Share

Bab 2

Author: Scarlett Flame
Padahal Yvette sebenarnya masih bisa berdiri dengan seimbang, tapi tubuhnya tiba-tiba melemas dan dia sengaja menjatuhkan diri ke belakang. Tubuhnya terhempas keras ke lantai dan sudut meja yang tajam menggores lengannya, hingga meninggalkan luka berdarah yang panjang.

Begitu mendengar Yvette terluka, Elton langsung menghentikan rapat penting di depan semua orang. Dia berjalan cepat menghampiri, lalu meraih tangan Yvette dan memeriksanya dengan saksama. Suara Elton yang dingin bertanya, "Siapa yang melukainya?"

Asisten di samping langsung pucat pasi karena ketakutan. Aku tahu betul bagaimana Elton menghukum orang. Dia sangat kejam dan tanpa ampun. Namun aku juga tahu, dia tidak akan menyakitiku. Jadi, aku berdiri dan menanggung kesalahan itu dengan tenang.

"Aku yang melakukannya. Kenapa? Memangnya kenapa kalau itu aku? Dia pantas mendapatkannya."

Yvette menatapku dengan mata berkaca-kaca, lalu berpura-pura sedih sambil bersandar di dada Elton.

"Benar, aku pantas mendapatkannya. Karena aku jatuh cinta pada orang yang seharusnya tidak kucintai ... maka aku harus menerima hinaan sebagai orang ketiga di depan semua orang."

Elton mengangkat tangannya dan membelai lembut rambut Yvette, suaranya berubah lembut penuh rasa sayang. "Jangan sedih lagi. Aku nggak suka melihatmu menangis."

Ya, Elton memperlakukannya dengan cara yang berbeda. Aku menundukkan kepala, tak ingin lagi melihat pemandangan itu, lalu aku menyampaikan maksudku dengan suara datar. "Hari ini ulang tahunku. Aku ingin hadiah ... 800 ribu dolar."

Ironis, bukan? Aku adalah istrinya, tapi setiap kali butuh uang, aku harus menghubungi asistennya terlebih dulu. Kali ini aku datang langsung karena uang yang kuminta tidak pernah masuk ke rekeningku. Baru aku tahu, ternyata asistennya sudah diganti menjadi Yvette.

Sebelum kami menikah, kami sudah membuat perjanjian. Dia mendapatkan tubuhku dan aku mendapatkan uangnya. Elton selalu membenciku karena menganggap aku wanita mata duitan yang tidak mencintainya. Namun dulu, tidak peduli berapa pun jumlahnya, selama aku meminta, dia akan selalu memberikannya.

Hanya saja kali ini ... dia menatapku dengan senyum dingin di bibirnya. "Uangnya bisa kamu dapatkan, asalkan kamu minta maaf secara resmi pada Yvette."

Itulah pertama kalinya dia menggunakan uang untuk menundukkanku demi wanita lain. Dia ingin membeli harga diriku dengan 800 ribu dolar, hanya untuk membuat Yvette tersenyum.

Aku mengepalkan tangan kuat-kuat, lalu tiba-tiba tertawa pelan. Sambil menahan rasa sakit yang berdenyut di seluruh tubuhku, aku berbalik dan melangkah pergi tanpa menoleh lagi.

Uang itu ... aku tidak akan memintanya lagi. Aku menahan sakit yang terasa seperti membakar di dalam tubuhku dan tetap melangkah keluar tanpa menoleh ke belakang sekali pun. Aku tidak membutuhkan uang itu lagi.

Aku sering berpikir, kalau suatu hari nanti dia tahu uang itu seharusnya bisa membuatku hidup sedikit lebih lama, bisa membuatku terhindar dari rasa sakit yang seperti siksaan neraka ... apakah dia akan sedikit menyesal?

Aku pulang sendirian ke rumah yang kini terasa kosong dan dingin. Rasa sakit akibat kanker membuatku hampir tak bisa bernapas. Aku hanya bisa meringkuk di atas ranjang yang dingin seperti es.

Karena gagal mendapatkan uang untuk membeli obat pereda nyeri, aku hanya menelan beberapa butir obat tidur. Aku meyakinkan diri sendiri bahwa selama aku bisa tertidur, maka aku tidak akan merasakan sakit lagi.

Dalam tidurku, aku bermimpi. Di ambang kesadaranku, aku melihat Elton yang berusia 18 tahun. Saat itu dia belum memiliki apa pun, tapi seluruh hatinya hanya milikku.

Kami dulu miskin sekali, bahkan tidak mampu membeli kue ulang tahun sungguhan. Kami hanya bisa membeli sebuah cupcake cokelat mungil dari toko roti pinggir jalan.

Namun, Elton menggandeng tanganku ke depan etalase butik hadiah paling mewah, lalu menunjuk ke sebuah paket hadiah ulang tahun edisi khusus. Paket itu adalah sebuah gaun putri berhiaskan kristal dan renda rancangan desainer ternama dan kue ulang tahun buatan koki terkenal yang dihiasi emas tipis dan ukiran cokelat yang indah.

Dia berkata dengan penuh keyakinan, "Nanti kalau aku sudah punya seluruh dunia, aku akan mempersembahkan semuanya untukmu, supaya kamu jadi putri paling bahagia dan paling cantik di dunia."

Kemudian, Elton menggertakkan giginya dan memelukku erat, menyembunyikan matanya yang memerah agar aku tidak melihat. Lalu dengan suara lembut, dia berjanji, "Sayang, nanti kalau aku sudah kaya, aku akan memberikan semua hal terbaik di dunia ini untukmu."

Saat itu, aku merasa aku adalah orang paling beruntung dan paling bahagia di dunia. Saat itu, aku benar-benar percaya padanya. Aku percaya bahwa dia akan mencintaiku selamanya.

Dalam kabut mimpi itu, samar-samar aku mendengar suara ponsel berdering. Ketika kuangkat, terdengar suara berat yang sangat kukenal memanggil namaku, "Hedy."

Aku tersenyum lembut dan memanggil namanya dengan nada manja, "Elton, aku mau makan cupcake."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 10

    Elton tidak menyangka bahwa hari ketika dia membawa Yvette pergi akan menjadi kali terakhir dia melihat Hedy.Hedy tidak bertanya mengapa Yvette bisa hamil. Seperti biasa, wanita itu tetap tenang, seolah-olah sama sekali tidak peduli apakah Elton sudah jatuh cinta pada wanita lain atau tidak. Jadi, Hedy tidak menunggunya pulang, tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan.Daisy tidak mengizinkan Elton melihat jasad Hedy. Bahkan segenggam abu Hedy pun tidak bisa dia dapatkan. Hedy benar-benar tega.Barulah Elton mulai menyesal, menyesal karena tidak langsung mengatakan pada Hedy bahwa anak itu sama sekali bukan miliknya.Hari ketika dia meninggalkan Hedy untuk menemui Yvette di bar, Yvette sudah mabuk dan dinodai oleh orang lain. Saat Elton tiba, semuanya sudah terlambat.Namun, Yvette berkata kalau saja bukan karena Elton membuatnya sedih, dia tidak akan minum sampai mabuk dan mengalami hal itu.Elton tahu semua itu tidak ada hubungannya dengan dirinya. Namun, saat melihat Yvette me

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 9

    Luka yang kudapat karena jatuh itu tentu tidak bisa kusembunyikan dari Daisy. Dia sangat marah padaku, marah karena aku tidak menjaga tubuhku sendiri.Aku hanya bisa berjanji padanya bahwa aku tidak akan lagi memaksakan diri. Daisy menghela napas panjang, lalu membujukku dengan lembut, "Nanti kalau kamu sudah sembuh, aku ajak kamu pergi menjenguk Tante ya?"Aku tahu Daisy sedang berbohong karena aku tidak akan pernah sembuh. Namun, aku tidak ingin membuatnya khawatir, jadi aku tersenyum dan mengangguk.Aku mulai menurut, minum obat dengan teratur, dan bekerja sama dengan dokter dalam pengobatan.Uang mengalir seperti air, setiap hari jumlahnya begitu besar. Namun, karena itu uang Elton, aku tidak merasa bersalah menghabiskannya. Lagi pula, itu semua utangnya padaku.Mungkin ini yang orang sebut cahaya sebelum padam. Beberapa hari berikutnya, tubuhku terasa semakin sakit, tetapi pikiranku justru terasa lebih jernih dan tenang.Mungkin karena mendengar kabar bahwa aku mulai membaik, Yvet

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 8

    Saat itu, aku menatapnya dan bertanya, "Elton, kamu cuma mempermainkanku ya?"Elton mendorong wanita di pelukannya menjauh. Dengan tubuh berbau alkohol, dia mendekat dan menyahut, "Ya. Aku memang mempermainkanmu, kenapa?""Tapi melihatmu hidup sengsara setelah meninggalkanku, tiba-tiba aku merasa agak kasihan sama kamu. Gimana kalau kamu nikah sama aku saja?""Tapi aku sudah nggak cinta sama kamu lagi. Jadi kamu harus nurut, jangan macam-macam. Aku punya banyak perempuan. Kalau kamu terus cemburu, nangis, dan bikin ribut, aku bakal muak banget."Mendengar Elton sendiri berkata kalau dia sudah tidak mencintaiku, air mataku langsung jatuh tanpa bisa kutahan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur suasana hatiku, dan berniat mengatakan yang sebenarnya kepadanya."Aku datang hari ini cuma mau bilang aku nggak mau nikah denganmu. Dulu aku memutuskan hubungan kita karena ibuku ...."Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Elton tiba-tiba membentakku dengan marah, "Jangan berani-be

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 7

    Dua hari setelah aku sadar, Daisy terus menemaniku tanpa pernah beranjak sedikit pun. Dia bahkan lebih telaten daripada perawat profesional.Aku merasa sangat tidak nyaman terus berbaring di tempat tidur. Saat Daisy tidak ada di kamar, aku mencoba bangun sendiri untuk ke toilet. Tak disangka, kakiku tiba-tiba lemas dan aku terjatuh ke lantai.Aku berusaha merangkak bangun. Aku panik dan ingin cepat kembali ke tempat tidur sebelum Daisy kembali dan khawatir melihat kondisiku.Tiba-tiba, Elton masuk ke kamar dengan wajah cemas, langsung memelukku erat sambil memarahi, "Daisy ke mana? Aku cuma keluar sebentar buat bayar obat, kok kamu bisa sampai jatuh begini?"Aku sudah tidak punya tenaga untuk menolaknya, hanya bisa mengernyit dan berkata, "Tutup mulutmu. Jangan bicara buruk tentang Daisy di depanku, aku nggak suka dengarnya.""Dia juga punya kehidupan sendiri. Dia nggak bisa terus-terusan mengurusku setiap hari. Aku sudah cukup merepotkannya."Elton terdiam, tidak berani membantahku. D

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 6

    Aku mendengar suara tangisan Elton di sela-sela kesadaranku yang setengah kabur. Dia terus bertanya kepada dokter, berulang kali, dengan suara gemetar, "Kenapa darahnya masih belum berhenti? Sebenarnya dia kenapa? Kalian harus selamatkan dia!"Aku mendengar dokter menjawab Elton. "Keadaan pasien sekarang sangat buruk. Dua hari lalu aku sudah memberitahunya ada obat khusus yang bisa memperpanjang hidupnya dua bulan atau lebih, asal dia mau menjalani pengobatan dengan aktif. Tapi dia bilang sudah nggak punya uang lagi, jadi dia memutuskan berhenti berobat.""Hari ini emosi pasien terlalu terpicu, jadi kondisi semakin memburuk. Sekarang sudah nggak ada gunanya diterapi lagi, penyakitnya sudah sulit dikendalikan. Pasien mungkin akan pergi kapan saja ...."Elton berusaha keras menahan suaranya agar tidak bergetar. "Maksudmu, istriku benar-benar akan meninggal?"Belum sempat dokter menenangkannya, Elton tiba-tiba menaikkan suaranya dan berteriak dengan marah, "Nggak mungkin! Cepat obati dia!

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 5

    Sudah sepuluh tahun berlalu, tapi setiap kali aku mengingat semuanya, rasanya masih sangat menyakitkan.Aku bersiap untuk pergi ke makam Ibu, menemuinya untuk terakhir kalinya. Umurku hanya tersisa lima hari lagi dan aku ingin memberitahunya bahwa setelah ini, aku tidak akan bisa datang menemuinya lagi.Sebelum ke makam, aku harus pergi dulu ke kantor Elton. Ibu dulu sangat menyukai Elton. Saat dia masih sehat, ketika aku dan Elton masih saling mencintai, Ibu pernah membuatkan karya tembikar untuk kami berdua dengan tangannya sendiri. Seekor anjing kecil untuk Elton dan seekor kucing kecil untukku.Kedua tembikar itu bisa disatukan dengan pas, seperti sedang berpelukan. Maknanya, aku dan Elton tidak akan pernah terpisahkan.Aku memberikan anjing kecil itu kepada Elton, tapi dia malah hanya ingin kucing kecil milikku. Katanya, kucing itu mirip denganku, manja dan sombong. Setiap kali dia melihat kucing itu, dia akan mengingatku, jadi dia ingin menyimpannya selamanya.Elton menepati ucap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status