Share

Bab 4

Author: Scarlett Flame
Keesokan harinya, berita tentang Elton yang melukai seseorang demi Yvette tersebar di seluruh media.

Untuk pertama kalinya, sosok bos mafia yang selama ini merahasiakan kehidupan pribadinya sampai setertutup itu, jadi bahan perbincangan publik hanya karena seorang wanita.

Di depan rumah, beberapa paparazi sudah menunggu. Begitu aku keluar, mereka langsung mengerumuniku tanpa henti.

"Hedy, sebagai istri resmi sang Bos, apa tanggapanmu soal kejadian tadi malam?"

"Kamu tahu tentang keberadaan wanita itu?"

"Hedy, melihat Elton memanjakan wanita lain, apa kamu merasa itu karena ada yang salah dari dirimu sendiri?"

Awalnya aku tidak ingin menjawab. Namun ketika mendengar pertanyaan terakhir, aku berhenti melangkah. "Yang bermasalah itu justru pria yang berselingkuh dan wanita yang merusak rumah tangga orang lain."

Salah satu paparazi wanita tidak berhenti menekannya, "Tapi aku dengar, dulu waktu Elton masih miskin, kamu meninggalkannya karena matre. Kemudian setelah dia jadi bos yang kaya dan berkuasa, kamu pakai segala cara supaya dia menikahimu."

"Kamu terus mempertahankan status sebagai istri sah, padahal sekarang Bos sudah menemukan cinta sejatinya. Tapi kamu malah menyebutnya sebagai orang ketiga. Kamu nggak merasa masalahnya ada pada dirimu sendiri? Kamu cuma mau memanfaatkan label 'istri yang kehilangan kasih sayang' supaya dikasihani publik, 'kan?"

Aku menatapnya dingin, lalu dengan cepat meraih dan mencopot ID miliknya. "Jadi kamu ini paparazi yang dibayar Yvette, ya? Disuruh untuk memutarbalikkan fakta, menjelek-jelekkan aku, dan mencemarkanku!"

"Dulu Elton yang memaksaku menikah dengannya. Kamu pikir aku benar-benar mau menikahinya?"

Ekspresi paparazi itu berubah seketika mendengar ketegasanku, tapi dia buru-buru menenangkan diri. "Kalau kamu benar-benar nggak mau menikah dengan Bos, kenapa setelah dia punya cinta sejati, kamu nggak segera menceraikannya?"

Aku sebenarnya berniat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengumumkan di depan semua orang bahwa aku dan Elton memang akan bercerai, agar dia benar-benar melepaskanku. Namun sebelum sempat mengucapkan satu kata pun, tiba-tiba kepalaku berputar dan pandanganku menjadi buram.

"Masih bilang nggak mau bercerai? Lihat tuh, sampai gemetaran, berdiri aja udah nggak kuat!"

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menstabilkan tubuhku, lalu menjawab datar, "Aku bukan panik. Aku cuma sakit parah dan sebentar lagi akan meninggal. Kadang tubuhku tiba-tiba terasa lemah dan pusing."

Semua orang langsung terdiam. Tak ada lagi yang berani bertanya. Hanya gadis paparazi itu yang masih bersikap galak, "Masih aja pura-pura? Mau berlagak supaya dikasihani?"

Gadis itu berbicara dengan penuh keyakinan. Nada bicaranya benar-benar menyebalkan, persis seperti Yvette.

Keesokan harinya, video saat aku dikepung paparazi tersebar luas di internet. Tak lama kemudian, Elton memberi tanggapan lewat jalur pribadi, "Nggak akan bercerai. Jangan ganggu istriku lagi."

Beberapa jam setelah pernyataan itu muncul, video tersebut tiba-tiba lenyap. Seluruh platform serentak menghapusnya tanpa penjelasan apa pun.

Sementara itu, si paparazi yang dulu dibayar Yvette kehilangan pekerjaannya dan menerima surat ancaman anonim. Kata-katanya jelas menegaskan, kalau dia berani mengusikku lagi, akibatnya akan sangat fatal.

Dengan adanya "kesetiaan" Elton yang dipertontonkan seperti itu, justru aku yang tampak seperti istri yang suka mencari gara-gara. Banyak warganet mulai mencaci maki diriku.

[ Hedy menjijikkan banget. Kalau nggak mau menikah ya bilang aja dari dulu. Ngaku dipaksa, padahal jelas-jelas dia sendiri yang nggak mau lepas. ]

[ Ngaku-ngaku cinta pertama, padahal jelas cewek manipulatif! Elton masih mau bela dia, benar-benar nggak layak banget. ]

Di tengah serangan komentar itu, ada satu akun yang berdiri membelaku.

[ Kalian nggak tahu apa-apa tentang kebenaran waktu itu! Kalian nggak tahu seberapa banyak penderitaan yang dia alami! ]

Dari foto profilnya, aku langsung tahu itu adalah Daisy, sahabat baikku. Komentar itu membuat semua orang penasaran dan mulai menuntut kebenaran masa lalu.

Padahal kenyataannya, kebenaran itu sangat klise.

Tahun itu, ibuku divonis mengidap penyakit mematikan. Dokter bilang pengobatannya butuh biaya yang sangat besar dan penyakit itu bersifat turunan.

Waktu itu aku masih muda, belum menunjukkan gejala apa pun. Namun seiring bertambahnya usia, kemungkinan besar aku juga akan menderita penyakit yang sama, bahkan anakku kelak pun bisa tertular.

Ketika penyakit Ibu kambuh, dia jatuh pingsan. Saat sadar di rumah sakit, hal pertama yang dia lakukan adalah menyuruhku putus dengan Elton.

Aku tertegun, lalu menggeleng dengan kuat. "Ibu, Elton nggak akan menolakku karena ini. Kami bahkan bisa hidup tanpa anak."

Kalimat itu bukan hanya untuk menenangkan Ibu, lebih seperti aku sedang menipu diriku sendiri.

Ibu menggenggam tanganku erat. "Aku tahu Elton anak baik, dia nggak akan meninggalkanmu. Tapi kamu pernah berpikir untuk Elton?"

"Kalau dia tahu kamu dan aku sama-sama sakit, dia pasti akan bekerja mati-matian demi biaya pengobatanmu."

Ibu memintaku segera berpisah dengan Elton, jangan menunda sampai semuanya terlambat.

Hari itu, aku terdiam sangat lama. Akhirnya dengan suara bergetar, aku hanya bisa berkata pelan, "Ibu, aku nggak tega meninggalkannya."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 10

    Elton tidak menyangka bahwa hari ketika dia membawa Yvette pergi akan menjadi kali terakhir dia melihat Hedy.Hedy tidak bertanya mengapa Yvette bisa hamil. Seperti biasa, wanita itu tetap tenang, seolah-olah sama sekali tidak peduli apakah Elton sudah jatuh cinta pada wanita lain atau tidak. Jadi, Hedy tidak menunggunya pulang, tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan.Daisy tidak mengizinkan Elton melihat jasad Hedy. Bahkan segenggam abu Hedy pun tidak bisa dia dapatkan. Hedy benar-benar tega.Barulah Elton mulai menyesal, menyesal karena tidak langsung mengatakan pada Hedy bahwa anak itu sama sekali bukan miliknya.Hari ketika dia meninggalkan Hedy untuk menemui Yvette di bar, Yvette sudah mabuk dan dinodai oleh orang lain. Saat Elton tiba, semuanya sudah terlambat.Namun, Yvette berkata kalau saja bukan karena Elton membuatnya sedih, dia tidak akan minum sampai mabuk dan mengalami hal itu.Elton tahu semua itu tidak ada hubungannya dengan dirinya. Namun, saat melihat Yvette me

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 9

    Luka yang kudapat karena jatuh itu tentu tidak bisa kusembunyikan dari Daisy. Dia sangat marah padaku, marah karena aku tidak menjaga tubuhku sendiri.Aku hanya bisa berjanji padanya bahwa aku tidak akan lagi memaksakan diri. Daisy menghela napas panjang, lalu membujukku dengan lembut, "Nanti kalau kamu sudah sembuh, aku ajak kamu pergi menjenguk Tante ya?"Aku tahu Daisy sedang berbohong karena aku tidak akan pernah sembuh. Namun, aku tidak ingin membuatnya khawatir, jadi aku tersenyum dan mengangguk.Aku mulai menurut, minum obat dengan teratur, dan bekerja sama dengan dokter dalam pengobatan.Uang mengalir seperti air, setiap hari jumlahnya begitu besar. Namun, karena itu uang Elton, aku tidak merasa bersalah menghabiskannya. Lagi pula, itu semua utangnya padaku.Mungkin ini yang orang sebut cahaya sebelum padam. Beberapa hari berikutnya, tubuhku terasa semakin sakit, tetapi pikiranku justru terasa lebih jernih dan tenang.Mungkin karena mendengar kabar bahwa aku mulai membaik, Yvet

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 8

    Saat itu, aku menatapnya dan bertanya, "Elton, kamu cuma mempermainkanku ya?"Elton mendorong wanita di pelukannya menjauh. Dengan tubuh berbau alkohol, dia mendekat dan menyahut, "Ya. Aku memang mempermainkanmu, kenapa?""Tapi melihatmu hidup sengsara setelah meninggalkanku, tiba-tiba aku merasa agak kasihan sama kamu. Gimana kalau kamu nikah sama aku saja?""Tapi aku sudah nggak cinta sama kamu lagi. Jadi kamu harus nurut, jangan macam-macam. Aku punya banyak perempuan. Kalau kamu terus cemburu, nangis, dan bikin ribut, aku bakal muak banget."Mendengar Elton sendiri berkata kalau dia sudah tidak mencintaiku, air mataku langsung jatuh tanpa bisa kutahan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur suasana hatiku, dan berniat mengatakan yang sebenarnya kepadanya."Aku datang hari ini cuma mau bilang aku nggak mau nikah denganmu. Dulu aku memutuskan hubungan kita karena ibuku ...."Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Elton tiba-tiba membentakku dengan marah, "Jangan berani-be

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 7

    Dua hari setelah aku sadar, Daisy terus menemaniku tanpa pernah beranjak sedikit pun. Dia bahkan lebih telaten daripada perawat profesional.Aku merasa sangat tidak nyaman terus berbaring di tempat tidur. Saat Daisy tidak ada di kamar, aku mencoba bangun sendiri untuk ke toilet. Tak disangka, kakiku tiba-tiba lemas dan aku terjatuh ke lantai.Aku berusaha merangkak bangun. Aku panik dan ingin cepat kembali ke tempat tidur sebelum Daisy kembali dan khawatir melihat kondisiku.Tiba-tiba, Elton masuk ke kamar dengan wajah cemas, langsung memelukku erat sambil memarahi, "Daisy ke mana? Aku cuma keluar sebentar buat bayar obat, kok kamu bisa sampai jatuh begini?"Aku sudah tidak punya tenaga untuk menolaknya, hanya bisa mengernyit dan berkata, "Tutup mulutmu. Jangan bicara buruk tentang Daisy di depanku, aku nggak suka dengarnya.""Dia juga punya kehidupan sendiri. Dia nggak bisa terus-terusan mengurusku setiap hari. Aku sudah cukup merepotkannya."Elton terdiam, tidak berani membantahku. D

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 6

    Aku mendengar suara tangisan Elton di sela-sela kesadaranku yang setengah kabur. Dia terus bertanya kepada dokter, berulang kali, dengan suara gemetar, "Kenapa darahnya masih belum berhenti? Sebenarnya dia kenapa? Kalian harus selamatkan dia!"Aku mendengar dokter menjawab Elton. "Keadaan pasien sekarang sangat buruk. Dua hari lalu aku sudah memberitahunya ada obat khusus yang bisa memperpanjang hidupnya dua bulan atau lebih, asal dia mau menjalani pengobatan dengan aktif. Tapi dia bilang sudah nggak punya uang lagi, jadi dia memutuskan berhenti berobat.""Hari ini emosi pasien terlalu terpicu, jadi kondisi semakin memburuk. Sekarang sudah nggak ada gunanya diterapi lagi, penyakitnya sudah sulit dikendalikan. Pasien mungkin akan pergi kapan saja ...."Elton berusaha keras menahan suaranya agar tidak bergetar. "Maksudmu, istriku benar-benar akan meninggal?"Belum sempat dokter menenangkannya, Elton tiba-tiba menaikkan suaranya dan berteriak dengan marah, "Nggak mungkin! Cepat obati dia!

  • Nyawaku di Ujung Kematian Saat Dia Bersenang-senang   Bab 5

    Sudah sepuluh tahun berlalu, tapi setiap kali aku mengingat semuanya, rasanya masih sangat menyakitkan.Aku bersiap untuk pergi ke makam Ibu, menemuinya untuk terakhir kalinya. Umurku hanya tersisa lima hari lagi dan aku ingin memberitahunya bahwa setelah ini, aku tidak akan bisa datang menemuinya lagi.Sebelum ke makam, aku harus pergi dulu ke kantor Elton. Ibu dulu sangat menyukai Elton. Saat dia masih sehat, ketika aku dan Elton masih saling mencintai, Ibu pernah membuatkan karya tembikar untuk kami berdua dengan tangannya sendiri. Seekor anjing kecil untuk Elton dan seekor kucing kecil untukku.Kedua tembikar itu bisa disatukan dengan pas, seperti sedang berpelukan. Maknanya, aku dan Elton tidak akan pernah terpisahkan.Aku memberikan anjing kecil itu kepada Elton, tapi dia malah hanya ingin kucing kecil milikku. Katanya, kucing itu mirip denganku, manja dan sombong. Setiap kali dia melihat kucing itu, dia akan mengingatku, jadi dia ingin menyimpannya selamanya.Elton menepati ucap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status