Share

3 || Perkara kapten basket

Hari ini, Laura mempunyai jadwal latihan basket. Ya, karena ia adalah kapten basket putri. Namun, ada sedikit masalah. Kapten basket putra mengundurkan diri karena masalah pribadi. Saat ini, anggota club basket putri dan putra sedang berunding, mencari siapa yang pantas mendapatkan posisi kapten. 

"Bagaimana ini? Kita kehilangan kapten putra, kita nggak bisa latihan kalau kayak gini." Kata Laura pada anggota tim mereka. Saat ini ia benar-benar bingung harus bagaimana, pertandingan tinggal menghitung minggu.

"Dari kalian ada gak yang mau ambil posisi kapten?" Laura kembali bertanya, namun tidak ada respon dari tim nya. "Bagaimana? Kalau tidak ada yang mau jadi kapten, kita nggak bisa ikut pertandingan."

"Ra, gimana dengan Rafael. Gue denger dia jago main basket," usul salah satu tim basket putra, dan ternyata di setujui oleh seluruh tim.

"Apa?! Rafael si anak baru itu?" Rafael yang tiba-tiba lewat di tempat itu mendengar namanya di sebut-sebut.

"Apaan? Kok nama gue di sebut-sebut?"

"Ah ini dia bro. Jadi gini, kami kepengen lo jadi kapten basket putra. Bentar lagi ada pertandingan persahabatan soalnya."

"Nggak semudah itu, dia harus bisa ngalahin gue one by one usai pelajaran," kata Laura seakan menantang.

"Bro, masa lo kalah sama cewek sih. Ayolah bro," karena sering di desak-desak oleh tim basket putra, akhirnya Rafael pun setuju dengan tantangan dari Laura.

"Baik, setelah selesai pelajaran kita akan berkumpul di aula," mereka semua mengangguk dan segera keluar dari tempat itu. Laura dan Kinan berniat kembali ke kelas karena pelajaran selanjutnya akan segera di mulai. Entah karena hal apa, Laura risih dengan kehadiran Rafael. Mungkin karena cowok itu selalu menatapnya, tatapan yang membuat canggung.

"Ngapain lo ngikutin gue sama Kinan?" Laura akhirnya bertanya saking risih nya.

"Udahlah Ra, lagian dia kan temen kita juga. Santuy," sahut Kinan yang malah membuat Laura makin kesal.

"Siapa yang ngikutin lo? Emang lo lupa, kita sekelas. Jadi wajar-wajar aja. Tujuannya kan sama."

"Tapi kan ...."

"Udahlah Ra. Kalian kenapa sih? Berantem mulu, entar jadi jodoh lho," ejek Kinan sambil tertawa puas melihat ekspresi keduanya. Laura menghela nafas panjang, entah sejak kapan Kinan mulai mengejeknya seperti ini. Mereka mempercepat langkah kaki setelah mendengar bel berbunyi. Untung Laura, Kinan, dan Rafael sampai tepat waktu sebelum guru killer masuk ke kelas.

Pelajaran berlangsung seperti biasanya, tak ada yang istimewa. Sejenak, Laura melupakan tentang pertandingan yang tak lama lagi bakalan di adakan.

Hari ini benar-benar berat untuknya, menjadi kapten basket putri tidak semudah yang di bayangkan. Tapi sejauh ini, tim sekolah mereka tidak pernah kalah dalam pertandingan, ia itu akan terulang kembali. Laura mengalami sedikit kesulitan lagi, ia merasa pusing saat ini. Padahal setelah pelajaran berakhir, Laura harus bertanding basket dengan Rafael.

"Ra? Lo baik-baik aja kan?" Tanya Kinan memastikan.

"Hum, iya. Nggak apa-apa."

"Tapi, wajah lo pucat Ra. Gue antar ke UKS ya," Kinan berniat untuk mengantar sahabatnya ke UKS, tapi di tahan oleh Laura. "Nggak, gue baik-baik aja."

Kinan hanya menghela nafas berat, Laura tetap menolak di ajak ke UKS. "Tapi kalau ada apa-apa, bilang ke gue."

Laura mengangguk dan kembali memperhatikan papan tulis. Dan seperti biasa, tiga jam pelajaran di habiskan dengan mendengarkan guru menjelaskan. Benar-benar membosankan, siang bolong malah belajar matematika.

Tapi tidak dengan Laura, walaupun ia merasa pusing, Laura tetap memperhatikan yang di jelaskan gurunya. Karena ia sangat menyukai meta pelajaran tersebut, berkutat dengan rumus tidak membuatnya bosan.

•••

Setelah jam pelajaran usai, Laura memutuskan untuk menghubungi kakaknya. Ada hal yang harus ia sampaikan.

"Halo kak,"

"Iya, dek. Ada apa?" Suara dari seberang sana menyambut pendengaran Laura. Itu adalah suara Laurel tentunya, kakaknya.

"Lo nggak perlu jemput gue siang ini, gue ada latihan basket soalnya."

"Jam berapa selesai?"

"Nggak bisa di pastiin kak, entar gue naik taksi aja kalau udah pulang."

"Nggak, lo nggak boleh naik taksi. Entar kenapa-napa gimana?" Suara Laurel terdengar khawatir, ia menolak pernyataan Laura.

"Gue bisa jaga diri kak, tenang aja. Disini juga sama Kinan kok. Udah ya, mau latihan dulu," telepon di putuskan sebelah pihak membuat Laurel menghela nafas panjang. Ia selalu khawatir dengan adiknya, Laurel jelas tidak ingin terjadi apa-apa kepadanya, ia benar-benar menyayangi Laura.

Laura segera menyusul Kinan ke ruang ganti, berganti pakaian dan bersiap untuk tanding basket melawan Rafael. Sebelumnya, mereka melakukan sedikit pemanasan. Aturannya kali ini, siapapun yang berhasil memasukkan bola tiga kali ke dalam ring, dia yang akan memenangkan pertandingan kali ini. Dan pertandingan ini, Rafael harus bisa menjadi pemenang jika ingin menjadi kapten dalam tim basket putra.

Pertandingan segera di mulai, banyak sorakan-sorakan yang menyemangati keduanya. Bola jatuh di tangan Rafael, dan dengan cepat ia bisa mengendalikan bolanya. Laura tampak sulit untuk merebut bola dari tangan Rafael, tapi tetap ia lakukan. Rafael melakukan tembakan ke dalam ring, dan berhasil masuk. Sekarang poin satu untuk Rafael.

"Lihat? Gue pasti bisa mencapai tiga poin dalam waktu dekat," kata Rafael seakan mengejek Laura. Rafael yang lebih tinggi dari Laura dengan mudah mengacak puncuk rambut gadis itu.

"Songong lo," Laura menyingkirkan tangan Rafael dari kepalanya dan mengatur kembali rambutnya, ia mendekat pada Rafael dan menginjak kakinya sekuat mungkin.

"Aduhh, awas ya lo." Kata Rafael, sementara Laura dengan santainya kembali ke posisinya sambil tertawa dan menjulurkan lidahnya, bermaksud mengejek.

✿✿✿

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status