LOGIN“Sejak aku tidak pernah pulang kerumah ini,” sahut Glen yang sudah berada dibelakang Ashley.
Semuanya terdiam saat mendengar jawaban Glen. Mereka tahu betul bahwa Glen sangat susah untuk berpaling dari Courtney selama 5 tahun terakhir. Dan tiba-tiba, Pria itu membawa Wanita lain yang ia perkenalkan sebagai Calon Istrinya. “Ayah. Aku harus bicara denganmu,” ujar Glen. Keduanya kemudian pergi menuju ruang kerja Sang Ayah yang terletak tak jauh dari ruang keluarga. “Ayah. Kau harus menepati janjimu. Berikan aku Pulau Xiera milikmu,” ujar Glen to the point. “Heh, aku berkata aku akan memberikanmu saat kau sudah memberiku cucu. Apa kau salah dengar?” ucap Tuan Besar dengan smirk tajamnya. “Kau berbohong lagi,” ucap Glen dengan nada kecewa. Sang Ayah berdecih. “Kau kira aku bodoh? Apa kau kira aku tidak tau bahwa Ashley adalah anak keluarga Bailey?” Mendengar itu Glen hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi. “Lalu kenapa? toh kita saling mencintai?” ujar Gilen cepat. “Sudahlah. Saat kau berhasil memberiku cucu baru aku akan mewariskan pulau itu padamu,” ucap Tuan Besar kemudian meninggalkan ruangan. 1 minggu kemudian. Acara pernikahan diadakan di Mansion keluarga Moonstone. Dan Acara itu benar-benar Private tanpa ada 1 media pun yang mengetahuinya. Acara itu juga hanya dihadiri oleh Keluarga Moonstone saja. “Saya berjanji akan menemani engkau dan menjaga engkau dari sekarang hingga selamanya,” ujar Glen. Ashley yang mendengar itu meneteskan airmatanya. “Ayah, Ibu, andai saja kalian bisa melihatku menikah,” batin Ashley. Glen kemudian membuka veil (tudung pengantin wanita) hingga memperlihatkan wajah Ashley yang sudah banjir air mata. Mereka kemudian berciuman dihadapan seluruh keluarga Moonstone. Perjamuan pun dimulai. Beberapa kerabat jauh dari Glen pun turut hadir dan memberikan selamat kepada mempelai. “Selamat Glen. Sebentar lagi misimu akan tercapai,” ucap salah satu sepupu Glen yang bernama Ben Moonstone. Glen tertawa renyah dan langsung memeluk sepupu nya yang memang cukup dekat dengannya. Tetapi tidak dengan Ashley. Saat mendengar perkataan itu, otaknya langsung dipenuhi dengan banyak sekali pertanyaan. “Misi apa yang dimaksud?” batin Ashley. “Selamat,” ujar Ben dan mengulurkan tangan pada Ashley hingga membuat Wanita itu buyar dari lamunannya. “Terimakasih,” ucap Ashley dengan senyuman manisnya. Disisi lain, Saudara Ipar glen yaitu Flora dan Rensca sedang sibuk membicarakan dan menatap tajam kearah Ashley dan Glen. “Kita harus segera memiliki keturunan agar pulau itu jatuh ketangan kita!” bisik Flora. “Benar. Aku tidak akan membiarkan Pulau itu jatuh ke tangan Glen dan Ashley. Sia-sia saja perjuangan kita selama ini kalau Pulau itu jatuh ketangan mereka,” balas Rensca. “Ashley ini memiliki keberuntungan yang sangat bagus. Padahal keluarganya sudah jatuh, tapi ia malah menjadi Nyonya ketiga dikeluarga ini,” ketus Rensca. “Kita harus melakukan sesuatu. Setidaknya membuat Ashley tidak bisa hamil sampai kita mempunyai keturunan,” ujar Flora. “Tua bangka itu juga selalu saja mempermasalahkan keturunan. Membuat orang muak saja,” lanjut Flora sembari menatap tajam kearah Tuan Besar yang sedang berbincang bersama Saudaranya. Sementara itu, ternyata percakapan kedua Wanita itu sudah direkam oleh Henry. Ia memang sengaja mencari bukti kejahatan kedua Ipar Tuan nya itu agar bisa menjatuhkan mereka. “Glen apa keluarga Moonstone memang seramai ini? Aku kira pernikahan kita private dan dihadiri beberapa orang saja,” ucap Ashley saat melihat Mansion itu dipenuhi oleh seluruh keluarga Moonstone. “Iya. Ini belum semua. Ada beberapa yang tidak bisa hadir,” ucap Glen. “Apa kau yakin pernikahan kita tidak akan bocor ke media?” tanya Ashley. Glen mengangguk dengan penuh keyakinan. “Kau lihat dipintu masuk. Setiap orang yang datang akan disuduh tanda tangan surat perjanjian dan menaruh sidik jarinya disana. Jika mereka berani membocorkan maka akan dihukum sesuai dengan hukuman yang tertulis diatas kertas itu,” ucap Glen. Ashley terkejut. Ia bahkan baru mengetahui hari ini bahwa ada hal seperti itu dipernikahannya. “Pria ini benar-benar tidak bisa ditebak,” batin Ashley. “Jangan takut. Kau tidak akan terekspos selama kau belum mau. Aku berjanji,” ucap Glen. Gadis itu tersenyum. “Apa aku harus memercayainya?” batin Ashley. “Oh kepanakan tampanku,” ujar seorang Wanita setengah paruh baya yang langsung memeluk Glen dengan hangat. “Bagaimana kabarmu Bibi?” tanya Glen. “Tentu baik Sayang. Senang melihatmu. Semoga hal-hal baik menyertaimu Nak,” ujar Bibi Gilen yang bernama Caroline. “Ah ini dia Nyonya Ketiga kami,” lanjutnya sembari memegang kedua tangan Ashley. “Cantik sekali. Semoga cepat mendapat keturunan,” ucap Caroline sembari mengelus perut rata Ashley. Sesaat setelah Caroline pergi, Glen membisikkan sesuatu pada Ashley. “Kau harus berhati-hati dengan setiap orang di Mansion ini. Yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Jangan percaya pada siapapun disini walau orang terdekat sekalipun.” Mendengar itu, Ashley langsung menatap Glen dengan tajam. “Pertanyaan yang ingin kau tanyakan akan memiliki jawaban nanti. Dan kau akan menemukan jawabannya sendiri kelak,” lanjut Glen. Hari semakin larut. Perjamuan sudah selesai. Mansion pun kembali hening seperti biasanya. Semua keluarga sudah kembali kekamar masing-masing untuk beristirahat, termasuk Ashley dan Glen. “AAAAK!” jerit Ashley saat mendapati tikus didalam kamar mandinya. Mendengar itu, Glen langsung menghampiri Ashley yang sedang sibuk memakai bathrobenya dengan cepat. Ashley kemudian berlari dan lompat kedalam pelukan Glen. “Tikussss!” jerit Ashley sekali lagi sembari menunjuk tikus yang sedang berlarian disekitar mereka. Glen kemudian segera keluar kamar sembari menggendong istrinya itu dan meneriaki pelayan. “Bagaimana bisa ada tikus dikamar kami?! Apa kalian tidak membersihkannya?!” geram Glen dengan nada tinggi. Beberapa pelayan kemudian langsung berlari dan menangkap tikus tersebut. Sementara itu, Tuan Besar dan Tuan muda pertama yang mendengar kericuhan itu langsung menghampiri. “Ada apa ini?” tanya Tuan Besar saat melihat Glen sedang menggendong Ashley dengan wajahnya yang penuh emosi. “Besok ganti semua pelayan dirumah ini!” Ujar Glen dengan penuh penekanan. Tak lama, para pelayan keluar dengan menenteng seekor tikus ditangannya. “M-maaf Tuan,” ucap pelayan lelaki yang masih terlihat muda itu. Setelah selesai dibersihkan, Glen dan Ashley langsung kembali masuk kekamar mereka. Glen kemudian meletakkan Ashley di ranjang berukuran King Size itu. “G-glen aku belum selesai mandi,” ujar Ashley gugup. “Benarkah? Kalau begitu mari mandi bersama,” ucap Glen kemudian kembali mengangkat tubuh Ashley menuju kamar mandi. Disisi lain, ternyata tikus itu adalah tikus pembawa racun yang sengaja dilepaskan oleh Flora untuk meracuni Ashley agar Ashley susah untuk memiliki keturunan. Tapi untung saja, tikus itu baru saja dilepas saat Ashley sedang mandi dan langsung diatasi sehingga racun belum tersebar keseluruh kamar Ashley. “Sial. Kita gagal,” bisik Flora pada Suaminya.Setibanya mereka di kediaman Moonstone, Glen langsung memapah Ashley berjalan masuk kedalam. Mereka pun disambut oleh Tuan Besar yang tengah menonton televisi diruang keluarga. “Ayah,” sapa Ashley dengan senyuman manisnya. “Akhirnya kalian kemari. Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu dengan kandunganmu?” tanya Tuan Besar. “Tidak Ayah. Perutku hanya sedikit kram,” ujar Ashley. “Itu salahku. Ayah harus memaklumi bahwa anakmu ini masih sangat bergairah,” canda Glen. Tuan Besar pun yang paham pun langsung menjitak pelan kepala Glen. “Kau kan tahu Istrimu sedang hamil muda. Kenapa masih melakukannya?” kesal Tuan Besar. Ashleyn dan Glen pun terkekeh. “Ayah anakmu ini aku atau Ashley?” kesal Glen. “Aku tidak peduli. Selama kau tidak menjaga cucuku dengan baik, akan kutindas kau,” kesal Tuan Besar. Mereka pun duduk di ruang keluarga sembari sesekali bersenda gurau. Tak lama kemudian, Rensca turun dengan wajahnya yang sudah dipenuhi dengan air mata. Dengan langkah gontainya, ia m
“Benar juga kata Ashley. Aku bisa membuatnya keguguran dengan ini,” batin Glen. “Aku akan segera bersiap,” ucap Ashley. Glen mengangguk. Saat Ashley sedang mandi, Glen keluar dan mencari Henry. “Pagi Tuan,” sapa Henry begitu melihat Glen. “Henry, aku ada tugas untukmu,” ucap Glen. Glen pun membisikkan sesuatu. “Baik Tuan. Akan segera saya lakukan,” ucap Henry. “Hari ini, aku akan menemani Ashley memeriksa kandungan. Jadi, cepatlah kerjakan dan segera susul kami,” ucap Glen. “Baik Tuan,” ujar Henry. Sekitar pukul 9 pagi, setelah mereka selesai sarapan, mereka pun segera berangkat menuju rumah sakit untuk kontrol kandungan Ashley. Sementara itu, Henry sedang melakukan tugasnya untuk menyebar informasi terkait William dan Xiyun. “Pastikan kabar ini sampai pada Keluarga Moonstone,” ucap Henry. “Baik Tuan,” ucap seorang Pria yang sibuk megutak atik komputernya. Henry pun menepuk pundak Pria itu sebelum akhirnya pergi untuk menyusul Glen dan Ashley dirumah sakit.
“Aku akan terus menjagamu sampai anak itu lahir. Aku akan memeriksanya saat ia sudah lahir,” ucap George dengan tegas. “Cukup George!” bentak Ashley. “Bagaimana kalau terdengar orang lain?” lanjut Ashley. “Aku tidak peduli! Kalau itu anakku, aku tidak akan tinggal diam!” ujar George dengan wajah kesal. Ashley pun terdiam. Ia langsung memalingkan wajahnya dengan air mata yang sudah menumpuk dipelupuk matanya. “Apa mereka bertengkar lagi?” bisik Louis. “Entahlah. Menurutmu?” tanya Alfredo. “Sepertinya iya,” ucap Louis. Keduanya pun saling bertatapan. “Apa Tuanmu menyakiti Nona?” tanya Alfredo. “Omong kosong! Tidak mungkin Tuan melakukan iti bodoh!” kesal Louis. “Iya juga ya. Lalu kenapa mereka bertengkar?” tanya Alfredo. “Sudahlah. Biarkan saja mereka. Mereka memang sering bertengkar seperti itu kan?” ujar Louis. “Tidak Louis. Kali ini, sepertinya serius,” ucap Alfredo yang memperhatikan gerak-gerik Ashley. Ia terus memperhatikan Ashley yang mulai mengusap air
“Apa? Ashley juga hamil?” ujar Rensca yang terkejut saat mendengar kabar dari William. “Semoga saja anak ini lahir lebih dulu,” gumam Rensca. William tak menggubris. Ia memilih untuk diam dan berkutat didepan laptopnya. Rensca kemudian melirik kearah Suaminya itu dan berjalan mendekat kearahnya. “Besok aku harus kontrol. Kau bisa menemaniku kan?” ucap Rensca sembari bergelayut manja ditubuh Suaminya itu. “Berhentilah menempel. Aku sedang sibuk,” ucap William yang risih. “Aku tidak bisa menemanimu. Pergilah dengan supir. Aku sibuk,” lanjutnya. “Ada apa denganmu? Akhir-akhir ini kau selalu sibuk sampai tak memiliki waktu denganku. Aku ini sedang mengandung anakmu!” kesal Rensca dengan emosi yang tak bisa ditahan lagi. William yang kesal langsung menutup laptopnya dengan kasar. “Akhir-akhir ini kau juga selalu meninggikan nadamu didepanku! Apa kau sadar itu?” Rensca pun terdiam. Air matanya mulai menumpuk dipelupuk matanya. Ia sedikit terkejut karena Suaminya membentaknya
“Tidak bisa Rensca. Mengertilah sedikit,” kesal William. Rensca terdiam. Entah mengapa dadanya menjadi sesak. William pun pergi tanpa mengecup maupun menyentuhnya sedikit pun. Tanpa disadari, air mata Rensca mulai jatuh. Hatinya terasa sakit saat melihat perubahan Suaminya. “Apa aku terlalu berlebihan? Atau karena bawaan hormon makanya aku sesedih ini?” lirih nya. Sementara itu, William langsung melajukan mobilnya menuju hotel yang sering ia kunjungi untuk bertemu dengan Xiyun. Ia memakai topi hitam serta masker lalu masuk melalui pintu belakang agar tidak terlihat oleh orang. Setelah ia tiba dikamar, ia mendapati kekasih nya itu tengah tertidur pulas. Pria itu pun langsung mendekat dan mengecupi Xiyun. “Eungh, Will?” lenguh Xiyun. “Aku sangat merindukanmu,” bisik William seduktif. Xiyun pun membuka matanya dengan perlahan. Gadis itu kemudian mulai melingkarkan tangannya ke leher William. “Apa Istrimu tidak bisa memuaskanmu?” tanya Xiyun. William tiba-tiba menghela
“Segera kirim pada Glen semua bukti ini,” ucap Brave pada Asistennya. Glen yang tengah sibuk berkutat mengurus pekerjaannya pun langsung membulatkan matanya saat melihat pesan masuk yang dikirim oleh Asisten Brave. Ashley yang tersadar dengan sikap Glen pun kebingungan. “Ada apa Glen?” tanya Ashley. “Tidak. Aku hanya terkejut melihat kakakku benar-benar berselingkuh dari istrinya,” ujar Glen. Ashley pun langsung melihat kearah Ipad Glen yang menampakkan foto William bersama seorang wanita lain. “Siapa wanita itu?” tanya Ashley. “Feng Xiyun. Dia adalah Putri dari keluarga Feng. Keluarga terkaya di daratan china setelah keluarga Yi Ze,” jelas Glen. “Cantik sekali. Kenapa dia malah mau menjalin hubungan dengan suami orang? Aneh sekali,” ujar Ashley. Ashley pun kembali bergelayut manja karena terlalu malas mengurusi orang. “Kenapa kau menjadi kesal hm?” tanya Glen. “Hanya terbawa suasana. Apa kau masih lama? Aku ingin beristirahat,” ucap Ashley. Glen pun tersenyum. Ia kemudian







