공유

Perjodohan

작가: shimizudani
last update 최신 업데이트: 2021-01-04 00:40:35

Desta sekali pun tak pernah menyetujui ide kakeknya mengenai perjodohan antara dirinya dengan cucu sahabatnya. Baginya, hidupnya seutuhnya adalah miliknya. Tak ada orang yang bisa mengaturnya, apalagi memaksanya melakukan sesuatu yang tidak dia sukai. 

Semuanya bermula saat dia kecil. Entah orang tua atau justru kakeknya sering mengatakan bahwa ada seorang gadis yang harus dia jaga kala dirinya besar nanti. Dalam otak kecilnya langsung terbayang wajah Lana dan segala kecengengannya. Lana merupakan sepupu yang tidak hanya merepotkannya, namun seluruh keluarga besarnya dengan tingkah gadis itu yang kelewat manja. Maka jelas, dia tak mau melakukannya. 

Seiring berjalannya waktu, dia menyadari jika sifat perempuan tidak semuanya seperti Lana. Dia bisa melihat tingkah laku teman-teman di sekolahnya yang jauh berbeda dari sepupunya itu. Dia pun perlahan mulai mengerti tentang perjodohan yang direncanakan kakeknya serta sahabatnya. Justru karena itulah, dirinya semakin keras menolak. Dia ingin menentukan sendiri masa depannya.

Dan kini, ketika dia telah menemukan tambatan hatinya, rencana perjodohan itu ternyata masih terus menghantuinya. Kali ini disertai ancaman yang tak main-main. Kakeknya tak akan mewariskan Aksa Grup padanya. 

Sebagai salah satu calon penerus perusahaan keluarga, sedari kecil Desta sudah dijanjikan untuk menduduki tahta tertinggi. Dia adalah kandidat utama yang kakeknya anggap paling layak memimpin perusahaan yang telah dirintisnya puluhan tahun lalu, meski tak menutup kemungkinan adanya persaingan dengan sepupunya yang lain. Dia seperti kehilangan pegangan saat sang kakek melontarkan ancamannya. Bukannya dia tak mampu mendirikan usaha sendiri. Hanya saja sudah ada banyak hal yang sudah dia rencanakan untuk memajukan Aksa Grup.

Sebuah helaan napas berat keluar dari bibirnya. Dia teringat pada wanitanya. Andin telah mewarnai hari-harinya beberapa tahun terakhir dengan sebuah kenyamanan yang sangat dia dambakan. Berada di dekatnya membuat tubuhnya rileks dan seketika mengalirkan ketenangan ke dalam saraf-saraf otaknya. Dia mencintai wanita itu dan sungguh tak pernah ingin kehilangannya. 

Tetapi, pertemuan terakhir mereka agaknya telah membuat hubungan keduanya merenggang. Dirinya memang bersalah. Dia sudah menyakiti wanitanya melalui kata-kata yang diucapkannya. Pernikahan dan perjodohan. Dia tahu Andin amat kecewa mendengarnya.

Seminggu telah berlalu sejak hari itu. Dan Desta tak pernah berhasil menghubungi Andin. Wanita itu menghindarinya. Andin tak pernah sekali pun membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, meski sudah ratusan kali dia coba. Andin tak pernah lagi mengunjungi kafenya, padahal hampir setiap hari mereka berdua bertemu di sana. Para pegawainya juga tak tahu keberadaan Andin di mana karena tiba-tiba saja wanita itu menghilang tanpa kabar. Usaha terakhirnya adalah mengunjungi apartemen Andin. Tapi, itu jelas sia-sia. Dia tak punya akses memasuki gedung itu. Keamanan di sana cukup ketat.

Karenanya, mood-nya memburuk sejalan dengan hari-harinya tanpa Andin di sisinya. Membayangkan wajahnya saja ternyata tak cukup menenangkan Desta. Justru rindu datang bersamaan dengan penyesalannya. Raut kecewa di wajah cantik Andin masih nyata dalam ingatannya. 

Lagi-lagi, hembusan napas dia keluarkan. Ditatapnya jalanan ibukota yang nyaris sama setiap harinya. Padat. Bahkan, kepadatan itu makin terasa di akhir pekan yang panas ini. 

"Sebentar lagi kita sampai, Pak," ujar Singgih, sopir kantornya. 

Desta sengaja memanggil lelaki muda itu di hari liburnya demi mengulur sedikit waktu pertemuannya dengan sang calon istri. Ya, ini merupakan pertama kalinya dia bertemu wanita yang sudah lama dijodohkan dengannya. Dan dia membutuhkan ketenangan agar emosinya tak mudah meledak nanti. Maka, dia menyuruh Singgih mencari jalan agak memutar supaya memberi tambahan waktu baginya menentramkan hatinya. 

Tak sampai lima menit, sedan hitam yang ditumpanginya tiba di tempat tujuan. Singgih segera keluar dari kursinya, lalu membukakan pintu mobil untuk atasannya itu. 

Kaki Desta menjejak keluar dari kenyamanan yang sesaat dinikmatinya selama perjalanannya. Sudah waktunya baginya menghadapi semuanya. Dia tidak bisa menghindar lagi. 

Seorang wanita muda berpakaian rapi mendekati Desta. Dia sedikit membungkukkan badan kala sampai di hadapan Desta, kemudian berkata, "Selamat siang, Pak Desta. Anda sudah ditunggu. Silakan ikuti saya." Pastilah dia bertugas untuk menyambut kedatangan Desta.

Tanpa memberi jawaban, Desta mengikuti langkah wanita itu masuk ke dalam bangunan hotel mewah di depannya. Srikandi Hotel. Tempat itu bukan miliknya ataupun bagian dari usaha keluarganya. Hotel bintang lima itu milik keluarga calon istrinya. 

Harus dia akui, hotel ini memang pantas mendapat predikat bintang lima. Kemegahan jelas terlihat di sana. Dan dia yakin layanan yang ditawarkan pun sebanding dengan kemewahan yang didapatkan, walaupun dia sendiri belum benar-benar pernah merasakannya. Sudah dia bilang, bukan, jika dirinya membenci perjodohan ini? Oleh sebab itu, dia sebisa mungkin menghindari interaksi langsung dengan apa pun yang berhubungan dengan wanita itu.

Sebuah pintu kayu besar terbuka di hadapan Desta, menampilkan seluruh orang dalam ruangan itu yang langsung menoleh begitu melihat kedatangan tamu baru di sana. Mereka tidak lain merupakan keluarganya dan keluarga calon istrinya. Tapi, tunggu. Kenapa ada Andin di sana?

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga," komentar kakek Desta usai melihat cucunya di ambang pintu terbuka itu. 

"Kami pikir harus menunda pertemuan ini karena cucu Anda yang sibuk," canda pria paruh baya yang duduk satu baris dengan Andin. 

Semua orang di sana tertawa, kecuali satu orang. Andin.

"Ayo, Nak. Duduk di sini." Ibu Desta berucap sembari menepuk pelan kursi kosong di sampingnya yang juga berada tepat di depan Andin.

Desta nyaris tak bergerak karena terlalu terkejut atas apa yang dilihatnya. Namun, suara ibunya berhasil menyadarkannya. Perlahan, kakinya melangkah memasuki ruangan itu. "Maaf, saya sedikit terlambat," katanya setelah mendudukkan diri di tempat kosong yang dimaksud ibunya. 

"Nggak apa-apa. Kami justru bisa mengobrol banyak," balas seorang wanita, Ibu Andin, yang masih terlihat mempesona di usianya yang tidak lagi muda.

Dan acara pertemuan antara dua keluarga berkepentingan itu pun dimulai. Obrolan ringan mengalir dari kedua belah pihak, terutama kakek Desta dan Andin yang memang menjadi kunci kedekatan dua keluarga ini. Tak jarang, terselip masalah bisnis dalam perbincangan santai mereka. Oh, dua kakak lelaki Andin turut hadir di sana membawa serta istrinya masing-masing.

Desta mencuri pandang pada Andin. Wanita dua puluh sembilan tahun itu rupanya pandai membawa diri. Dia menanggapi setiap ocehan yang ditujukan padanya. Terkadang, dia membalas perkataan mereka dengan humor ringan yang kemudian disertai tawa ringan di wajahnya. Tak segan, dia cemberut saat kakek atau ayahnya menceritakan masa kecilnya yang memalukan di depan keluarga Desta. Yang jelas, suasana dalam pertemuan ini begitu cair. Mungkin, kedekatan antara dua keluarga yang sudah lumayan lama terjalin membuat kecanggungan tak lagi terasa.

Tetapi selama pertemuan yang memakan waktu lebih dari satu jam itu, Andin sama sekali tak melihat Desta. Matanya tak pernah mau bersitatap dengan milik Desta, meski hanya sebentar. Sepertinya, Andin masih marah atas tindakan Desta di pertemuan terakhir mereka. Namun, bukankah harusnya Desta yang merasakan kemarahan itu? Dia benar-benar merasa ditipu oleh Andin. Dan bagaimana mungkin wanita itu tak memberi penjelasan apa pun dan justru menghilang darinya? 

Desta membatin miris akan keadaan dirinya sendiri. Kekasih yang sangat dicintainya, ternyata adalah calon istri yang dibencinya. Bagaimana dia harus menjelaskan perasaannya sekarang? Benci? Cinta? Atau malah keduanya?

Andin tetap menunjukkan sikap dinginnya pada Desta hingga pertemuan keluarga mereka berakhir. Sebelum berpisah, dia sengaja memperlambat langkahnya agar bisa dekat dengan Desta. "Harusnya kamu mencari tahu siapa calon istrimu sebelum berencana menduakannya," bisiknya yang masih terdengar jelas di telinga lelaki itu. 

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • (Not) A Wedding Agreement    Selalu Mengganggu

    "Senang akhirnya bisa bertemu dengan nyonya baru Adiyaksa," komentar seorang lelaki muda saat melihat kehadiran Andin di sisi Desta.Ya, ini merupakan acara makan malam yang Andin setujui siang tadi. Karena itulah, dia langsung mengenali sepasang pria dan wanita yang dihampirinya. Rizky dan Ulya. Mereka berdua masih tampak muda. Dia perkirakan, usianya tak terpaut sangat jauh darinya. Mungkin, sekitar lima sampai tujuh tahun.Itu artinya, mereka berusia di sekitar pertengahan tiga puluh."Makasih, Pak Rizky." Andin mengulas senyum lebarnya kepada lawan bicaranya. "Saya juga senang bisa bertemu Bapak dan istri Bapak. Makasih atas undangan makan malamnya," lanjutnya. Sopan santun dan basa-basi agak berlebihan, sepertinya, dibutuhkan dalam situasi ini. Semua itu demi menjaga keharmonisan relasi di antara mereka. Bukan hanya urusan pekerjaan, melainkan hubungan mereka selayaknya manusia biasa.Ah, terlalu bijaksana sekali kalimatnya. Intinya,

  • (Not) A Wedding Agreement    Kejutan Menyebalkan

    Apa yang kamu lakukan di sini?Rasa-rasanya, Andin ingin meneriakkan pertanyaan tersebut sekeras mungkin. Hal itu selaras dengan keterkejutan yang menderanya. Bagaimana tidak? Dia melihat wanita itu di sini, di hadapannya dengan koper berukuran sedang berada di sampingnya."Kenapa kamu di sini?"Untungnya, Desta telah menggantikannya mengujarkan kebingungannya. Oh, Andin yakin suaminya pun dilanda rasa yang sama. Apa yang dilakukan Raya di sini?"Saya menggantikan Pak Lukman untuk ikut Bapak ke Bali." Jawaban itu mengalun lancar dari bibir Raya seolah-olah memang seharusnya dirinya berada di sini, di terminal keberangkatan bandara Soekarno-Hatta di Kamis pagi yang cerah.Andin tak mampu berkata-kata. Raya benar-benar wanita yang tangguh. Kehadirannya mau tak mau telah mengusik rencana indah bulan madunya dengan Desta.Dia kini tak yakin apakah perjalanannya masih bisa disebut bulan madu dengan kemunculan Raya di antar

  • (Not) A Wedding Agreement    Memiliki Anak?

    "Wow.""Apa yang wow?" Andin merespons cepat dengan bibir agak mengerucut. Dia sangat tahu kenapa reaksi itu muncul di layar laptopnya yang menampilkan wajah Dewi. Hanya saja, dia ingin berpura-pura tidak tahu demi menyelamatkan rasa malunya."Kamu." Singkat dan tegas Dewi menjawab. "Aku nggak menyangka kamu seberani itu," komentarnya di akhir kalimat. Semua perkataannya itu merujuk ke satu hal. Adegan di dalam kantor Desta. Itu setelah Andin dengan malu-malu menceritakannya. Sahabatnya benar-benar tak tertebak."Aku nggak melakukan kesalahan." Andin membalas masih dengan cara yang sama."Memang nggak. Nggak ada yang salah dengan bermesraan dengan suami sendiri." Dewi mempertegas pembahasan mereka. Dia tahu Andin sengaja untuk tak lagi menyebutkan kejadian tersebut. Namun, dia tidak akan membiarkannya karena yah, ini merupakan sesuatu yang langka terjadi. "Tapi, kamu tahu sendiri bagaimana di Indonesia. Raya pasti syok melihatnya."

  • (Not) A Wedding Agreement    Merah Padam

    "Oh, maaf, Raya, kamu harus melihat kami begini."Anding sungguh-sungguh ingin menyembunyikan wajahnya saat ini juga. Dia jelas tertangkap basah dalam posisi yang memalukan!Meskipun semua adegan ini ada dalam rencana yang tersusun sesaat setelah Raya membalas sapaannya tadi, tetapi itu sama sekali tak menghilangkan rasa malunya. Walaupun orang yang melihatnya tak lain adalah musuh besarnya, tetap saja dia... malu."Kamu letakkan saja minumannya di meja," ujarnya lagi dengan usaha maksimal mempertahankan keyakinan dalam suaranya. Dia tidak boleh gentar maupun gugup. Dia harus bisa menegakkan egonya di puncak tertinggi. Sekali ini saja.Dari sudut matanya, dilihatnya sang sekretaris berjalan memasuki ruangan Desta. Langkahnya terkesan ragu, terkejut, dan diburu-buru. Sedangkan wajahnya memperlihatkan ekspresi serupa ditambah gurat ketidaksukaan di kerutan yang muncul di keningnya. Tentu saja. Wanita itu tak mampu berkutik di hadapan pemanda

  • (Not) A Wedding Agreement    Pembalasan Pertama

    Sesuai janji yang telah diucapkannya, siang ini Andin mengunjungi kantor Desta dengan menenteng satu tas cukup besar berisi makan siang mereka. Andin yang membuatnya, tentu saja. Masih dengan percobaan masakan Meksiko yang dia harap sesuai dengan selera lidah suaminya.Andin melangkahkan kakinya dengan bersemangat. Entah kenapa hatinya terasa begitu gembira. Otaknya tak berhenti memutar irama menyenangkan yang tak jarang berubah menjadi senandung kecil di bibirnya. Bahkan sampai sekarang pun, nada itu masih menari-nari di sana dan membuat kedua pipinya serasa naik menahan senyum."Selamat siang, Bu Andin," sapa salah satu petugas keamanan yang berjaga dekat dengan eskalator."Selamat siang," balas Andin dengan senyum ramah di wajahnya."Mau bertemu Pak Desta, ya, Bu?"Andin mengangguk. Pertanyaan tersebut mengingatkannya pada kunjungan pertamanya ke tempat ini. Mereka saja tahu dan bisa menebak tujuan kedatangannya, bagaimana mu

  • (Not) A Wedding Agreement    Pagi yang Berbeda

    Pagi ini, Desta terbangun dalam keadaan yang tak biasa.Jangan senang dulu. Semua tidak terjadi seperti apa yang kalian harapkan. Tapi, kalian bolehlah sedikit bersukacita karena progres hubungan mereka semakin meningkat.Mata Desta terpuaskan oleh pemandangan yang tersaji indah di dalam kamarnya. Sebuah visi langka yang sebelumnya hanya menjadi keinginannya semata. Andin. Tentu saja. Wanita itulah yang membuat paginya terasa menyenangkan hingga satu senyum lebar tercetak di wajah sumringahnya.Oh, percintaan mereka tidak terjadi--jika itu yang kalian harapkan. Andin dan Desta hanya tidur bersama dan dalam satu ranjang yang sama. Hanya itu. Namun rupanya, kenyataan itu telah sanggup menghadirkan desiran hangat di dada Desta. Melihat wanitanya tertidur lelap di sampingnya sungguh membuat hatinya lega.Dia melirik sejenak jam dinding di kamarnya sebelum mulai merapatkan tubuhnya ke arah sang istri. Masih ada cukup waktu baginya untuk menikmati situasi ini.

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status