukan oleh pria itu.

“Saya Naratama, utusan dari Nyonya Freya. Silakan masuk, Miss Alecta.” Pria itu membukakan pintu mobil seakan menyuruh Alecta agar segera bergegas.

Alecta memasuki mobil itu. “Kita mau ke mana?” Tadi, dia pikir Freya ada di dalam mobil ini.

“Ke tempat Nyoya Freya.”

Alecta teringat akan drama penculikan tempo hari. Apakah yang dimaksud apartemen kemarin?

Alecta mencoba tidak memikirkannya lebih jauh. Pandangannya terlempar ke jalanan. Di balik jendela mobil, dia disuguhkan pemandangan kawasan kelas I yang tak lain tempat hunian yang diperuntukan untuk kalangan menengah.

Sebenarnya, dalam pemetaan kelas-kelas seperti ini tidak ada dalam peta Kota Dennosam. Tapi warganya sendiri yang membuat batas-batas seperti itu. Di Kota Dennosam, terdapat empat kelas kawasan hunian berdasarkan status sosialnya, pendapatan, dan jabatan yang dipegang.

Kawasan elit, merupakan kawasan yang dihuni oleh orang-orang kaya dengan status sosial tinggi. Di sana terdapat satu keluarga garis keturunan pendiri kota. Bisa disebut keluarga keturunan bangsawan, termasuk Priam Ardiaz, suami Freya. Selain keluarga terpandang, ada juga walikota beserta jajarannya, para artis yang terkenal juga tinggal di kawasan itu.

Kawasan kelas I dan kawasan kelas II, merupakan kawasan yang dihuni oleh orang-orang dengan kondisi perekonomian menengah ke bahwa. Mereka bekerja sebagai karyawan di perusahaan-perusahaan dalam kota maupun luar kota.

Kawasan kelas III, merupakan kawasan yang di huni pekerja yang datang dari kota lain untuk mengadu nasib di Kota Dennosam. Tempat tinggalnya pun tidak bisa dibilang layak karena bisa terjadi banjir jika musim penghujan tiba. Hal semacam ini sangat lumrah terjadi karena sanitasi yang buruk dari pihak penyewa seperti Mami Gendut.

Mobil yang ditumpangi Alecta berhenti di basement sebuah apartemen. Berbeda dengan apartemen sebelumnya, kali ini dia benar-benar penasaran dengan rencana Freya.

“Kenapa di sini?” Alecta memberanikan bertanya kepada Naratama. Dia sudah bersiap lari dari tempat ini, dan berteriak minta tolong.

Naratama menjawab, “Nyonya Freya ada di sini. Miss akan tinggal di tempat ini.”

Alecta memicingkan mata ke arah sopir. “Bisakah aku memercayaimu?”

“Saya hanya sebagai sopir, bertugas untuk menjemput Anda. Urusan percaya atau tidak itu urusan Anda.”

Naratama sudah berjalan menuju lift. Alecta berjalan di belakangnya dengan membawa tasnya sendiri. Di dalam lift sopir itu tidak mengajak Alecta berbicara. Mungkin saja ia tidak mau berbicara dengan orang yang tidak selevel dengannya. Ditambah, penampilan Alecta yang super kumal, terlihat dari pantulan dinding lift.

Lift terbuka, sopir itu berjalan di depan, sedangkan Alecta tetap mengikutinya. Dari jendela-jendela koridor menampilkan pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan dari lantai 48.

“Lewat sini,” ucap Naratama memberitahu Alecta agar cepat datang.

Pintu warna putih susu bertuliskan nomor 4803B terpajang di sana. Naratama menempelkan sebuah kartu berwarna emas mengkilat di pintu. Bunyi bip terdengar, secara otomatis pintu itu terbuka.

“Silakan.”Naratama mempersilakan Alecta untuk masuk ke dalam kamar itu.

Alecta berjalan perlahan sambil melihat isi apartemen ini. Dindingnya berlapis kertas motif bunga yang senada dengan warna-warna furnitur yang kalem menambah kesan nyaman.

“Selamat datang Alec.” Freya tersenyum penuh rasa bangga, mungkin bisa diartikan jika kedatangan Alecta adalah bukti Alecta telah menjilat ludahnya sendiri, sebab tempo hari Alecta sudah mengatakan jika dia tidak mau menerima tawaran ini.

Sesuai apa yang direncakan Alecta di rumah tak berpenghuni, dia harus menampilkan sosok Alecta yang polos, tidak tau apa-apa, dan lemah. Sebab jika tidak seperti itu dendamnya tidak bisa terbalaskan.

“Frey! Maaf jika aku bertamu dengan penampilan seperti ini.” Alecta tersenyum lebar menampilkan deretan gigi yang tidak begitu rapi dan tidak terlalu putih.

“Bertamu?” Freya berjalan mengelilingi Alecta. “Sebentar lagi kamu yang akan tinggal di sini.”

“Hah!” Alecta terkejut. Dia pikir akan tinggal langsung di rumah mewah bersama Freya.

Kalem, Alecta. Jangan perlihatkan wajah aslimu. Tetaplah menjadi Alecta yang polos. Tahan dulu nafsu balas dendammu!

Tatapan Freya berubah menjadi tatapan yang mengerikan. “Kenapa kamu terkejut? Ada yang salah?”

“Tidak, aku hanya kaget saat kamu bilang aku akan tinggal di apartemen ini. Rasanya seperti mimpi, Frey. Kamu pasti tau, kan, kalau aku tinggal di kawasan kelas III.” Alecta berharap aktingnya tidak buruk.

Freya hanya berdehem, lalu memberikan isyarat agar Naratama yang masih berdiri di dekat pintu untuk menjauh.

Setelah pintu ditutup barulah Freya menarik tangan Alecta untuk duduk di kursi samping meja makan. “Kamu duduk dulu, biar kubuatkan kopi.

“Baiklah.” Kali ini Alecta tidak menolak. Dia masih menebak-nebak apa yang sedang direncanakan Freya. Sejujurnya jika Alecta tinggal di sini, pembalasan dendam itu akan terasa sulit, karena dia tidak bisa menjangkau rumah mewah yang dihuni Freya beserta suaminya.

“Kamu yakin tempat ini untukku? Kenapa tidak di rumahmu saja? Bukankah lebih lebih efisien?” Alecta mencoba memancing Freya.

Gerakan tangan Freya terhenti saat mengaduk kopi. “Aku masih mampu untuk menyewakan tempat ini untukmu. Di rumah, sistemnya sangat rumit.”

“Serumit apa? Rumah sebesar itu, kan, hanya dihuni olehmu, suamimu, dan beberapa pelayan serta juru masak yang juga tinggal di situ.”

“Bagaimana kamu tau?” Freya tampak terkejut dengan apa yang diketahui Alecta.

“Aku pernah menonton sebuah acara yang isinya blusukan di rumah-rumah artis. Saat itu, rumahmu masuk tivi,” Pancingan Alecta berhasil membuat Freya sedikit gemetar. Bisa dibilang ini hanya gertakan saja.

“Iya seperti itu, Alecta. Tapi tidak sembarang orang bisa masuk.”

Dari penjelasan Freya, Alecta menyimpulkan jika ada sesuatu yang ditutupinya. “Begitu, ya ....”

Freya duduk di samping Alecta sambil menyodorkan segelas kopi. “Silakan diminum.”

Alecta hanya mengangguk. Dia sudah kenal dengan Freya selama tiga tahun. Salah satu sifatnya adalah memberikan sedikit kebaikan lalu mintanya lagi dalam jumlah yang lebih banyak.

“Hari ini kamu akan bertemu dengan suamiku, Priam Ardiaz. Tapi ....”

Alecta yang mendengar ucapan Freya sambil meminum kopinya, langsung terbatuk saat nama Priam Ardiaz disebutkan. “Hah?”

“Pelan-pelan minumnya.” Freya bangkit, lalu mengambil sebuah surat kontrak. “Tapi sebelumnya, kamu harus baca surat kontrak ini.”

“Bagaimana jika aku melakukan kesalahan saat bertemu suamimu?” Alecta sedikit terkejut mendengarkan permintaan Freya.

Bukankah ini terlalu cepat?

Freya memberikan surat kontrak itu kepada Alecta. “Tenang saja, aku yang akan mempersiapkanmu agar pantas bertemu dengannya.”

Alecta merasa bangga dengan aktingnya. Sebentar lagi, aku akan merebut semuanya darimu, Freya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • (Not) A Queen   Catatan Penulis

    Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).

  • (Not) A Queen   Chapter 127 Finale

    Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d

  • (Not) A Queen   Chapter 126 Vengeful

    Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak

  • (Not) A Queen   Chapter 125 Vicious

    Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran

  • (Not) A Queen   Chapter 124 Tuan Muda

    Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip

  • (Not) A Queen   Chapter 123 Ego

    Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa

  • (Not) A Queen   Chapter 122 Nama Bayi

    Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat

  • (Not) A Queen   Chapter 121 Hari Bersejarah

    Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden

  • (Not) A Queen   Chapter 120 Fakta yang Tak Terbantahkan

    Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status